MUHAMMAD SAW TIDAK DINUBUATKAN DALAM KITAB HINDU
Tujuan Penulisan Artikel
Baru-baru ini terdapat semacam trend bagi
situs-situs Islam untuk menerbitkan karangan Dr. Zakir Naik (pendakwah
Islam dari India) dan Dr. Abdul Haque Vidyarthi mengenai Muhammad yang
konon katanya telah diramalkan oleh Hinduisme. Ini sungguh munafik
karena situs-situs yang sama itu juga MENGHINA agama
Hindu, kitab sucinya, Dewa-dewanya, ideologi kepercayaannya, dengan
bahasa vulgar. Betapa aneh bukan bahwa mereka akhirnya seenaknya main
comot ayat, tafsir, mantra-mantra Kitab Hindu yang seakan ‘menunjukkan
hadirnya Muhammad.’
Mari kita lihat bualan-bualan mereka
tentang Muhammad yang mereka ‘ambil’ dari Kitab Veda. Silahkan anda juga
mencari tentang Muhammad dan Hindu lewat internet search engine.
Pastilah anda akan menemukan banyak sekali artikel mengenai topik ini.
Sejumlah tulisan mengaku telah berhasil membuktikan klaim ini secara
ilmiah.
… Saya harus mengakui bahwa saat ini saya
belum berhasil memperoleh buku lengkap karangan Dr. Vidyarthi dan
karenanya saat ini yang saya sanggah adalah tulisannya di Link ini, yang memuat material yang jelas mengenai klaim-klaim Dr. Zakir Naik yang telah diedarkan di situs resminya.
Saya akan memberikan argumentasi terhadap
5 aspek dari klaim-klaim mereka. Pada akhir artikel ini, anda akan bisa
menarik kesimpulan sendiri tentang para penyebar propaganda Islam ini.
Penyanggahan
1. Teori pertama didasarkan pada Qur’an bahwa Tidak Pernah Ada Bangsa Tanpa Seorang Rasul/Pemberi Peringatan
Qur’an 35:24, Qur’an 16:36, Qur’an 4:164, Qur’an 3:81-82
semuanya menyatakan bahwa Allah telah menurunkan utusan-utusan atau
para Nabi sebelumnya untuk memberitahu manusia supaya menyembah Allah
dan menerima para utusan sebagai RasulNya. Bagi Muslim, ayat-ayat ini
berarti bahwa setiap agama memiliki Nabinya masing-masing dan Muhammad
adalah Nabi universal dan terakhir. Dari sinilah mereka mulai
membuat-buat kesimpulan bahwa semua kitab suci agama non-Islam haruslah
mengandung sesuatu yang bisa dihubung-hubungkan dengan Muhammad. Bagi
seorang Muslim jelas tidak perlu ada bukti lain, Qur’an saja sudah
cukup! Namun bagi non-Muslim, tentu tidak demikian. Bahwa Allah itu
benar dan Qur’an adalah memang Firman Tuhan saja masih BELUM terbuktikan, apalagi dalil bualan bahwa secara otomatis kedatangan Muhammad mestinya telah diramalkan oleh agama-agama lain.
2. Argumen kedua adalah didasarkan pada linguistik/tata bahasa
Saya telah memberikan penitikberatan
tentang pentingnya peran para linguistik/ahli bahasa di dalam
menafsirkan kitab-kitab lain yang konon berhubungan dengan Qur’an.
Para penulis diatas seolah-olah ingin
menunjukkan bahwa bahasa Sanskrit itu asalnya dari bahasa Arab. Mereka
menemukan ini lewat ‘analisa’ Kitab Veda. Namun, begitu kita melihat
kata-kata aktualnya, barulah ketahuan alasan-alasan mereka yang sangat
lemah. Ini kata mereka (dalam huruf hijau):
(a) Brahma, Sang Pencipta Trimurti Hindu, sebetulnya adalah Ibrahim/Abraham.
Huruf A pada Abraham katanya dipindahkan
ke ekor sehingga jadilah Brahma. Mereka bilang, “Analisa ini benar
akurat saat seseorang menulis kedua kata itu dalam tulisan Arab, yang
merupakan bahasa terdekat dengan bahasanya Nabi Ibrahim”.
Ini saja memunculkan pertanyaan: Apa sih
bahasa sebenarnya yang dipakai Abraham [Hebrew?] dan “sebuah bahasa lain
yang dekat-dekat dengan bahasanya” [ARAB!]. Juga kalau memang mau pakai
cara segampang itu (hanya kemiripan bunyi bahasa dan posisi alfabet
yang diubah-ubah), orang Hindu juga bisa dengan mudahnya mengklaim bahwa
Ramadan/Ramazan itu sebenarnya hasil korupsi dari kata Hindu,
‘Ramanavami’!
Bukan itu saja, mari ambil contoh lain
tentang akar kata Brahma. Brah berasal dari akar Bri, yang berarti
“memuja, memilih, melingkupi”. Ketika huruf h ditambahkan kepada Bri ia
akan menjadi Briha yang berarti “meluaskan, bertumbuh”. Dengan ditambah
lagi sebuah “an”, jadilah Brahman yang dalam Hinduisme merupakan Tuhan
yang Tertinggi. Jadi Brahman itulah yang merupakan asal kata yang
original. Brahman itu tanpa sebuah bentukan, tanpa jenis kelamin dan
tidak dapat berbentuk jamak. Alam semesta tercipta melalui kehendakNya
saja. Ketika Brahman digambarkan sebagai sosok maskulin yang terlibat
dalam proses penciptaan, barulah ia disebut Brahma. Ketika Brahman
digambarkan sebagai sosok feminin, yang adalah sumber energi yang
tanpanya penciptaan tidak mungkin terjadi, maka ia disebut Brahmani.
JADI Brahma tidak ada
hubungan sedikitpun dengan Abraham, tapi berasal dari Brahman dan jelas
dimaksudkan sebagai Tuhan Sang Pencipta aspek bukan manusia. (Secara
kebetulan bisa saja kita yang klaim bahwa Abrahamlah yang berasal dari
Brahma!)
(b) “Dengan cara yang sama, istri pertama Abraham, Sarah, juga disebut-sebut dalam Veda sebagai Saraswati”
Lagi-lagi Muslim sekedar asal bunyi.
Ketika kita menyelidiki ayat-ayat Rigvedic, kita bisa lihat bahwa
Saraswati aslinya adalah sebuah sungai. Tidak diketahui persis dimana
tepatnya sungai ini, tapi yang pasti adalah bahwa Saraswati itu arti
aslinya betul-betul sebuah sungai. Rigveda banyak mengulang-ulang
pernyataan bahwa Saraswati adalah sebuah sungai yang digambarkan
mengalir dari pegunungan turun ke laut yang disembah sebagai
dewi-sungai. Kemudian, diapun juga menjadi dewi pengetahuan. Barulah di
zaman abad pertengahan Saraswati menjadi pendamping Brahma. Lagipula
dalam kitab Veda, Saraswati dapat dipastikan BUKAN
istri Brahma. Jadi kecuali kita ingin menyamakan Sarah di Alkitab itu
sebagai sebuah sungai, maka tidak ada hubungan antara Sarah dan
Saraswati.
(c) “Nabi Nuh disebutkan sebagai Manuh atau Manu.”
Satu-satunya kemiripan di antara kedua
karakter terdapat dalam cerita keduanya. Seperti halnya Nuh, Manu juga
diselamatkan Tuhan ketika terjadi air bah. Namun ini bukanlah bukti
apa-apa kecuali bahwa kedua kisah mereka melibatkan musibah banjir.
Selengkapnya, kedua kisah mereka secara gamblang saja ketahuan tidak
cocok satu sama lain: Manu tidak punya bahtera (hanya sebuah perahu yang
ditarik Tuhan yang berbentuk ikan) dan yang pasti tidak ada binatang
apapun yang dia bawa untuk kembali memenuhi bumi. Bukan itu saja, Manu
itu adalah sebuah nama umum bagi 14 penguasa dunia dalam
legenda-legenda. Ternyata ada juga Manu perempuan yang berarti Ibu umat
manusia (Manava – anak-anak Manu (bentuk feminin)).
(d) Dengan
cara yang sama, mereka katakan bahwa ‘Maleccha’ (mereka yang najis)
berasal dari kata Ibrani “Ma-Hekha” yang berarti ‘sanak saudara kalian’.
(Contoh: Dan ia (Ismail) akan tinggal di hadapan semua sanak
saudaranya. Kejadian 16:12; keturunan Ismail adalah sanak dari keturunan
Israel.) Jadi kata ini berarti seorang dari keturunan Ismail DAN semua
orang tahu bahwa Muhammad itu keturunannya Nabi Ismail lewat anak
keduanya (Kedar).
[Aneh bahwa kata yang berarti ‘mereka
yang najis’ kemudian disamakan dengan kata yang berarti ‘sanak saudara
kalian’!] Mereka yang mengerti bahasa Arab akan mudah saja melihat bahwa
kesalahan memisahkan Ma dari Hekha akan menghasilkan sebuah bentuk
tunggal ‘Malhekha’, dan dalam Sanskrit akan berbunyi seperti Malechha.
Sekali lagi, ini semua berasal dari anggapan bahwa bangsa Hindu kuno itu
sebetulnya mengerti bahasa Ibrani dan telah membaca Alkitab seperti
yang dapat kita temukan sekarang. Dari segi tata bahasa, kata yang
dimaksud berasal dari ‘mlech’, yang berarti: berbicara tidak jelas,
tidak beradab. Jadi ‘mlechha’ sebenarnya berarti mereka yang tidak
mengerti bahasa Vedic, yaitu orang-orang diluar masyarakat Hindu. Dan
kata itu jelas adalah kata purba (sebelum adanya Alkitab).
3. Argumen
ketiga berhubungan kuat dengan Purana Bhavishya atau Kitab Ramalan.
Prati Sarg Parv III: 3, 3, ayat 5-27 menjelaskan secara rinci mengenai
perbuatan-perbuatan Muhammad, pembentukan sebuah agama yang baru dan
bahkan menyebutkan nama sang nabi secara tepat.
Jadi sekarang kita mempertanyakan
mengenai seberapa otentiknya kitab ini. Menurut kebanyakan pakar, buku
ini adalah hasil kompilasi berabad-abad, dimana para penulisnya
menampilkan pengetahuan sejarah mereka sebagai ramalan-ramalan bagi masa
yang akan datang. Muslim berargumen bahwa “Sesuatu telah terjadi
sehingga kitab-kitab Purana yang sekarang ini berbeda dari kumpulan yang
ditunjukkan oleh kitab Veda; kitab aslinya telah hilang”.
Saya akan tercengang-cengang kalau yang
ngomong ini adalah seorang Hindu, karena sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa kitab Purana ditulis SETELAH kitab Veda dan kitab Veda TIDAK SEKALIPUN PERNAH menyebut-nyebut tentang kitab Purana.
Namun inilah bualan Mr. Haq dan Dr. Naik.
Mereka juga berargumen bahwa sumber-sumber itu tidaklah mungkin dapat
ditambah-tambahkan dalam masa-masa sesudahnya karena kitab Purana itu
sudah sering dibacakan secara umum jadi tidak mungkinlah diubah-ubah
lagi. AH, MASA! Wong hanya cerita-cerita yang umum saja dari ke 18
Purana yang dibacakan dalam ibadah-ibadah Hindu. Lagipula, Purana
Bhavishya adalah bagian yang jarang dibacakan di hadapan umum.
Bahkan kalau kita menganggap Purana ini
sebagai kitab otentik, maka dua pertanyaan akan muncul. Yang pertama,
mengapa kitab tersebut hanya berisi ramalan-ramalan sampai masa
bertahtanya Ratu Victoria? Mengapa Tuhan tiba-tiba saja memutuskan untuk
menghentikan segalah wahyuNya pada waktu yang sangat mencurigakan ini?
Bukannya akan lebih pantas untuk melanjutkan wahyu-wahyuNya (walau lewat
alim-ulama Muslim) atau untuk menghentikan semua ramalan seiring dengan
MUNCULnya Islam beserta Buku ‘sempurna’nya yaitu Qur’an yang digembar-gemborkan sebagai kitab penutup segala kitab lain?
Kedua, Purana itu isinya penuh dengan
kisah-kisah perbuatan para dewa dan kesimpulan bahwa satu-satunya dewa
yang layak dipuja adalah Surya, sang Dewa Matahari. Jika kitab tersebut
dianggap otentik oleh Muslim, maka seharusnya semua kisah demikian juga
harusnya diterima dan Muslim semua kini menyembah matahari!
Kebanyakan Muslim belum pernah membaca
keseluruhan kitab ini; mereka yang pernah, akan mengatakan bahwa
bagian-bagian tadi mestilah merupakan bentuk-bentuk korupsi. Tetapi kaum
Hindu juga dapat saja memakai cara-cara main comot dan menyatakan bahwa
bagian-bagian yang berhubungan dengan Islam itulah yang tidak dapat
dipercaya.
Purana Bhavishya sendiri secara lengkap dijabarkan sebagai berikut:
” … Apa yang dikatakan kepada Manu oleh
Surya (Matahari). Ini mengandung kejadian-kejadian di kemudian hari.
Kitab ini memuja Surya (Matahari), Agni (Api) dan Naga (Ular Naga). Ada
tambahan mengenai beberapa tempat suci Bharata dan hak-hak para
peziarah. Kitab ini berisi 14.000 ayat dan dianggap sebagai yang paling
uttama (utama) untuk dipersembahkan kepada seorang brahmin pada saat
bulan purnama dalam bulan Pausha.”
Purana Bhavishya bahkan juga menyebut bahwa YESUS itu pernah datang di India. Anda bisa menemukan hal itu disini.
NAH, JADI … kalau Muslim percaya bahwa
Purana Bhavishya meramalkan mengenai Muhammad, lalu mengapa mereka tidak
percaya bahwa Yesus pernah sampai ke INDIA dan belajar ilmu-ilmu dari
para Siddha? Bhavishya Purana juga memuji penyembahan terhadap Surya,
Agni dan Naga. Apa Muslim mau memuji dewa-dewi itu pula? Jadi kalau
Muslim menolak percaya atas beberapa bagian dari purana tersebut,
mengapa pula mereka mau percaya kepada ayat-ayat tambahan yang ‘merujuk’
kepada Muhammad? Tidakkah anda melihat betapa konyolnya kedua tokoh
Muslim ini?
4. Ramalan
dalam Veda: (Kitab Veda adalah yang tertua dalam Hinduisme. Mereka eksis
sejak 4000 SM atau bahkan lebih tua dari itu. Kitab itu ditulis dalam
bahasa kuno, saking kunonya sampai sejak Sansekerta dikodifikasikan
sebagai sebuah bahasa, orang sudah lupa arti ayat-ayat Veda! Para ahli
jaman itu kemudian menulis komentar-komentar dan buku-buku tata bahasa
tentang Veda. Bahkan sampai sekarang, tidak dimungkinkan untuk
menerjemahkan semua ayatnya.)
Dr. Zakir Naik dan Dr. Haq menyatakan
bahwa Atharva Veda, Kanda (pasal 20, Mantra 126-137) meramalkan mengenai
Muhammad. Bagian ini dikenal sebagai Kuntap Sukta. Mereka bilang bahwa
kata Kuntap itu berarti menghabiskan dosa dan kesusahan, dan itu
terbentuk dari Kuh (dosa dan kesusahan) dan tap (mengkonsumsi). Ini
tidak seutuhnya benar.
Brahman Gopatha mendefinisikan kata tersebut sebagai “yang membakar habis semua yang jahat atau jelek”.
Tapi Muslim lalu melanjutkan bahwa kata
Kuntap juga berarti “‘kelenjar tersembunyi dalam rongga perut’ yang
menyiratkan bahwa arti yang sesungguhnya hanya dapat dinyatakan kepada
mereka yang mampu mengembangkan penglihatan yang cukup”. Sayangnya ia
tidak memberikan sumber-sumber pendukung bagi arti ini. Namun ini sudah
cukup bagi Muslim tersebut untuk menyimpulkan bahwa ‘artinya’ ini
merujuk ke MEKKAH!!! yang disebut-sebut sebagai rongga perutnya bumi oleh kaum Muslim.
Dr. Naik dan Dr. Haq kemudian
“memperlihatkan bahwa kata ‘Kuntap itu diberasal dari kata Bakkah
(Mekkah). Dalam analisa Sansekerta dan Arab, kata-kata tersebut memiliki
arti yang sama, kata ‘b’ dalam bahasa Arab digunakan sebagai ‘p’ dalam
Sanskrit (zaman sekarang, sebuah contoh ialah dari softdrink Pepsi;
ditulis sebagai Bebsi oleh orang-orang Arab). Huruf ‘t’ dalam bahasa
Arab menjadi tak berbunyi dan diucapkan seperti h tergantung posisinya
dalam kata yang bersangkutan. Contoh, ‘tun’ dalam Medinatun digantikan
oleh h sewaktu diucapkan (baik t maupun n dihilangkan). Lebih lanjut,
banyak kata Sansekerta yang memiliki kemiripan dengan kata-kata Arab
dituliskan secara terbalik. Jadi seseorang dapat melihat kemiripan di
antara kata Kuntap dengan Bakkah (masing-masing terdiri atas huruf-huruf
k, n, t, p)”.
Ini sekali lagi benar-benar kekanak-kanakan, sama seperti halnya Brahma dan Abraham.
[…]
Ini sama saja dengan seorang Hindu
mengatakan bahwa kata Mekkah itu berasal dari kata Sansekerta Makh atau
Yajna; nama Muhammad adalah turunan dari nama lain Krishna, Madan Mohan
dan Aab (air). Dan klaim orang Hindu itu kelihatannya malah lebih valid!
Muslim-muslim ahli taqqiya itu mengatakan
bahwa Mantra ketiga dari Kuntap Sukt diterjemahkan oleh seseorang yang
bernama Pandit Raja Ram sebagai “Dia memberikan Mamah Rishi seratus
koin, sepuluh tasbih, tiga ratus kuda jantan dan sepuluh ribu sapi.”
Lalu lanjut mereka: “Akar dari kata Mamah
adalah Mah yang berarti memuji sangat tinggi, menghormati,
mengagungkan, meninggikan, membesarkan, memuliakan. Kata “Muhammad”
berarti “yang dipuji-puji” dalam bahasa Arab. Jadi, Mamah itu sama
dengan Muhammad. Huruf ‘d’ dibuang seperti dalam halnya Mamah (Muhammad,
yang diturunkan dari akar huruf-huruf h, m dan d)”.
Ini adalah penjelasan yang sangat lihai.
Sayang sekali Mamah BUKAN sebuah kata tunggal ataupun sebuah nama,
melainkan sebuah kombinasi dari dua kata ‘mamo’ dan ‘ahe’, yang berarti
‘untukku’.
Kemudian Dr. Naik dan Dr. Haq lanjut
menjelaskan arti ‘tersembunyi’ dalam kalimat tersebut. 100 koin emas
kelihatannya menunjukkan sahabat-sahabat pertama dari Nabi Muhammad … 10
tasbih menunjukkan kepada 10 pendamping nabi Muhammad yang diberikan
kabar baik tentang Suurga oleh sang nabi … 300 kuda jantan (kuda-kuda
Arab) menunjukkan para sahabat nabi Muhammad yang ikut dalam perang
‘Badr’. Meskipun kita tahu jumlah sebenarnya yang dikisahkan adalah 313,
dalam banyak ramalan angka-angka biasanya dibulatkan. 10.000 sapi
menunjuk kepada 10,000 pengikut yang menyertai sang nabi ketika dia
menyerbu Mekkah. Interpretasi ini didasarkan pada Hadis Sahih Bukhari
Volume 9, Nomer 159, di mana Muhammad menceritakan mimpinya bahwa
sapi-sapi melambangkan kaum beriman.
Ini alasan yang dicari-cari!
Keduanya juga menyingkapkan pengetahuan
Veda mereka yang sangat miskin ketika mereka menyatakan: “Kata
Sansekerta Arvah berarti sebuah kuda Arab yang larinya sangat cepat yang
khususnya digunakan oleh para Asura (bangsa non-Aryan)”.
TAPI di dalam kitab
Veda, bangsa Asura bukanlah non-Aryan; dewa-dewi seperti Indra dan
Varuna juga dinamakan sebagai ‘Asur’ yang sederhananya berarti ‘tuan’.
Barulah jauh di kemudian hari Asura itu melambangkan para Setan.
Lalu mereka membuat versi mereka sendiri
berkenaan dengan mantra 1 sampai 13 dari Kuntap Sukt yang menurut mereka
dikumpulkan dari ‘beberapa Guru-guru Hindu’:
1. Listen to this O people! a praiseworthy shall be praised. O Kaurama we have received among the Rushamas sixty thousand and ninety. [population of Makkah at the time of Prophet’s triumphant entry in Makkah].TERJEMAHAN: Dengarkanlah kalian! Seorang yang layak dipuji akan dipuji-puji. O Kaurama kami telah menerima di antara para Rushama enam puluh ribu dan sembilan puluh. [jumlah populasi Mekkah pada saat dirampas oleh Muhammad].Bangsa Rusama disebutkan dalam RigVeda sebagai kaum yang dilindungi oleh Indra, dan di tempat lain ditunjukkan sebagai sebuah komunitas yang tiada sangkut paut apa-apa dengan Mekkah. Kaurama adalah nama lain dari Kaurava, seorang penderma murah-hati dalam komunitas mereka.2. Twenty camels draw his carriage, with him being also his wives. The top of that carriage or chariot bows down escaping from touching the heaven.TERJEMAHAN: Dua puluh onta menarik gerobaknya, beserta dengannya juga ikut istri-istrinya. Puncak dari gerobak atau keretanya itu merunduk untuk menghindari dari persentuhan dengan Surga.Padahal teks sesungguhnya adalah ‘Dia yang memiliki dua kali sepuluh kerbau maju mengiringi, bersama dengan sapi-sapi mereka, tinggi dari keretanya hampir saja mencapai Surga yang mengundurkan diri dari sentuhannya. Anda dapat menemukan terjemahan Veda yang akurat dan terkenal disini. Saya tidak pernah mendengar bahwa ada ONTA yang digunakan oleh orang INDIA di zaman Veda, juga tidak sekalipun dapat anda jumpai onta dalam kitab Hindu manapun.3. He gave the Mamah Rishi a hundred gold coins, ten chaplets, three hundred steeds and ten thousand cows.TERJEMAHAN: Dia memberikan Mamah Rishi seratus koin emas, sepuluh tasbih, tiga ratus kuda jantan dan sepuluh ribu sapi.Seperti yang kita sudah lihat sebelumnya ini bukanlah Mamah Rishi, namun hanya sekedar Rishi.4. Disseminate the truth, O ye who glorifies [Ahmad], disseminate the truth, just as a bird sings on a ripe fruited tree. Thy lips and tongue move swiftly like the sharp blade of a pair of shears. [The Prophet’s state when he received revelation through Archangel Jibril (Gabriel)].TERJEMAHAN: Sebarkanlah kebenaran, o kamu yang memuji-muji [Ahmad], sebarkanlah kebenaran, seperti burung yang berkicau pada pohon yang berbuah matang. Bibir dan lidahmu bergerak secepat sepasang bilah dari gunting yang tajam. [Keadaan sang nabi ketika ia menerima wahyu melalui Malaikat Jibril].Lagi-lagi, teks aslinya adalah “Berlimpahlah hai penyanyi, berlimpah-limpahlah, seperti seekor burung pada pohon yang berbuah matang”. Namun, istilah ‘narasansha’ yang diterjemahkan sebagai penyanyi, dapat juga berarti seseorang yang sedang memuji. Seseorang yang sedang memuji TIDAK sama dengan ‘yang layak dipuji’. Narasansha tidak sebanding dengan Muhammad. Rupa-rupanya versi ini dipakai Muslim supaya dapat dibanding-bandingkan dengan Ahmad (Muhamad).5. The praying ones with their prayers hurry on like powerful bulls. Only their children are at home, and at home do they wait for the cows. [Cows refers to companions of the Prophet. Prophet’s companions strict adherence to five daily prayers at appointed times. Refers to Battles of Badr, Uhud, and Ahzab (Ditch or Allies)].TERJEMAHAN: Mereka-mereka yang sembahyang dengan doa-doa mereka bergegas secepat banteng. Hanya anak-anak mereka yang ada di rumah, dan di rumahlah mereka menunggu-nunggu para sapi. [Sapi menunjukkan sahabat/pengikut nabi. Pengikut sang nabi adalah yang menjalankan Sholat lima waktu secara ketat. Jadi ini menunjuk kepada perang Badar, Uhud, dan Ahzab (Parit atau Sekutu)].Teks sebenarnya adalah “Para pemusik dengan lagu kesalehan mereka bergegas dengan riang gembira bagaikan sapi-sapi; anak-anak mereka tinggal di rumah, dan di rumah pula para sapi itu mereka rawat”.6. O you who praises (the Lord), hold fast the wisdom, which earns cows and good things. Disseminate this among the divines, just as an archer places his shaft on the right point. [wisdom of the Qur’an].TERJEMAHAN: Hai kalian yang memuja (Tuhan), berpegang teguhlah kepada kebijaksanaan, yang menghasilkan sapi-sapi dan hal-hal baik. Sebarkanlah ini di antara yang ilahi, sebagaimana seorang pemanah menembak dengan jitu. [kebijaksanaan Qur’an]Sekali lagi, di sini terjemahan standarnya adalah “Hai penyanyi bawakanlah lagu-lagu pujian …” Mereka mengutarakan ini dari sudut kebijaksanaan Qur’an. Sekarang jika taruhlah memang itu yang benar, kitab Veda ditulis beberapa tahun sebelum kitab Alkitab dan Qur’an. Jadi lalu mengapa Muslim tidak membaca saja kitab Veda ini?7. Sing the high praise of the king of the world or the Light of the Universe, who is a god and the best among men. He is a guide to all people and gives shelter to everyone. [Prophet Mohammed’s qualities].TERJEMAHAN: Nyanyikanlah pujian agung bagi sang raja dunia atau sang Terang Jagad Raya, yang adalah Tuhan dan terbaik di antara umat manusia. Ialah pembimbing seluruh manusia dan memberikan tempat berteduh bagi sekalian orang. [kualitas-kualitas nabi Muhammad].Lagi-lagi teks aslinya adalah, “Nyanyikanlah pujian dari Pariksit, yang bertahta yang dicintai semua orang, sang raja yang berkuasa di atas segalanya, di atas segala yang fana sebagai seorang dewa”. Nama Parikshit haruslah disebut secara pasti. Parikshit adalah nama seorang raja dari keturunan Kaurava, meski tidak dapat dibuktikan bahwa ia adalah raja yang sama dengan yang disebutkan dalam Mahabharata. Namun, nama ini sengaja dibuang. Rupanya bahkan dengan imajinasi melambung Muslimpun, mereka tidak mampu membual bahwa Parikshit adalah ‘nama lain bagi Muhammad.’8. He who affords shelter to everybody, gave peace to the world, as soon as he mounted the throne. Men in Kuru-land are talking of his peace-making at the time of the building of the house. [Kuru means one who protects a house in Hebrew and Kore means a house. It refers to the first house of worship, the Ka’bah. In this sense, Kuru-land means the land of Koreish . This Mantra refers to the rebuilding of the Kabah five years before Mohammed’s prophethood and his role in peace-making when each tribe of the Koreish (Quraish) wanted the sole honor to put the Black Stone at its right place and disputed to the point of threats to fight each other. The Black Stone is a celestial material and is the only remaining part of the original building material of the Ka’bah].TERJEMAHAN: Ia yang memberikan tempat berteduh kepada setiap orang, memberikan damai bagi dunia, segera setelah ia naik tahta. Laki-laki di negeri Kuru membicarakan rancangan-damainya pada saat pembangunan rumah itu. [Kuru berarti yang melindungi sebuah rumah dalam bahasa Ibrani dan Kore berarti sebuah rumah. Jadi ini merujuk kepada rumah sembahyang yang pertama, Kakbah. Berkaitan di sini, negeri Kuru berarti tanah para Koreish. Mantra ini merujuk kepada pembangunan kembali Kakbah 5 tahun sebelum Muhammad jadi nabi dan perannya dalam rancangan perdamaian ketika masing-masing suku Koreish (Quraisy) bersengketa masing-masing ingin meletakkan Batu Hitam menurut keinginannya dan berselisih sampai hampir berkelahi satu sama lain. Batu Hitam itu adalah material dari luar angkasa dan merupakan satu-satunya bagian yang tertinggal dari material bangunan asli dari Kakbah itu.]Translasi standar: “Sewaktu naik tahtanya Parikshit yang terbaik dari semua telah memberikan kita damai dan istirahat, demikian kata seorang Kaurava kepada istrinya selagi ia sedang mengatur rumahnya”. Seorang Kaurava adalah seorang anggota dari kelompok Kuru, keturunan Kuru, apapun artinya dalam bahasa Ibrani. Lagi pula, mengapa kata-kata yang jelas di situ mengenai suami (pati) dan istri (jaya) sengaja dihilangkan? Saya yakin si pengarang ini dapat menemukan arti penting yang terselubung juga dalam hal ini, kalau saja dia bekerja lebih keras.9. In the realm of the King, who gives peace and protection to all, a wife asks her husband whether she should set before him curd or some other liquor. [Due to Prophet’s protection and commandments, women could travel freely long distances without any escort or fear].TERJEMAHAN: Di dalam negeri sang Raja, yang memberikan damai dan perlindungan bagi semua, seorang istri bertanya kepada suaminya apakah dia harus menghidangkan sajian ataukah minuman arak. [Karena perlindungan dan titah-titah sang nabi, para wanita bisa bebas bepergian jarak jauh tanpa ditemani dan tanpa rasa takut]Benar begitu? Apakah anda melihat ada korelasi di antara kata-kata dalam versi sesungguhnya dengan arti yang dicoba-coba oleh kedua orang Muslim ini? Di atas semua ini, minuman arak disebutkan. Saya belum pernah mendengar ada orang yang minum arak semasa Muhammad hidup, karena ia melarang minuman arak.10. The ripe barley springs up from the cleft and rises towards heavens. The people prosper in the reign of the king who gives protection to all. [people rise from the depth of degradation to the height of glory].TERJEMAHAN: Gandum yang matang bermunculan dari belahannya dan tumbuh ke arah langit-langit. Rakyat sejahtera di dalam pemerintahan sang raja yang memberikan perlindungan bagi semua. [manusia bangun dari jurang kemunduran kepada tingginya kejayaan].Kemunduran apa yang Muhammad perbaiki dari bangsa Arab? Dia bilang seks di luar nikah itu haram. Baiklah, namun hal itu sudah ada jauh lebih lama di INDIA! Semua orang mematuhi hal ini dan percaya dan melarang seks sebelum nikah. Justru Muhammad malah memberikan contoh yang sangat hebat (dan bukan pengecualian sebab orang-orang Muslim biasa mengulanginya) dengan mengawini seorang anak kecil. Inikah kemajuan atau kemunduran?11. Indra awoke the singer of his praises and asked him to go to the people in every direction. He was asked to glorify Indra, the mighty and all pious men would appreciate his effort and God would bestow on him His rewards. [The Prophet sent letters to several kings and rulers in every direction inviting them to Islam].TERJEMAHAN: Indra membangunkan penyanyi lagu-lagu pujiannya dan menyuruhnya pergi kepada rakyat di segala penjuru. Dia diperintahkan untuk memuja Indra, semua orang yang gagah dan saleh akan menghargai usahanya dan Tuhan akan melimpahkannya pahala-pahala. [Sang nabi mengirimkan surat-surat kepada beberapa raja dan penguasa di segala penjuru supaya mereka mau masuk Islam].Apa yang ingin dikatakan Naik dan Haq? Mereka berkata bahwa Indra = Allah!!! Dalam agama Hindu Indra adalah seorang dewa cuaca dan perang, dan penguasa Surga atau Swargaloka. Ia juga merupakan figur penting dalam tradisi-tradisi non-Hindu. Menurut mithologi, Indra juga dikutuk oleh kekuatan tertinggi. Kekuatan tertinggi adalah TUHAN satu-satunya, dan INDRA itu baru setengah-Dewa saja. Ditunjukkan di sini. Memang, ada mithologi bahwa Indra mengendarai kereta perang. Apakah Allah mengendarai sebuah kereta ataukan BMW? Betapa konyolnya! Cuma orang yang memang betul-betul niat ngawur untuk membenarkan thesisnya yang bisa menemukan ayat-ayat ini ada kaitannya dengan sejarah Islam.12. Cows, horses and men multiply and increase here, because here rules the one who is bountiful and splendidly generous who gives thousands in charity and sacrifice. [qualities of the Last Prophet].TERJEMAHAN: Sapi-sapi, kuda-kuda dan manusia bertambah jumlah dan berkembang di sini, karena di sini memerintah seseorang yang kaya raya dan sangat murah-hati yang memberikan derma sedekah kepada ribuan orang. [kualitas sang nabi terakhir].Di sini referensi lain mengenai seorang setengah dewa dihilangkan: “Di sini, hai ternak, kalian akan dilahirkan, di sini, kalian kuda-kuda, mari, kalian hewan ternak! Dan juga Pûshan, yang mempersembahkan seribu (sapi) sebagai hadiah persembahan, menetap di sini.” Pûshan berarti Muhammad? Tidak mungkin! Pûshan ini sekali lagi adalah seorang setengah-Dewa.13. O Indra, let these cows be safe, and let not their master be harmed. And let not an enemy, O Indra, or a robber overpower them. [Indra refers to God and cows to saintly followers of the Prophet].TERJEMAHAN: O Indra, biarkanlah sapi-sapi ini aman, dan jangan mencelakai pemiliknya. Dan jangan biarkan seorang musuh, O Indra, ataupun seorang perampok merampas mereka. [Indra merujuk kepada Tuhan dan sapi-sapi kepada para pengikut sang nabi].Orang-orang yang mengaku pakar (demi dolar?) ini tidak tenang sampai ada riset-riset terakhir yang dilakukan oleh kawan-kawan Muslim lainnya. Mereka ini wanti-wanti menulis bahwa Indra sebagai dewa perang dan pemimpin bangsa Arya, adalah pemerbudak yang kejam bagi penduduk asli India dan merupakan teroris pertama dalam dunia ini. Mereka sangat berkontradiksi satu sama lainnya dalam istilah-istilah yang diciptakan mereka sendiri!
Seperti yang telah kita lihat sang
pengarang dengan cermat sengaja menghilangkan kata-kata tertentu dan
memberikan arti-arti yang lain yang lalu secara umum dihubung-hubungkan
oleh mereka. Biarpun begitu, tetap saja ini tidak cukup untuk memutar
ayat-ayat menjadi ramalan-ramalan mengenai Muhammad. Baca saja secara
wajar sudah kelihatan bahwa ayat-ayat yang dimaksud itu adalah
penggambaran mengenai sebuah kerajaan yang berkembang subur di bawah
pemerintahan raja yang murah-hati; ini semua sederhananya hanyalah
lagu-lagu pujian. Makanya si pengarang harus memakai pertolongan
simbol-simbol. Sumber simbolisme dia ini tidak dapat ditemukan dalam
kitab Veda sendiri – dia memang sengaja memaksakannya seenak hatinya
dalam rangka untuk mencocokkan dengan teorinya. Hanya dari sudut pandang
kepercayaan tertentu dapatlah dihasilkan penafsiran semacam ini dari
lagu pujian tersebut.
Lanjut keduanya mengutip sebuah ayat dari
Sama Veda II:6,8: “Ahmad memperoleh hukum Syari’ah dari Tuhannya. Hukum
agama ini penuh dengan kebijaksanaan. Aku menerima terang daripadanya
sama seperti dari matahari.” Mereka mendapatkan terjemahan ini hampir
betul kecuali dengan sebuah pelintiran Islami. Terjemahan benarnya
adalah: “Aku dari Ayahku telah mendapatkan pengetahuan yang dalam
mengenai Hukum abadi; Aku terlahir sebagai bagi sang Matahari”.
Sedangkan untuk ‘Ahmad’, sekali lagi ini adalah contoh khas dari
permainan asal-bunyi seperti halnya Mamah. Kata Sanskrit sebenarnya
adalah ‘ahammiddhi’, ‘aham’ berarti “Aku”.
Untuk membumbui lebih lanjut, para pakar
ini lalu mengutip Rig Veda 27, 1: “Sang pemilik kereta, orang yang benar
dan pencinta kebenaran, yang sangat bijaksana, kuat dan murah-hati,
Mamah [Muhammad] telah menyenangkanku dengan kata-katanya. Putra dari
yang maha kuasa, yang memiliki semua gelaran terbaik, welas asih bagi
dunia-dunia telah menjadi terkenal dengan sepuluh ribu [pengikut].
“Namun, terjemahan standard dari ayat ini adalah, “Sang Pahlawan yang
bagaikan Tuhan, yang paling ternama di atas para bangsawan, telah
menganugerahkan kepadaku dua kerbau dengan sebuah kereta. Putra Trvsan
Tryaruna telah menampilkan dirinya, Vaisvanara Agni! Dengan sepuluh
ribuan”. “Vaisvanara” adalah nama lain bagi dewa-api, tapi kita tidak
yakin tentang siapa sebenarnya Trvsan atau putranya ini. Bagaimanapun,
Haq membuang referensi untuk sang Dewa Api ini. Trvsan menjadi nama lain
bagi Allah (barangkali dengan alasan bahwa mungkin nama ini merujuk
kepada seorang dewa) sedangkan nama Tryaruna malah dihapus olehnya sama
sekali. Lagi-lagi dia ini kembali kepada tipuan seperti Mamah.
Rupa-rupanya kapanpun dimanapun terdapat kombinasi huruf yang membentuk
kata ‘mamah’, baik bentuk tunggal maupun yang terdiri atas kombinasi
dari huruf-huruf lainnya dalam suatu kata, langsung saja dia sikat untuk
mengkaitkannya dengan Muhammad. Ayatnya yang penuh dapat dibaca
sebagai, “O Api, penguasa umat manusia! Sang pelindung umat yang benar,
yang sangat bijaksana, mulia (kebetulan istilah yang digunakan disini
adalah ‘asura’) dan kaya, putra Trivsran telah memberikan kepadaku dua
lembu yang terikat kepada sebuah kereta dan sepuluh ribu potongan emas
sehingga ia memperoleh nama besar”. Penyanyi ayat ini tidak sedang
digembirakan oleh kata-kata bijak namun oleh pemberian-pemberian hadiah
materi. Terjemahan Haq ini tidaklah lebih dari sebuah dusta. Jadi tidak
heranlah jika dia tidak mengacuhkan sisa dari lagu pujian tersebut. Di
sana sebetulnya sang penyanyi menjelaskan bahwa sang raja telah
menganugerahkannya pemberian-pemberian ini disebabkan karena ia telah
menyenangkannya dengan pujian dan ia memohonkan para dewa untuk
memberikannya kebahagiaan. Lebih lanjut Dr. Zakir Naik dalam websitenya
berkata Muhammad SAW diramalkan di dalam Rigveda. Ramalan yang serupa
juga ditemukan dalam Buku Rigveda I, Hymn 53 ayat 9: Kata Sanskrit yang
digunakan adalah Sushrama, yang berarti layak dipuji atau terpuji-puji
yang mana dalam bahasa Arab berarti Muhammad (pbuh) Hymn/mantra yang
dimaksud dan terjemahannya adalah: “Bersama dengan roda-keretamu yang
maha unggul, O Indra, yang paling tersohor, telah mengalahkan dua kali
dari sepuluh raja-raja manusia. Dengan enam puluh ribu sembilan puluh
sembilan pengikut, yang berperang bersama-sama dengan para Susrava yang
tidak memiliki teman.” Ayat ini sedang membicarakan Indra, sebuah pujian
bagi Indra dan bukan bagi Muhammad! Susravanya Dr. Naik adalah bentuk
tunggal, sedangkan sebetulnya yang dimaksud adalah jamak = para Susrava =
sekelompok dari orang-orang yang layak dipuji. Jadi ini tidak merujuk
kepada Muhammad!
5. Argumen
terakhir adalah logika. Dr. Naik dan Dr. Haq kelihatan telah melakukan
penalaran yang tidak masuk akal. Mereka cenderung berkontradiksi satu
sama lainnya. Mereka berkata bahwa mereka tidak sedikitpun mempercayai
kitab Hindu. Anda dapat temukan sendiri bagaimana Zakir Naik ini
mengecam cara-cara ibadah umat Hindu dalam sebuah tulisannya yang
berjudul “Memberikan Islam kepada seorang Hindu”. Namun masih juga dia
menggunakan otoritas kitab Hindu untuk membuktikan kenabian Muhammad dan
mendapatkan pengakuan sahnya agama Islam! Ini seolah membuktikan:
- Agama Hindulah yang sebenarnya benar.
- Allah tidak memberikan bukti-bukti yang cukup di dalam Qur’an untuk mendukung klaim-klaimnya.
- Semua Muslim harus pindah ke agama Hindu.
- Ulama pakar Muslim bisanya main gertak untuk memurtadkan orang-orang Hindu sama seperti yang mereka lakukan kepada orang-orang Kristen.
Dr. Zakir Naik dan Dr. Haq sebetulnya
telah melakukan logical fallacies ini semua: Post hoc ergo propter hoc,
Red herring (penyesatan), Petitio principii (asal asumsi), Non Sequitur
(tidak sama dan sebangun), Straw man (mengada-ada) and Tu quoque (maling
teriak maling). Sederhananya mana ada orang Hindu yang mau dimurtadkan
oleh skill marketing semurah ini! Kebenaran itu lebih kuat daripada
teknik-teknik marketing yang menarik apapun. Klaim lain yang mengajarkan
bahwa Muhammad itu sebagai Kalki Avatar juga ngawur. Karena
keterbatasan tempat dan waktu, saya akan singkat saja, AVATAR = TUHAN YANG BERINKARNASI/MENJELMA.
Muhammad hanya seorang Arab biasa yang tidak berbuat apa-apa! Kalki
Avatar akan memiliki 8 kualitas super-manusia. Muhammad tidak punya satu
pun.
A Point To Ponder Upon
The Vedas are supposed to be most supreme text of Hindus along with the Gita. There are 4 Vedas.
The number of verses in the Rig Veda total 10800
The Number of verses in Atharva Veda total 5987
The Number of verses in Yajur Veda total 2000
The number of verses in Sama Veda total 1875
Therefore, length of Vedas = 10800 + 5987 + 2000 + 1875 = 20662
Length of Qur’an = 6346
Ratio = Length of Vedas / Length of Qur’an = 3.255
The Number of verses in Atharva Veda total 5987
The Number of verses in Yajur Veda total 2000
The number of verses in Sama Veda total 1875
Therefore, length of Vedas = 10800 + 5987 + 2000 + 1875 = 20662
Length of Qur’an = 6346
Ratio = Length of Vedas / Length of Qur’an = 3.255
Qur’an itu tiga kali lebih kecil daripada
kitab Veda. Saat ulama-ulama Muslim menghabiskan waktunya untuk belajar
bahasa Arab, menghafalkan Qur’an, baca Hadis, percayakah anda bahwa
mereka juga belajar bahasa Sanskrit, atau bahkan jika tidak, apa mereka
membaca kitab setebal Veda, menafsirkannya dan mempersembahkannya?
Beberapa orang yang memperoleh uang memang melakukan hal ini, bagi
mereka, mereka cuma sekedar membunyikan apa saja yang mereka terima
tanpa dipikir masak-masak. Bayangkanlah, Upanishads, Puranas, Bhagavad
Gita, dan lainnya, kalau dihimpun bersama-sama akan menghabiskan seumur
hidup untuk dibaca dan dimengerti.
Saya yakin, Dr. Ali Sina itu kalibernya
jauh lebih besar dibandingkan mereka-mereka ini yang mengaku pakar
(pakar karena dollar?). Ali tidak mengutarakan data-data tolol seperti
orang-orang ini. Saya berharap sekarang umat Hindu akan merasa jelas
mengenai hal hoax/tipuan Muhammad dalam Kitab Hindu. Semuanya itu hanya
omong besar dan kosong belaka.
Kesimpulan:
Banyaknya manipulasi dan penyesatan yang
kita lihat dari orang-orang ini adalah sangat mencengangkan. Para
propangandis Islam ini entah betul-betul sesat atau rupa-rupanya
memancing di air keruh karena mereka tahu banyak di kalangan pembaca
yang tidak mengerti Sanskrit dan tidak akan repot-repot mencari
referensi-referensi. Mereka ini dengan gembira sengaja salah
menterjemahkan dan main pakai simbolisme seenaknya tanpa bukti
sedikitpun. Ya tentu kita bisa mengerti bahwa nafsu mereka adalah untuk
membuktikan bahwa Islam itu puncak tertinggi dari segala macam agama.
Marilah kita renungkan, jika iman
kepercayaan para penulis semacam ini begitu tidak teguh sehingga mereka
harus mencari pembenaran dari sumber-sumber agama orang lain. Juga orang
harus bertanya-tanya apa yang dikatakan pakar Muslim lainnya yang telah
membaca kitab Veda sebelumnya. Tiada satu dari mereka yang pernah
sampai pada pengartian-pengertian yang ditemukan Dr. Naik dan Dr. Haq;
jelas bahwa mungkin mereka ini hanya lebih bodoh atau kurang terpelajar
daripada Dr. Naik/Dr. Haq kita. Namun bagaimana, puncaknya sampai pada
pernyataan ini: “Kitab Veda berisikan banyak ramalan mengenai nabi
Muhammad. Beberapa penerjemah Veda dari Eropa dan Hindu telah menghapus
nama yang ada kaitannya dengan sang nabi, sedangkan yang lain telah
berusaha untuk menutup-nutupi dengan alasan-alasan lain untuk
mantra-mantra ini, mengenai kejadian-kejadian hidup Muhammad, Kakbah,
Mekkah, Madinah, Arabia, dan kejadian-kejadian lain yang menggunakan
terminologi dari kaum Hindu, semacam ritual-ritual penyucian, dan
daratan-daratan dan sungai-sungai di India”. Dengan kata lain,
menjelaskan apa yang para pakar seperti, para pakar Sanskrit Islami kita
yang baik-baik tahu bahwa semuanya adalah bohong. Dr. Naik/Haq
beroperasi dengan asumsi bahwa barangsiapa yang mencoba untuk menyanggah
mereka mestilah ia seorang pembohong. Pernyatan ini adalah cara yang
paling hebat untuk menghindari dari berhadapan dengan kebenaran. (Ya
tentu saya pribadi percaya bahwa bahan-bahan Dakwah dan buku-buku Dr.
Haq/Zakir tidak ditujukan bagi orang Hindu atau bagi pakar yang serius;
mereka menargetkan Muslim saja supaya imannya lebih kuat). Saya harap
saya telah membuat segalanya jelas bagi banyak orang, khususnya umat
Hindu, tentang kebohongan-kebohongan Dr. Zakir Naik dan Dr. Abdul Haq,
tentang bagaimana mereka menulis artikel-artikel, buku-buku, bahan-bahan
Dakwah, dan lainnya. Sekedar untuk menipu umat Hindu yang kurang
berpengetahuan, karena kebanyakan umat Hindu bukanlah umat yang fanatik
dan umumnya tidak banyak membaca kitab suci mereka. Kenyataannya,
apabila sekarang ada orang Hindu yang membaca artikel ini, pastilah
keyakinannya akan bertambah di dalam agama HINDU daripada murtad ke Islam. Terimakasih Dr. Zakir Naik untuk cara berjualan anda yang sangat buruk dan penuh noda kebohongan.