loading...

Wednesday, June 29, 2016

Romantika Percintaan Muhammad, Zaid bin Muhammad dan Zainab



Postby vivaldi »

Kisah percintaan dan nafsu yang melibatkan ketiga insan ini sungguh merupakan salah satu romantika cinta yang luar biasa. Kisah ini melebihi kisah cinta manapun, lebih hebat dari cerita Romeo dan Juliet. Mungkin saja akan ada sutradara yang tertarik dengan kisah ini dan menjadikannya sinetron tampaknya akan menjadi top hit.

Kutipan-kutipan dalam pembahasan berikut menggunakan beberapa sumber yaitu :
1. Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal

diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html

2. Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasar Sumber Klasik
Martin Lings

Serambi Ilmu Semesta, 2002

Catatan : buku ini mendapatkan penghargaan dari pemerintah Pakistan dan terpilih sebagai biografi nabi terbaik dalam bahasa Inggris pada Konverensi Sirah Nasional di Islamabad tahun 1983.


I. TENTANG ZAID

Zaid bin Haritsah adalah bekas budak yang kemudian dibebaskan bahkan diangkat anak oleh Muhammad. Muhammad mendapatkan Zaid sebagai hadiah pernikahannya dari Khadijah.
Sumber :
Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasar Sumber Klasik
Martin Lings
Serambi Ilmu Semesta, 2002, halaman 65

Pada hari pernikahannya ….. Khadijah menghadiahinya salah satu budaknya sendiri, seorang remaja berusia lima belas tahun bernama Zaid. …. Zaid dan beberapa pemuda lainnya baru saja dibeli dengan harga mahal dari Ukaz oleh keponakan Khadijah …Sambil berdiri di Hijr, dengan lantang, ia (Muhamamd) berkata, “Wahai semua yang hadir! Saksikanlah, bahwa Zaid adalah anakku ….” …. Sejak hari itu, pendatang baru bagi bani Hasyim di Mekah dikenal sebagai Zaid bin Muhammad.

Sumber yang digunakan oleh Lings adalah Kitab Tabaqat karya Ibn Sa’d.

Untuk waktu yang cukup lama, Zaid dikenal sebagai Zaid bin Muhammad sebagaimana dikonfirmasi oleh Bukhari
Sumber :
Sahih Al-Bukhari
Volume 6, Buku 60, nomor 305

We used not to call Zaid bin Haritha the freed slave of Allah's Apostle except Zaid bin Muhammad till the Qur’anic Verse was revealed: "Call them (adopted sons) by (the names of) their fathers. That is more than just in the Sight of Allah." (33.5)
Kami tidak terbiasa memanggil Zaid bin Haritha, budak yang dibebaskan oleh Rasulullah melainkan memanggil dengan Zaid bin Muhammad hingga ayat Al-Qur’an diwahyukan …..



II. AULLOH DAN MUHAMMAD MEMAKSAKAN PERNIKAHAN

Kutipan berikut saya ambil dari buku karya Muhammad Husain Haekal.
Haekal mengatakan bahwa ada kolaborasi antara Allah SWT dengan Muhammad dalam menjodohkan Zainab dengan Zaid, bahkan sampai turun ayatnya dari Allah SWT untuk menikahkan Zainab dengan Zaid DIBAWAH ANCAMAN SEGALA.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal
Bagian XVII : Istri-Istri Nabi

"Bagi laki-laki dan wanita yang beriman, BILAMANA ALLAH DAN RASULNYA TELAH MENETAPKAN suatu ketentuan, mereka tidak boleh mengambil kemauan sendiri dalam urusan mereka itu. Dan barangsiapa TIDAK MEMATUHI ALLAH DAN RASULNYA, mereka telah melakukan KESESATAN YANG NYATA SEKALI." (Qur'an, 33:36)
Setelah turun ayat ini tak ada jalan lain buat Abdullah dan Zainab saudaranya, selain harus tunduk menerima. "Kami menerima, Rasulullah," kata mereka. Lalu ZAID DIKAWINKAN KEPADA ZAINAB setelah mas-kawinnya oleh Nabi disampaikan.



III. PRAHARA PERNIKAHAN

Uniknya setelah Zainab dan Zaid MENURUTI ketentuan pernikahan yang diatur oleh Allah SWT dan Muhammad, ternyata BUKANNYA KEBAHAGIAAN yang mereka peroleh namun JUSTRU KESESATAN YANG NYATA sekali yaitu perselisihan yang tidak henti-hentinya.

Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal
Bagian XVII : Istri-Istri Nabi

Dan sesudah Zainab menjadi isteri, ternyata ia tidak mudah dikendalikan DAN TIDAK MAU TUNDUK. MALAH IA BANYAK MENGGANGGU ZAID. Ia membanggakan diri kepadanya dari segi keturunan dan bahwa dia katanya tidak mau ditundukkan oleh seorang budak.
Sikap Zainab yang tidak baik kepadanya itu tidak jarang oleh Zaid diadukan kepada Nabi, dan bukan sekali saja ia meminta ijin kepadanya hendak menceraikannya. Tetapi Nabi menjawabnya: "Jaga baik-baik isterimu, jangan diceraikan.Hendaklah engkau takut kepada Allah."



IV. PERTEMUAN MUHAMMAD DENGAN ZAINAB

Karena prahara sudah sedemikian rupa, maka harus ada jalan untuk mengakhiri pernikahan tersebut. Langkah awal pemutusan pernikahan adalah diawali dengan bertamunya Muhammad ke rumah Zaid dan ternyata hanya menjumpai Zainab.
Sumber :
Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasar Sumber Klasik
Martin Lings
Serambi Ilmu Semesta, 2002, halaman 341 dan 342

Suatu hari, nabi pergi kerumah Zaid untuk membicarakan satu masalah. Ketika beliau datang, Zaid sedang tidak dirumah. Zainab, karena tidak menyangka akan ada tamu diwaktu-waktu tersebut, sedang BERPAKAIAN SEADANYA. ….. Zainab lari kepintu tanpa mengenakan alas kaki untuk mempersilahkan nabi masuk dan menunggu hingga suaminya kembali. …. Saat Zainab berdiri dipintu, ia tampak berseri-seri dan riang gembira, dan NABI KAGUM OLEH KECANTIKANNYA. Beliau cepat berbalik dan pergi sambil menggumankan kata-kata yang tak terdengar oleh Zainab. Kata-kata yang sempat didengarnya hanyalah sebuah pujian kekaguman : “Mahaagung Allah, Mahaagung. Dia yang menguasai hati manusia”

Dalam hal ini, Lings mengutip dari Kitab Al Tabaqat Al Kabir karya Muhammad ibn Sa’d.


V. MUHAMMAD MULAI JATUH CINTA KEPADA ZAINAB

Tidaklah jelas kapan Muhammad mulai jatuh cinta kepada Zainab. Haekal bahkan menolak kalau Muhamamd jatuh cinta dengan Zainab.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal
Bagian XVII : Istri-Istri Nabi

Untuk menghapuskan semua cerita mereka yang kita baca itu dari dasarnya, cukup kalau kita sebutkan, bahwa Zainab bt. Jahsy ini adalah puteri Umaima bt. Abd'l-Muttalib, bibi Rasulullah a.s. Ia dibesarkan di bawah asuhannya sendiri dan dengan bantuannya pula. Maka dengan demikian ia sudah seperti puterinya atau seperti adiknya sendiri. Ia sudah mengenal Zainab dan mengetahui benar apakah dia cantik atau tidak, sebelum ia dikawinkan dengan Zaid. Ia sudah melihatnya sejak dari mula pertumbuhannya, sebagai bayi yang masih merangkak hingga menjelang gadis remaja dan dewasa, dan dia juga yang melamarnya buat Zaid bekas budaknya itu.

Namun pandangan Haekal ini bertabrakan dengan dua kitab tafsir terbesar dalam khazanah Islam yaitu Tafsir Al-Jalalayn dan Tafsir Zamakhshari menuliskan bahwa MUHAMMAD MEMANG JATUH CINTA KEPADA ZAINAB segera setelah Zainab menikah dengan Zaid.
Sumber :
23 YEARS: A Study of the Prophetic Career of Mohammad
Ali Dashti
Diterjemahkan dari bahasa Persia oleh F.R.C. Bagley
Mazda Publishers, Costa Mesa, California, 1994, halaman 132, 133

The Prophet’s love for Zaynab arose later, and the time and circumstances of its incidence are diversely reported. The account in the Tafsir al-Jalalayn suggests that his attitude began to change soon after her marriage to Zayd. "After a time (probably meaning a short time) his eye fell on her, and love for Zaynab budded in his heart.

Cinta Rasulullah terhadap Zainab timbul kemudian, waktu dan kejadiannya dilaporkan secara berbeda. Laporan dalam Tafsir Al-Jalalayn mengindikasikan bahwa sikap Muhammad berubah SEGERA SETELAH PERNIKAHAN Zainab dengan Zaid. “Setelah waktu yang pendek, mata Muhammad memandang Zainab, DAN CINTA KEPADA ZAINAB BERSEMI DIHATI MUHAMMAD.

Zamakhshari, in his comment on verse 37 sura 33, states that it was after Zaynab’s marriage to Zayd that the Prophet’s eye fell on her. She pleased him so much that he could not help saying, "Praise be to God who makes hearts beat!" The Prophet had seen Zaynab before but she had not then pleased him; otherwise he would have asked for her hand. Zaynab heard the Prophet’s exclamation and told Zayd about it. Zayd knew intuitively that God had cast an unease with Zaynab into his heart. He therefore went in haste to the Prophet and asked whether he might divorce his wife. The Prophet asked what had happened and whether he suspected her. Zayd replied that he had met with nothing but kindness from her, but was distressed because she considered herself more noble than himself and more suitable for the Prophet. It was then that the words "Keep your wife for yourself and fear God" in verse 37 came down. (Ref. 7, page 132-133)

Zamakhshari dalam komentarnya terhadap QS 33 : 37, menyatakan bahwa SETELAH PERNIKAHAN Zainab dan Zaidlah, mata Muhamamd memandang Zainab. ZAINAB SANGAT MENYENANGKAN BAGI MUHAMMAD hingga dia tidak bisa menahan untuk berkata, “Terpujilah Tuhan yang membuat hati berdebar” Rasulullah telah pernah melihat Zainab sebelumnya, tetapi tidak pernah menyenangkan seperti sekarang ini ; jika tidak Rasulullah sudah pasti akan memintanya. ….


Jadi Muhammad jatuh cinta kepada istri anak angkatnya. Luar biasa juga. Yang dikatakan sebagai nabi terakhir ternyata menutup kenabian dengan melanggar perintah Tuhan dalam Taurat yang berikut :
Keluaran 20 : 17 :
Jangan mengingini rumah sesamamu; JANGAN MENGINGINI ISTERINYA, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."


Ironis adalah, karena selama ini muslim mencemooh kisah Raja Daud yang jatuh dalam dosa sebagai kebohongan dalam Alkitab. Menurut muslim, nabi tidak berdosa. Sebagai contoh posting di FFI yang lama oleh Rasul Petrus.
Sumber :
TUHAN MELEGALKAN PERZINAHAN?
a. Solomo anak hasil zina
Ketika Daud sedang bangun sore melihat seorang wanita yang sedang mandi nan elok rupanya. Wanita bernama Batsjeba binti Eliam ISTERI URIA orang Het (Samuel II 11: 2-4)
“Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya (Daud), lalu DAUD TIDUR dengan dia.... Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: Aku mengandung” (Samuel II 11:2-6)”
“Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia dan perempuan melahirkan seorang anak laki-laki,lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu (Samuel II 12:25)

Hal tersebut tidak benar, sebab Daud dan Sulaiman adalah orang suci yang akhlaknya tidak seburuk yang digambarkan Alkitab, hal ini ditegaskan oleh Al Quran:

Maka Kami ampuni baginya (Daud) kesalahanya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik; (QS 38: 25)”


Jadi bagaimana dengan perbuatan Muhammad diatas yang jelas-jelas melanggar hukum Taurat?? Atau memang akhlak Muhammad tidak sebaik raja Daud??.


VI. PERCERAIAN

Peristiwa pertemuan Muhammad dengan Zainab yang sangat menggetarkan hati Muhammad itu diceritakan oleh Zainab kepada Zaid. Dan sebagai anak angkat yang baik hati tidak banyak pilihan bagi Zaid kecuali menemui sang ayah angkat sekaligus pemimpin Islam yaitu Muhammad dan menawarkan untuk menceraikan Zainab. Namun Muhammad masih jaga gengsi, dan menasehati Zaid untuk menjaga pernikahannya.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal
Bagian XVII : Istri-Istri Nabi

Zainab merasa bangga terhadap dirinya dan apa yang didengarnya itu diberitahukannya kepada Zaid. Langsung waktu itu juga Zaid menemui Nabi dan mengatakan bahwa IA BERSEDIA MENCERAIKANNYA. Lalu kata Nabi kepadanya:
"Jaga baik-baik isterimu, jangan diceraikan. Hendaklah engkau takut kepada Allah."
Tetapi pergaulan Zainab dengan Zaid sudah tidak baik iagi.Kemudian IA DICERAI.


Jadi setelah dipaksa menikah dengan ancaman Muhammad dan Aulloh SWT, pernikahan ini harus diakhiri dengan perceraian.
Sungguh menggelikan, karena perceraian adalah sesuatu yang sangat dibenci Aulloh SWT.
Sumber :
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah
(Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
Dr. Yusuf Qardhawi
Citra Islami Press, Januari 1997
Sub bab : Talak (Perceraian)
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/M ... Cerai.html

…..
Tidak setiap perceraian itu dibolehkan dalam Islam, karena ada talak yang dimakruhkan, bahkan diharamkan. Karena hal itu dapat merobohkan bangunan rumah tangga yang sangat ditekankan Islam agar kita membina dan membangunnya. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda, "PERKARA HALAL YANG PALING DIBENCI OLEH ALLAH ADALAH PERCERAIAN."


Atau yang berikut :
Sumber :
Sunan Abu Dawud, Buku 13 ayat 3
Dari Ibnu Umar r.a dari Nabi Muhammad saw beliau bersabda yang bermaksud,
"PERBUATAN HALAL YANG DIMURKAI ALLAH IALAH TALAK"


Jadi Aulloh SWT memurkai keputusan Aulloh SWT sendiri.
Kok lebih lucu dari ucapan Joshua, “Jeruk makan jeruk”
Atau dengan kata lain :
AULLOH SWT DAN MUHAMMAD MERANCANG SESUATU YANG SANGAT DIBENCI AULLOH SWT.


VII. PERNIKAHAN MUHAMMAD DAN ZAINAB

Setelah hatinya tergerak oleh kecantikan Zainab yang berbusana “ala kadarnya”. Hati Muhammad gelisah. Apalagi saat itu Zainab sudah dicerai oleh Zaid. Jadi terbukalah jalan untuk menikahinya. Namun masih ada hambatan karena tradisi Arab adalah menganggap anak angkat sama seperti anak kandung sehingga untuk menikahi mantan istri anak angkat adalah sesuatu yang tabu.
Namun penantian Muhammad tidak perlu berlama-lama, muncullah lagi wahyu yang menyelamatkannya.
Sumber :
Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasar Sumber Klasik
Martin Lings
Serambi Ilmu Semesta, 2002, halaman 342 dan 343

Bulan demi bulan berlalu. Suatu hari, disaat nabi sedang bercakap-cakap dengan salah satu istrinya, suatu kekuatan wahyu menyelimuti dirinya. Ketika pulih, kata-kata pertama yang beliau ucapkan adalah, “Siapa yang akan pergi kerumah ZAINAB DAN MENYAMPAIKAN BERITA DARI LANGIT BAHWA ALLAH TELAH MENIKAHKAN DIA DENGANKU?”

Atau tulisan dari Muhammad Husain Haekal berikut.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad
Muhammad Husain Haekal
Bagian Tujuhbelas : Istri-Istri Nabi

Muhammad menahan diri tidak segera mengawininya sekalipun hatinya gelisah. Ketika itu firman Tuhan datang :
Al Quran 33:37
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah ", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang ALLAH AKAN MENYATAKANNYA, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah -lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), KAMI KAWINKAN KAMU DENGAN DIA supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah KETETAPAN ALLAH ITU PASTI TERJADI.


Jadi saat kepepet mau menikahi Zainab, segeralah Aulloh SWT menolong rasulNya.
Makanya tidaklah mengherankan jika Aisyah sendiri merasa heran kenapa Aulloh SWT senantiasa memberikan yang enak-enak buat Muhammad.
Sumber :
Sahih Al-Bukhari, Volume 6, buku 60, Number 311
Narrated Aisha:
I used to look down upon those ladies who had given themselves to Allah's Apostle and I used to say, "Can a lady give herself (to a man)?" But when Allah revealed: "You (O Muhammad) can postpone (the turn of) whom you will of them (your wives), and you may receive any of them whom you will; and there is no blame on you if you invite one whose turn you have set aside (temporarily)." (33.51) I said (to the Prophet), "I feel that your Lord hastens in fulfilling your wishes and desires."
Aku biasa memandang rendah kepada wanita-wanita yang bersedia menyerahkan dirinya kepada Rasulullah dan aku berkata, “Bisakah seorang wanita menyerahkan dirinya kepada seorang laki-laki?”. Tetapi ketika Aulloh berfirman, “Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki diantara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu (33 : 51)”. Aku berkata (kepada Rasulullah), “AKU MERASA BAHWA TUHANMU SELALU CEPAT-CEPAT MEMENUHI PERMOHONAN DAN KEINGINANMU”



VIII. ZAID BIN MUHAMMAD MENJADI ZAID BIN HARITHA

Tampaknya sekalipun sudah mendapat wahyu ilahi untuk menikahi mantan istri anak angkat dan telah memboyong Zainab sebagai istrinya yang sah, Muhamamd masih belum merasa nyaman. Tampaknya karena orang-orang masih memanggil sang anak angkat dengan Zaid bin Muhammad, sementara Muhammad sendiri menikahi janda dari Zaid bin Muhammad. Akibatnya harus turunlah ayat yang menyatakan anak angkat dibedakan dengan anak kandung. Dan, sim salabim, muncullah lagi ayat yang menyelamatkan Muhammad, yaitu :
QS 33 : 4 :
Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar [1199] itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).


Dipertegas lagi dengan ayat berikut.
QS 33 : 40 :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu [1224],


Yang artinya :
[1224] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.

Namun, dapat dibayangkan bahwa orang-orang masih tetap berkata :
“Muhammad (bin Abdullah) menikahi janda Zaid bin Muhammad (bin Abdullah)”
Tentu saja tidak mengenakkan bagi Muhammad.
Jadi harus turun lagi wahyu yang menyelamatkannya. Dan lagi-lagi ala David Copperfield, muncullah wahyu yang menyelamatkannya.
Sumber :
Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasar Sumber Klasik
Martin Lings
Serambi Ilmu Semesta, 2002, halaman 343

Ayat berikutnya juga menyatakan bahwa untuk masa-masa berikutnya, seorang anak angkat harus menyertakan nama ayah kandungnya. Maka sejak itu Zaid dipanggil dengan nama Zaid bin Haritha sebagai pengganti ZAID BIN MUHAMMAD, NAMA YANG TELAH DISANDANGNYA SEJAK DIADOPSI NABI 35 TAHUN SILAM.

Dan ayat yang dimaksud adalah.
QS 33 : 5 :
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, ……..


Jadilah Zaid bin Muhammad berubah lagi menjadi Zaid bin Haritha.

Jadi omongan orang sebelumnya :
“Muhammad (bin Abdullah) menikahi janda Zaid bin Muhammad (bin Abdullah)”

berubah menjadi :
“Muhammad (bin Abdullah) menikahi janda Zaid bin Haritha”

Perubahan yang cukup memuaskan bagi Muhammad tentunya.


IX. PENUTUP

Mengikuti jalan cerita kisah diatas terlihat bagaimana carut marutnya kejadian-kejadian tersebut.

1. Muhammad dan Aulloh memaksa Zaid dan Zainab menikah dibawah ancaman “kesesatan nyata”

2. Zaid dan Zainab mematuhi perintah Muhammad dan Aulloh dan hasilnya malah “kesesatan nyata” karena pernikahan tidak bahagia dan berujung perceraian, perbuatan yang sangat dibenci oleh Aulloh SWT.

3. Kemudian Aulloh dan Muhammad ingin memberi suri tauladan bahwa menikahi janda anak angkat itu halal, akibatnya Muhammad harus menikah dengan Zainab.

4. Aulloh dalam QS 33 : 37 menyatakan telah menetapkan bahwa Muhammad harus menikah dengan Zainab, ketetapan ini sudah ada di Ummul Kitab. Dan karena Al-Qur’an sudah tertulis di Ummul Kitab (QS 13 : 39 : Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)). Karenanya pernikahan Zaid dan Zainab hanyalah lelucon dari Aulloh saja, toh Aulloh sudah menetapkan di Ummul Kitab bahwa Muhammad akhirnya akan memperistri Zainab

Terlihatlah bagaimana muter-muternya alur cerita diatas.

Satu hal yang sangat mendasar adalah :
dalam masyarakat beradab manapun, jatuh cinta terhadap istri anak angkat dan kemudian menikahi mantan istri anak angkat tidaklah pantas dilakukan.

Sekian

No comments: