loading...

Friday, May 22, 2020

Wibawa Perjanjian Baru dan buku-buku Apokrif selayang pandang

Wibawa Perjanjian Baru dan buku-buku apokrif selayang pandang

Banyak orang beranggapan bahwa kanonisasi Kitab Suci diadakan, seakan-akan antara bukh-buku kanonik Perjanjian Baru dengn buku-buku apokrif adalah sejajar dari segi mutu dan kesahihannya. Karena itu, yang menentukan masuk atau tidaknya buku-buku tersebut dalam kanon, adalah semata-mata dari swgi menguntungkan atau tidaknya terhadap ajaran resmi gereja (Maurice Bucaille, 1984)
Catatan dibawah ini, akan membuktikan bahwa kendati secara definitip Perjanjian Baru ditetapkan pada abad ke-4 Masehi, akan tetapi sejumlah tulisan dari abad pertama dan kedua sudah mengutip Perjanjian Baru dan Mengakui Kewibawaannya.
**Daftar sumber-sumber tertulis Abad I dan II yang mengutip kitab-kitab Perjanjian Baru**
(James, 1955; Haskin, 1982; Henry H. Halley, 1979; A. de Kuiper, 1967)
---------------------------------------------
-Clement(95) Mat, Luk, Rom, 1-2. Kor, Ibr, 1Tim, 1 Pet.
-Polycarpus (110) Plp,sembilan surat Paulus, 1 Pet.
-Ignatius(110) Mat, 1 pet, 1 Yoh, sembilan surat Paulus, dan ada kesan diketahui ketiga injil lainnya
-Papias(70-155) Yoh,catatan tradisi mengenai asal-usul Mat dan Mrk.
-Didache(80-120) Mat(sebanyak 22 kutipan), Luk, Yoh, Kis, Rom, 1-2 Tes, 1 Pet, menyebut "kitab injil" sebagai dokumen tertulis.
-Surat Barnabas(90-120) Mat, Yoh, kis dan 2 Pet.
-Gembala Hermas(100-140) Yak, menggemakan banyak ide dari kitab-kitab Perjanjian Baru.
-Tatian(160) Menulis karya diasstestaron, yaitu gabungan Mat, Mark, Luk dan Yoh. Suatubbukti hanya ada 4 injil yang kewibawannya diakui Jemaat mula-mula.
-Justin Martyr(140) Menyebut ke-4 injil "memori para rasul", ia mengutip pula Kis dan Why.
-Basilides(117-138) Untuk kepentingan bidahnya ia menyusun kanon sendiri: Mat, Luk, Yoh, Rom, 1-2 Kor, Gal, Ef, Flm, Kol, 1-2 Tes dan Flp.
-Marcion(140) Untuk kepentingan bidahnya ia menyusun kanon: Luk, Rom, 1-2 Kor, Gal, Ef, Flp, Kol, 1-2 Tes dan Flm.
-Irenius(130-200) Hampir seluruh Perjanjian Baru yang disebutnya "Injil dan Kisah Para Rasul
-Tertulian(160-220) Mulai dikenal istilah Perjanjian Baru, mengutip sebanyak 1800 ayat Perjanjian Baru.
-Kanon Muratori( 170) Memuat daftar Kanon Perjanjian Baru, kecuali belum memasukkan Ibr, 1-2 Pet dan Yak.
-Terjemahan Siria Kuno(150) Menyebut seluruh kitab Perjanjian Baru, kecuali Yak, 1-2 Pet, 1-2-3 Yoh dan Wah.
-Terjemahan Latin Kuno(160) Seluruh Perjanjian Baru, kecuali Ibr, Yak, dan 2 Pet.
-Origen(185) Menyebut 27 kitab Perjanjian Baru, kendati ia masih meragukan Yak, 2 Pet, 2-3 Yoh dan pengarang Ibr (yang disangkalnya berasal dari Paulus).
Mengenai injil-injil apokrif yang banyak sekali jumlahnya, sebenarnya baru menampakkan diri pada abad ke-2 Masehi. buku-buku tersebut merupakan pemalsuan dari para bidah, setelah banyak dari buku-buku Perjanjian Baru yang mula-mula diapakinya tidak mendukung lagi perkembangan paham ajarannya.
Sebuah contoh, mula-mula kaum Genostik zaman Basilides menegakkan ajarannya denagan memutar balikkan Mat, Luk, Yoh dam sejumlah kitab Perjanjian Baru lainnya. Tetapi perkembangan paham sslanjutnya, khususnya sikap anti wanita dari golongan ini, tidak didukung oleh sumbangan ber-sumber kanonik tersebut, kendati dengan tafsiran bagaimanapun. Akhirnya kaum Genostik memunculkan Injil sendiri, yaitu Injil Thomas Nag-Hammadi (R. W. Haskin, 1982).
Kitab-kitab apokrif tersebut, jauh dari alasan yang diusulkan orang, tidak pernah disembunyikan apalagi dimusnahkan gereja. Suatu terbitan lengkap kitab-kitab tersebut dapat dengan mudah dijumpai. Salah satu dari banyak terbitan, dapat disebut M.R. James, The apocryphal New Testament (Being the Aposcrpyhal Gospel, Acta, Epistles And Apocalypses), diterbitkan oleh The Clarendon Press, Oxford, 1955.
Sekedar mengemukakan kelemahan buku-buku apokrif tersebut, kiranya dapat memuaskan para "pakar" Perbandingan Agama agar lebih banyak belajar lagi, berikut ini akan diberikan sketsa mengenai mutu dan isi buku-buku apokrif, sebelum menenfukan tempatnya "injil" Barnabas diantara buku-buku diatas.
a). Injil Nikodemus (The Gospel of Nicodemus)
Berasal dari abad ke-4. Disebut juga Kisah Pilatus(Acts of Pilate), karena memuat suatu laporan mengenai pengadilan Yesus yang disampaikan kepada Kaisar Tiberias yang bersifat khayali (James, 1955:115-145).
b). Injil Petrus(The Gospel of Peter)
Berasal dari abad ke-2. Kitab ini memuat azas-azas ajaran doceteisme, demi kepentingan orang-orang yang secara extream anti Yahudi. Injil Petrus disusun dengn menggunakan sumber-sumber ke-4 Injil kanonik (James, 1955:9-94).
c) Injil Matous tiruan (Gospel of Pseudo-Matthew)
Berasal dari abad ke-5, dalam bahasa Latin disebut Libre de Infantia. Memuat berlimpah-limpah mujizat Yesus waktu anak-anak. Pasal XX-XXV menceritakan pelarian Maria dan Yusuf (yang membawa Yesus) ke Mesir, dan menemukan tempat istirahat dibawah pohon palma saat dimusim berbuah. Yesus kecil membuat mujizat disiti, dihiasi penampakkan malaikat surgawi (james, 1955:73-79). Kesejajaran kisah ini secara aneh dijumpai dalam Alquran, surah Maryam 23-26: kelahiran Isa dibawah pohon korma ketika pelarian ke sebelah timur, mujizat buah korma, bicara waktu bayi dan gambaran-gamnaran serupa (Louis Hoyack, 1982:56)
d). Injil orang-orang Mesir (The Gospel according to the Egyptians)
Berasal dari masa antara tahun 130-150, dibuat oleh aliran Sabellius. Berisi percakapan-percakapan khayali antara Yesus dengan salome (Henry H. Halley, 1979). Disebutkan juga, Yesus datang untuk "Membinasakan perbuatan-perbuatan perempuan" (Band. James, 1955:10-12). tekanan-tekanan seperti diatas jelas tidak terdapat dalam kekristenan mula-mula (Haskin, 1982:14).
e), Injil Ebionit (The Gospel of the Ebionit)
Berasal dari abad ke-3, mempergunakan bahan-bahan dari ke-4 Injil kanonik yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran bidah kaum Ebionit (Henry H. Halley, 1979).
f). Injil Arab tentang masa kecil (The Arabic Gospel of the Infancy)
Berasal dari abad ke-7 (sezaman dengan timbulnya islam), berisi cerita-cerita rekaan mengenai mujizat Yesus kecil ketika keluargany tinggal di Mesir (James, 1955:80-82). Menurut penuntunan Eusebius (abad ke-4), jaziah Arab memang subur dengan bidat-bidat, banyak buku-buku palsu dihasilkan. Banyak kritik Alquran terhadap kekristenan, sebagian besar tidak didasarkan atas ajaran Gereja resmi tetapi merupakan reaksi langsung maupun tidak langsung dari buku-buku palsu tersebut.
g). Wahyu kepada Petrus (The Apoclaypse of Peter)
Berasal dari abad ke-2, berisi penglihatan-penglihatan mengenai surga dan neraka yang dikatakan telah diberikan kepada Petrus . Eusebius, menyebut kitab itu palsu (Henry H. Halley, 1979; James, 1955:14-16).
h). Injil Thomas( The Gospel Of Thomas)
Berasal dari abad ke-2, berisi kehidupan Yesus dari usia 5 hongga 12 tahun, membuat berlimpah-limpah mujizat untuk mengisi kisah masa kecilnya yang lowong dalam pemberitaan injil kanonik. Juga berisi mengenai kisah perjalanan misi Thomas ke India (James, 1955:14-16).
i). Kisah Petrus (The Acts of peter)
Berasal dari akhir abad ke-2, memuat kisah putri Petrus dan perselisihan dengan Simon, si tukang sihir. Juga memuat kisah "Quo Vadis" yang terkenal dan cerita kemartyran Petrus di Roma (Henry H. Halley, 1979; James, 1955:300-336)
k). Kisah Paulus(The Acts of Paul)
Dibuat pada pertengahan abad ke-2, sebuah cerita romantis yang bertujuan membela paham pengendalian hawa nafsu sexsual dalam rangka cita-cita selibat (James, 1955:270-297)
l). Kisah Andreas(The Acts of Andrew)
Berasal dari akhir abad ke-2, memuat kisah Rasul Andreas membujuk Maximilla untuk menahan diri dari pergaulan (persetubuhan) dengan suaminya (asceticisme sexsual). Peristiwa tersebut mengakibatkan kematian Andreas sebagai martyr kudus (James, 1955-357).
m). Surat dari Laodikia (The Epistle to the laodiceans)
Disusun dengan merujuk Paulus seperti teemuat dalam Perjanjian Baru, dan pengarang mengalihkan sejumlah ungkapannya yang lazim seolah-olah merupakan surat yang dimakasud dengan kolose 4:16 (James, 1955:478-480)
n). Injil Kelahiran Maria (The Gospel of the Brith of Mary)
Suatu pemalsuan dari abad ke-6, memuat kisah Maria puteri Yoyachim dan Anna, yang masa kecilnya ditipkan di Bait Allah. Kisah tersebut diperindah dengan kunjungan-kunjungan istimewa malaikat hingga lahirnya Yesus. Dongeng Maria diasuh di bait Allah ini, secara aneh dijumpai dalam Alqur'an, ali imran 35-37, dan 44 (Band. James, 1955:79-80).
o) Injil orang-orang Ibrani (The gospel of according to the Habrews)
Penulis injil ini menggemukakan bahan Injil Matius, yang disesuaikan disana-sini dengan selera kaum Ebionit (Ebion, bahasa Ibrani: miskin). Di sebut demukian, karena mereka memisahkan diri dari gereja besar di Yerusalem dan Antokhia, lalu mengasingkan diri di Pella sebelah Timur sungai Yordan. Mereka biasanya dianggap sesat, karena menolak kelahiran Yesus dari seorang perawan dan dasar-dasar teologi Paulus (Bekhrof dan Enklaar, 1986:9) jadi, tidak benar kalau kelompok ini mewakili gereja Yerusalem dibawah pimpinan Yakobus sepupu Yesus, seperti tulis Maurice Bucaille (1984). Hoyack, menerangkan bahwa pengenaananggapan yang amat ajaib dari Quran tentang trinitas sebagai: Allah, isa dan Maryam (dengan demikian: Bapa, Ibu dan Putra) dalam Almaidah 116, dapat ditelusuri dari Injil Hebro-Apokrif ini. Bagian yang dimaksudkan ialah Injil orang-orang Ibrani (On Isa. ix, 9: My mother the Holly Spirit). Ibuku, adalah Roh Kudus. Karena itu rumusan Roh Kudus dalam trinitas, disalahfahami sebagai Maryam (Louis Hoyack, 1982:51).

TENTANG KATA “HO KYRIOS” DALAM YOHANES 13:13

TENTANG KATA “HO KYRIOS” DALAM YOHANES 13:13.

TEKS
“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;”


TUDUHAN
Sudah lebih dari sekali, beberapa anggota CLDC menampilkan tuduhan bahwa Alkitab telah diubah-ubah. Salah satu “bukti” yang mereka angkat adalah terjemahan kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14. Menurut mereka, terjemahan yang tepat dari kata ini bukan “Tuhan” melainkan “tuan”.[1] Kata kyriosdalam Yohanes 13:13-14 disinyalir sebagai bukti bahwa telah terjadi pemalsuan makna dalam Alkitab. Selain itu, untuk mencari dukungan tambahan, mereka juga menyatakan bahwa sebenarnya kata Yunani yang berarti “Tuhan” adalah theos bukan kyrios.
Tentu saja, selain alasan pemalsuan Alkitab, asumsi yang terbonceng di balik tuduhan di atas adalah bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Yesus sekadar manusia biasa. Tidak lebih.

EKSEGESIS APOLOGETIS

sebagai tanggapan, penulis akan memusatkan perhatian pada terjemahan kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14. Saya tidak akan menyorot asumsi di balik tuduhan di atas. Menurut saya, bantahan terhadap tuduhan di atas akan dengan sendirinya menggugurkan asumsi di baliknya.
Spektrum Arti Kata Kyrios dan Theos
Tuduhan di atas menunjukkan dengan jelas mengenai ketidaktahuan mereka akan keragaman arti kata (leksikal) di dalam bahasa Yunani. Kata kyriossebenarnya memiliki arti yang beragam, bukan cuma satu arti. Kata kyrios bisa berarti: “Tuhan”, “tuan”, “pemilik”, “penguasa”, “suami”, dsb.[2] Itulah sebabnya, untuk menentukan arti dan terjemahan yang tepat, penelitian akan kontekslah yang sangat menentukan. Misalnya kyriou (genetif tunggal dari kata kyrios) dalam Lukas 1:66 diterjemahkan dalam semua versi dengan “Tuhan”. Mengapa? Karena konteksnya menentukan bahwa kata ini mesti diterjemahkan demikian. Selanjutnya, mengenai terjemahan “tuan” dari kata kyrios, terdapat misalnya dalam Matius 10:25. Kata kyrios dalam ayat ini diterjemahkan dengan “tuan”. Mengapa? Sekali lagi, karena konteksnya menentukan demikian. Jadi tuduhan di atas merupakan reduksi terhadap arti kata kyrios, seolah-olah kata ini semata-mata berarti “tuan”.
Selanjutnya saya akan mengulas secara singkat mengenai opini bahwa kata Yunani yang berarti “Tuhan” adalah theos dan kata kyrios berarti “tuan”. Dalam kategori penerjemahan, para penerjemah PB konsisten menerjemahkan kata theos dengan “Allah” (Inggris: God) dan tidak pernah diterjemahkan dengan kata “Tuhan” (Inggris: Lord). Sebagai catatan tambahan, kata theos, sebagaimana kata kyrios tidak hanya punya satu arti. Kata theos bisa berarti “Allah” (God), bisa juga berarti: “ilah” atau “dewa” (god). Dan seperti penjelasan saya di atas, kontekslah yang menentukan arti apa yang dirujuk. Sebagai contoh, kata theon (akusatif tunggal dari kata theos)dalam Lukas 13:13 diterjemahkan dengan “Allah”. Mengapa demikian? Kontekslah yang menentukan penerjemahannya. Di sisi lain, dalam Kisah 19:26, kata theoi. (nominatif jamak dari kata theos) diterjemahkan dengan “dewa-dewa”). Sekali lagi, kontekslah yang menetukan penerjemahannya dalam ayat ini.
Jika demikian, berdasarkan konteksnya, terjemahan yang manakah yang cocok untuk kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14? Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan menguraikan dua pokok penting yang menjadi landasan jawaban saya. Dua pokok ini adalah: Pertama, ulasan tentang kecenderungan dan kekhasan penggunaan kata didaskalos dan kyrios dalam Injil Yohanes; dan kedua, sebuah elaborasi ringkas mengenai struktur naratif Yohanes 13:1-20.
Kekhususan Penggunaan Didaskalos dan Kyrios dalam Injil Yohanes
Merupakan sesuatu hal yang menarik untuk mencermati kecenderungan dan kekhasan penggunaan kata didaskalos dan kata kyrios dalam Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes, penggunaan kata didaskalos dan kyrios oleh para Murid terhadap Yesus, menunjukkan adanya suatu progress. Pada awalnya, kedua belas murid Yesus (juga Nikodemus) menyebut Yesus dengan sebutan Rabbi (kata bahasa Aram yang padanannya dalam bahasa Yunani adalah didaskalos: “Guru”; lih. Yoh. 1:38, 49; 3:2; 4:31). Di sisi lain, orang-orang lain (misalnya, wanita Samaria, seorang bangsawan dari Kapernaum, orang sakit di Behtesda, dan orang yang buta sejak lahir) menyebut Yesus: kyrie (bentuk vokatif dari kata kyrios). Kata kyrie dalam sebutan orang-orang ini digunakan dalam arti “tuan”, di mana dalam arti ini, kata kyriesebenarnya berarti sama seperti rabbi(juga rabbouni – Yoh. 20:16; Inggris: Sir; lih. Yoh. 4:11-19, 49; 5:7; 9:36).[3]
Meski begitu, ketika Yesus mengakhiri pidatonya tentang “Roti Hidup” yang disampaikan pada akhir periode pelayanan-Nya di Galilea, Petrus menyapa Yesus dengan kata kyrie (“Tuhan”; Yoh. 6:68). Orang banyak yang hadir pada waktu itu mulai mengganti sebutan mereka terhadap Yesus dari sebutan Rabbimenjadi kyrie (Lord; lih. Yoh. 6: 25, 34). Hanya tiga kali sesudah peristiwa ini, kita mendapati para murid menyebut Yesus dengan sebutan Rabbi (Yoh. 9:2; 11:8; dan 20:16). Sesudah Yohanes 11:8, para murid dan juga beberapa perempuan yang mengikut Yesus (Maria dan Martha), mulai secara regular menyebut Yesus dengan sebutan: kyrie (dalam arti “Tuhan”; Yoh. 11:12, 21, 27, 32, 34, 39; 13:6, 9, 25, 36, 37; 14:5, 8, 22; 20:2, 13, 18, 20, 25, 28; 21:7, 12, 15, 16, 17, 20, 21). Penggunaan kata kyrie ini digunakan baik untuk menyapa Yesus, maupun digunakan sebagai kata ganti orang ketiga tunggal [bagi Yesus].
Sampai di sini, memang kita belum dapat membangun ide yang jelas mengenai kecenderungan penggunaan kata didaskalos (Rabbi) dan kyrios bagi Yesus dalam Injil Yohanes. Para murid mungkin masih tetap menggunakan kata Rabbi atau didaskalos untuk menyapa Yesus (bnd. Yoh. 13:13, 14; mengenai ayat ini, saya akan memberikan ulasannya di bawah). Namun pada kenyataannya, sesudah narasi tentang kebangkitan Yesus, sapaan Rabbi bagi Yesus benar-benar sudah tidak digunakan lagi, sementara sapaan kyrie mulai secara konstan (tetap) digunakan dalam arti “Tuhan”. Memang dalam Yohanes 20:15 (pasca kebangkitan Yesus), kata kyrie di sini diterjemahkan dengan “tuan”. Namun, terjemahan ini tidak menggugurkan fakta di atas. Kata kyrie di sini digunakan dalam nuansa arti “tuan” karena para wanita yang datang ke kubur Yesus, saat itu belum mengenali Yesus yang sudah bangkit.
Ide yang tampak dalam penjelasan di atas adalah bahwa secara gradual (bertahap) terjadi penggantian (substitution) arti kata kyrie dalam nuansa arti yang sama seperti Rabbi, menjadi “Tuhan”. Dan inilah yang menjadi keunikan pengisahan Yohanes mengenai bagaimana para murid dan orang-orang di sekitar Yesus mengenali siapa Yesus sebenarnya.[4] Awalnya mereka menggunakan sebutan Rabbi ataudidaskalos dalam nuansa arti yang serupa dengan sapaan kyrie. Namun secara perlahan, mereka mulai menyapa Yesus dengan sebutan kyriedalam arti “Tuhan”.[5]
Elaborasi Struktur Naratif
Yohanes 13:13-14 terdapat dalam narasi unik Injil Yohanes[6] yang mengisahkan tentang Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-20). Terungkap dari narasi ini bahwa peristiwa pembasuhan kaki tersebut terjadi menjelang hari raya Paskah, dimana “waktu”[7] Yesus sudah hampir tiba (13:1).
Narasi ini secara struktural dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) pendahuluan [13:1-4]; b) keteladanan Yesus dalam membasuh kaki murid-murid-Nya [13:4-11]; dan c) signifikansi dari keteladanan Yesus [13:12-20].
Bagian pertama (13:1-3), memuat beberapa elemen kunci dalam teologi Injil Yohanes, yakni:[8]
Kemampuan supranatural Yesus dalam mengetahui “saat-Nya” (bnd. Yoh. 12:23; 17:1);
Kasih Yesus terhadap para pengikut-Nya (bnd. Yoh. 1:11);[9]
Bapa menyerahkan segala sesuatu dalam tangan Anak (bnd. Yoh. 3:35);
Fakta bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan akan kembali ke dalam kemuliaan-Nya (bnd. Yoh. 16:28); dan
Perlawanan iblis, khususnya dengan memakai Yudas Iskariot,[10] terhadap karya Allah di dalam Kristus (bnd. Yoh. 12:31; 13:27).
Bagian kedua (13:4-11), Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya.[11] William Hendricksen[12]mengemuka-kan tiga makna (saya menggabungkan makna pertama dan kedua karena menurut saya identik) yang dapat diangkat dari tindakan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus dalam narasi ini, yaitu:
Tindakan ini merupakan elemen esensial dalam perendahan Diri Kristus. Air yang digunakan untuk pembasuhan fisik merupakan simbol dari khasiat kerelaan Kristus dalam mengorbankan Diri-Nya bagi umat-Nya[13] dan juga karya pengudusan Roh Kudus. Jadi dalam kategori ini, tindakan pembasuhan tersebut merupakan simbol dari pembasuhan rohanidan pelayanan yang rendah hati;[14]
Tindakan ini merupakan sebuah contoh nyata tentang perendahan diri yang patut dimiliki oleh para pengikut Yesus (13:15).[15]
Sejumlah penafsir mengusulkan bahwa tindakan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus ini memiliki signifikansi sakramental, yakni merujuk kepada sakramen baptisan kudus (bnd. Yoh. 3:5). Saya mengikuti tafsiran Schreiner bahwa pembasuhan kaki dalam narasi ini tidak merujuk secara langsung kepada baptisan Kristen. Namun, pembasuhan dengan air dalam narasi ini dapat merujuk juga kepada pembasuhan dosa yang ditandai secara simbolik melalui baptisan. Sama seperti frasa “roti hidup” tidak merujuk kepada perayaan Eukaristi, tetapi ungkapan ini memiliki kaitan tidak langsung (kaitan sekunder) dengan Perjamuan Malam.[16]
Bagian ketiga (13:12-20), merupakan signifikansi dari tindakan pembasuhan kaki tersebut yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya. Pokok utama yang sering didiskusikan adalah apakah dalam pengajaran-Nya, Yesus menganjurkan agar para pengikut-Nya terus-menerus menerapkan semacam ordinansi pembasuhan kaki? Jawabannya adalah tidak! Praktik pembasuhan kaki adalah praktik yang dibatasi oleh konteks sosial-budaya pada waktu itu. Sedangkan, hal utama yang ditekankan dalam narasi ini adalah perendahan diri. Artinya, hal yang dianjurkan di sini bukanlah “membasuh kaki” melainkan “merendahkan diri”. Maksud ini terlihat dalam penggunaan kata hupodeigma (literal: “sebuah contoh” atau “sebuah salinan”). Pembasuhan kaki adalah “sebuah contoh” dari sikap perendahan diri Yesus. Tepat sekali yang dilontarkan oleh Hendricksen, “…apa yang dimaksudkan Yesus di sini bukanlah sebuah ritual lahiriah melainkan sebuah sikap batin, yaitu perendahan diri dan hasrat untuk melayani.”[17]
Berdasarkan ulasan di atas, saya ingin menekankan kembali pokok pikiran yang dapat dijadikan landasan untuk menerjemahkan kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14. Pokok pikiran yang saya maksudkan adalah bahwa narasi ini menyingkapkan baik kesadaran diri Yesus sebagai figur ilahi yang terkarakterisasi dalam pasal 13:1-3, maupun kerelaan Yesus untuk merendahkan Diri-Nya dalam memberi teladan bagi para murid (Yoh. 13:4-20).
Ho Kyrios (Yoh. 13:13-14): “Tuhan” atau “Tuan”?
Beberapa penafsir menolak bahwa kata didaskalos dan kata kyriosdalam Yohanes 13:13-14 digunakan dalam kasus[18] vokatif (sapaan). Menurut mereka, kedua kata ini berkasus nominatif. Alasannya, dalam tata bahasa Yunani, kasus vokatif tidak menggunakan kata sandang tertentu (definite article). Baik kata didaskalos maupun kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14 menggunakan kata sandang tertentu: ho (The). Saya setuju bahwa kata didaskalos dan kyrios dalam bagian ini bukan berkasus vokatif melainkan nominative of appellation.[19] Hendricksen[20]mempertahankan kasus vokatif dari kata didaskalos dan kyrios dalam bagian ini. Menurut Hendricksen, dalam bahasa Yunani, penggunaan kata sandang untuk kata benda berkasus vokatif bukanlah sesuatu yang tidak familiar (lih. Yoh. 20:28; Why. 4:11; 6:10; 15:3; bnd. Mat. 11:26; Mrk. 5:41; 9:25; Luk. 8:54; 12:32).[21]Akan tetapi, selain alasan penggunaan kata sandang tertentu di atas, jika Yohanes bermaksud menggunakan kata didaskalos dan kyrios dalam bentuk vokatif, seharusnya ia menggunakan kata didaskale dan kyrie (kasus vokatif dari kata didaskalos dan kata kyrios).
Mengenai terjemahan dari kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14 akan saya tentukan berdasarkan dua ide pokok yang terpapar di atas. Pertama, kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14 kemungkinan besar tidak boleh diterjemahkan dengan “tuan” tetapi “Tuhan”. Mengapa? Kata kyriosdalam Yohanes 13:13-14 digunakan secara berpasangan dengan kata didaskalos. Jika kata kyrios diterjemahkan dengan “tuan”, maka akan terjadi tumpang tindih makna. Mengapa tumpang tindih makna? Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, kata didaskalos pun, dalam Injil Yohanes, digunakan dalam nuansa arti yang senada dengan kata kyrios. Bila dalam kalimat ini Yesus bermaksud berbicara tentang diri-Nya semata-mata dalam arti “tuan”, maka ia tidak perlu menggunakan kedua kata ini secara berpasangan di sini.[22]
Kedua, dasar yang paling jelas mengenai penerjemahan kata kyrios di sini terdapat dalam uraian mengenai struktur naratif dari Yohanes 13:1-20. Dalam uraian tersebut, kita mendapatkan rujukan bahwa kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14 harus diterjemahkan dengan “Tuhan” dan bukan sekadar “tuan”. Mengapa? Yohanes dalam bagian pendahuluan narasi ini (13:1-3) menyingkapkan karakteristik-karakteristik ilahi Yesus (lihat penjelasan di atas). Dan itu berarti bahwa kata kyrios dalam ayat 13 tidak mungkin sekadar berarti “tuan”. Karena narasi ini tidak sedang bicara tentang “seorang tuan” yang menjadi “hamba”, melainkan lebih daripada itu: “Tuhan” yang “menghambakan” (merendahkan) Diri-Nya![23]


Kesimpulan

Berdasarkan dua alasan di atas, saya menyimpulkan bahwa kata kyriosdalam Yohanes 13:13-14 mestinya diterjemahkan dengan “Tuhan”, bukan “tuan”.
Meski begitu, saya perlu menandaskan satu hal, bahwa baik penerjemahan “Tuhan” maupun “tuan” terhadap kata kyrios dalam Yohanes 13:13-14, sebenarnya tidak berurusan dengan “perubahan makna Alkitab”. Hal ini semata-mata berhubungan dengan pertimbangan arti kata dalam konteks pemahaman para murid terhadap siapa Yesus sebenarnya dalam perjumpaan dan pengiringan mereka bersama Yesus.
[1] Usulan penerjemahan kata kyriosdalam Yohanes 13:13 dengan “tuan” (Master), memang tidak hanya berasal dari pihak para penuduh di atas. George R. Beasley-Murray dalam komentarnya juga mengusulkan terjemahan ini (lih. John [Software version of WBC vol. 36; Dallas, Texas: Word Books Publisher, 1998]). Meski begitu, perlu diperjelas bahwa Beasley-Murray tidak mengasumsikan tuduhan bahwa dengan demikian telah terjadi penyelewangan makna bila kata kyrios dalam ayat ini diterjemahkan dengan “Tuhan”.
[2] Lih. H. Bietenhard, “Lord, Master,” dalam The New International Dictionary of New Testament Theology, Vol. 2, ed. Collin Brown (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 1976), 508-519.
[3] Kata kyrie juga digunakan dalam Yohanes 9:38, namun mayoritas penerjemah menerjemahkan kata ini dengan “Tuhan” (Lord). Kata rabbipada dasarnya berarti “besar” atau “mulia”. Kata ini digunakan untuk orang-orang yang dihormati, misalnya: seorang pangeran dalam hubungan dengan rakyatnya, seorang guru dalam hubungan dengan murid-muridnya, atau seorang tuan dalam hubungan dengan budaknya. Bahkan bangsa Samaria tidak jarang menggunakan kata rabbi sebagai sebutan untuk Tuhan. Untuk ulasan lebih detail tentang sejarah perkembangan arti kata rabbi-didaskalos serta signifikansi penggunaannya dalam konteks-konteks yang berbeda, lihat: “didaskaloj,” dalam TDNT, vol. II, ed. Gerhard Kittel, trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1974), 148-159.
[4] Lih. Gerhardus Vos, The Self-Disclosure of Jesus (New York: 1926), 117-139.
[5] Salah satu narasi terpanjang dalam Injil Yohanes, juga menyajikan progresivitas arti penggunaan kata kyrios bagi Yesus, yaitu narasi tentang Perempuan Samaria (Yoh. 4). Progresivitas tersebut dimulai dari: “orang asing” – “nabi” – “mungkinkah Ia adalah Kristus?” – “percaya”.
[6] Narasi ini tidak terdapat dalam Injil-injil Sinoptik.
[7] Kata “waktu” (Yunani: hora, literal: “jam”, “saat”) di sini merujuk kepada kematian hingga kenaikan Yesus ke sorga.
[8] Beberapa penekanan teologis dalam bagian ini dikutip dari: Beasley-Murray, John, Software version of WBC vol. 36. R.H. Strachan mengomentari Yohanes 13:1-3 bahwa melalui bagian ini Yohanes ingin menekankan proposisi-proposisi teologis tentang kesadaran diri Ilahi Yesus yang nantinya dikombinasikan dengan tindakan humiliasi (perendahan diri) Yesus yang tergambar dalam ayat 4-5(The Fourth Gospel: Its Significance and Environment [London: SCM, 1945], 265).
[9] Marianne Meye Thompson menandaskan bahwa kerelaan Yesus untuk mati bagi para pengikut-Nya merupakan bukti yang sangat signifikan dari kasih-Nya (The Humanity of Jesus in the Fourth Gospel [Philadelphia: Fortress, 1988], 99. Dalam IVP-NTC versi online, dinyatakan bahwa lontaran tentang “kasih” dalam pembukaan Yohanes 13, merupakan istilah kunci di dalam Yohanes 13-17, dimana istilah ini muncul sebanyak 31 kali dalam 5 pasal ini (lih. http://www.biblegateway.com/resources/ commentaries/IVP-NT/John/Jesus-Washes-Disciples-Feet, diakses tanggal 20 November 2011).
[10] Garry M. Burge berkomentar bahwa Yohanes 13:2 yang berisi catatan tentang Yudas Iskariot mengingatkan kita bahwa Yesus sungguh sadar akan harga yang harus ia bayar demi kasih-Nya kepada para pengikut-Nya (John[NIVAC; Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2000], 368).
[11] Pembasuhan kaki merupakan sesuatu yang sangat familiar dipraktikkan pada masa Greco-Roman (Yunani-Romawi) dan juga dalam kebudayaan Yahudi abad pertama. Pada masa itu, pembasuhan kaki dilakukan karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, jalan-jalan setapak yang ada pada waktu itu sangat berdebu, sehingga orang yang baru saja bepergian harus membasuh debu yang menempel pada kakinya sebelum memasuki rumah. Kedua,pembasuhan kaki yang dilakukan oleh tuan rumah terhadap tamunya sebagai wujud keramahtamahan (bnd. Kej. 18:4; 19:2; 24:32; 43:24; Hak. 19:21; 1Sam. 25:41; Luk. 7:36-50). Ketiga,pembasuhan kaki dilakukan karena alasan keagamaan, yaitu sebagai tindakan pembasuhan sebelum memasuki Sabath. Pembasuhan ini dilakukan pada tangan dan kaki dengan menggunakan air hangat. Dalam 1 Timotius 5:10, tampaknya tindakan membasuh kaki dilakukan oleh orang-orang Kristen sebagai simbol perendahan diri (lih. Burge, John, 368-369; John Stambaugh & David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula [Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004], 128). Dalam kebudayaan Yunani, pembasuhan kaki biasanya dilakukan oleh seorang budak terhadap tuannya.
[12] William Hendricksen, The Gospel of John (NTC; London: The Banner of Truth Trust, 1959), 234.
[13] Lih. Thomas R. Schreiner, New Testament Theology: Magnifying God in Christ (Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2008), 285-286. Kata tithemi (“menanggalkan” – ay. 4) dan kata labon (aorist aktif dari kata lambano, yang berarti “mengambil” – ay. 4) merupakan kata-kata [yang mungkin] secara tidak langsung merujuk kepada dua event penting dalam perendahan diri Kristus, yaitu: Inkarnasi (bnd. Flp. 3:5-9), dimana Kristus meninggalkan kemuliaan sorgawi-Nya untuk menjadi manusia dan penyaliban-Nya, dimana Kristus mengambil cawan murka Allah (lih. IVP-NTC versi online, http://www.biblegateway. com/resources/commentaries/IVP-NT/John/Jesus-Washes-Disciples-Feet, diakses tanggal 20 November 2011).
[14] Donald Guthrie, John, eds. G.J. Wenham, et al (NBC; Downers Grove, Illinois/Nottingham: IVP Academic/Inter-Varsity Press, 2007), 1053.
[15] Tampaknya ide ini terkandung juga di dalam 1 Yohanes 4:11 (lih. Frank Thielman, Theology of the New Testament: A Canonical and Synthetic Approach [Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2005], 564).
[16] Schreiner, New Testament Theology, 712.
[17] Hendricksen, The Gospel of John, 236. Meskipun 1 Timotius 5:10 tampaknya menjadi bukti bahwa orang-orang Kristen pada masa Paulus tetap mempraktikan hal ini, namun seperti yang sudah disinggung di atas, konteks sosial-budaya pada masa Paulus identik dengan masa hidup Yesus. Jadi rujukan dalam 1 Timotius 5:10 tidak dapat dijadikan alasan bahwa orang-orang Kristen pada masa ini mesti mempraktikan pembasuhan kaki sebagai sebuah ritual wajib.
[18] Kata “kasus” dalam tata bahasa Yunani digunakan dalam arti “fungsi kata benda dalam kalimat”. Jangan disalahartikan seolah-olah kata “kasus” di sini berhubungan dengan “masalah” atau “kriminalitas”. Tidak!
[19] Nominative of Appellation adalah jenis kasus nominatif yang merujuk kepada fungsi kata benda sebagai subjek yang menjelaskan karakter khusus dari subjek sebuah kalimat (lih. Daniel B. Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics: An Exegetical Syntax of the New Testament [Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1996], 61).
[20] Hendricksen, The Gospel of John,234-235.
[21] Para penafsir yang mengategorikan kata didaskalos dan kyrios dalam kasus nominatif (subjek pelengkap), memahami kalimat ini sebagai berikut: “Kalian menyebut Aku sebagai guru dan Tuhan kepada orang lain”. Para penafsir yang mengategorikan kata didaskalos dan kyrios dalam kasus vokatif, memahami kalimat ini sebagai berikut: “Kalian memanggil Aku guru dan Tuhan”.
[22] Dalam tata bahasa Yunani, penempatan kata di dalam kalimat biasanya menunjukkan adanya penekanan. Kata yang ditempatkan di awal sebuah kalimat biasanya merupakan kata yang mendapat penekenanan dalam kalimat tersebut. Dalam Yohanes 13:13, kata “kalian” (Yunani: humeis, yang merujuk kepada “para murid Yesus”) adalah kata pertama. Bila hal ini dibandingkan dengan Matius 23:8, tampaknya kata “kalian” dalam Yohanes 13:13 mengindikasikan adanya nuansa kontras antara bagaimana para murid dan orang-orang lain dalam hal pandangan mereka tentang Yesus. Maksudnya, bagi para murid, Yesus adalah “guru” dan Tuhan”, sedangkan bagi orang-orang tidak demikian.
Atas dasar ide ini, bila yang ingin ditekankan adalah arti “tuan” dari kata kyrios dalam Yohanes 13:13, maka sekali lagi, kedua kata ini tidak perlu digunakan berpasangan. Karena pada dasarnya, baik kata didaskalos maupun kata kyriosmengandung nuansa arti tersebut.

PENYALIBAN YESUS

PENYALIBAN YESUS


Ada 7 kesaksian mengenai Penyaliban Yesus
-Kesaksian Kitab Suci Alkitab
-Kesaksian Yahudi
-Kesaksian Catatan Sejarah
-Kesaksian Apokrifa
-Keskasian Arkeologis
-Kesaksian Kristen Kuno
-Kesaksian Yang Menolak Penyaliban

A. KESAKSIAN KITAB SUCI

Kalau kita berbicara Kitab Suci, ada
sekiranya tiga referensi yang digunakan
untuk membicarakan penyaliban Kristus.
1. Nubuatan pra penyaliban
Peristiwa penyaliban bukan peristiwa diluar rencana Tuhan, hal itu sudah Tuhan instruksikan sebelumnya atau yang lebih kita kenal, dinubuatkan!
Dalam Perjanjian Lama, ada sejumlah
nubuatan mengenai penyaliban Yesus,
beberapa diantaranya
Yesus akan dikhianati orang terdekat-Nya
(Mazmur 41:10)
Yesus akan dijual dengan 30 keping perak
(Zakharia 11:12)
Ucapan Yesus di kayu salib (Mazmur 22:2)
Yesus akan dihina di kayu salib (Mazmur
22:7-9)
Yesus akan dicambuk dan diludahi (Yesaya 50:6)
Yesus akan diberi minum anggur asam pada Yesus saat disalib (Mazmur 69:22)
dan tangan Yesus akan dipaku saat Kaki
disalib (Mazmur 22:17)
Undian pakaian Yesus ketika disalib
(Mazmur 22:19)
Kematian Yesus akan menebus dosa
manusia melalui siksaan salib (Yesaya
53:5-6)
Yesus tidak akan memberontak pada saat disalib (Yesaya 53:7)
Disalibkan diantara penjahat besar (Yesaya 53:12)
Dan masih banyak lagi. Artinya peristiwa
penyaliban Mesias itu harus terjadi menurut nubuatan para nabi dan yang disalib adalah mesias bukan orang lain yang #DISERUPAKAN seperti halnya ayat Alquran berikut ini
Allah SWT berfirman:
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰـكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗ وَاِ نَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَـفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗ مَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَا عَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
wa qoulihim innaa qotalnal-masiiha 'iisabna maryama rosuulalloh, wa maa qotaluuhu wa maa sholabuuhu wa laakin syubbiha lahum, wa innallaziinakhtalafuu fiihi lafii syakkim min-h, maa lahum bihii min 'ilmin illattibaa'azh-zhonni wa maa qotaluuhu yaqiinaa
"dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal, mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan 'Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) 'Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,"
(QS. An-Nisa 157)
* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
KALAU orang lain maka Nubuatan itu palsu, dan Yesus Mesias memang disalib menurut kesaksian abad pertama dan benarlah seluruh nubuatan itu.
2. Peristiwa pada saat penyaliban
Peristiwa penyaliban Yesus sangat detail
dan tidak ada waktu dimana Yesus diculik
atau diangkat ke sorga. Yesus benar-benar menjalani penyaliban bahkan saat Yudas sudah memilih untuk menggantung diri setelah mengkhianati Yesus. Kalau Yudas
Sudah mati sehelum Yesus disalibkan.
bagaimana mungkin Yudas yang disalibkan?
Semua Injil kanonik menceritakan kisah yang sama, semuanya merekam peristiwa
penyaliban Yesus dengan detail masing-
masing menurut pengenapannya pada
nubuatan para Nabi, silakan baca
selengkapnya di
Injil Matius (Mat. 27:32-44)
Injil Markus (Mark. 15:21-32)
Injil Lukas (Luk. 23:26-43)
Injil Yohanes (Yoh. 19:17-24)
Kalo Alkitab sudah dipalsukan Paulus ???
Hehehe
Ada 5.000 lebih naskah asli Injil berbahasa
Yunani (belum terhitung ribuan terjemahan
kuno diluar Yunani), dari yang tertua tahun 115 M sampai pra percetakan Alkitab
pertama abad 16, semuanya memuat YESUS
DISALIBKAN, harusnya paling tidak, ada satu
naskah yang menjadi bukti Injil kanonik yang
asli pada abad 1-10 M. Masa iya si pemalsu
bisa serentak mengubah Alkitab yang
beredar di seluruh kawasan laut tengah pad
masa lalu tanpa ada tersisa? Pada zaman
abad 1-2 Iih! Hebat banget pak Paulus ini,
btw Paulus udah mokad (64 M) sebelum Ini
Yohanes ditulis (80 M). Gmana ceritarya si
pak Bulus mengubah?🤭🤭🤭
3. catatan Pasca Peristiwa penyaliban
Kesaksian ciluar Injil. masih ada berupa
surat-surat yang ditulis para rasul.
Kesaksian Rasul Lukas Yesus mati
disalibkan (Kis. 2:23)
Kesaksian Rasul Paulus Yesus mati
disaliokan (1 Kor. 1:7)
Kesaksian Rasul Petrus Yesus mati
disaliokan (1 Pet. 2:24)
Kesaksian Rasul Yohanes Yesus mati
disalibkan (Wahyu 11:8)

B. KESAKSIAN YAHUDI

Meskipun Yahudi membenci Yesus, Catatan Yahudi turut memberi kontribusi besar dalar mengkanfirmasi peryaliban Yesus yaitu Talmud Babilonia. Talmud ini dikompilasi mulai dari tahun 70-500 M (40 tahun setelah
Yesus disalibkan masih terasa banget
peristiwa itu di kalangan umum).
Misalnya dalam Talmud, diceritakan bahwa
Yesus digantung pada saat menjelang
paskah (Sanhendrin 43a).
Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M oleh orang Romawi, maka ada yang menafsirkan
bahwa peryaliban Yesus, yang menggenapi korban 'Untuk Tuhan" terjadi sekitar tahun 3 M seperti yang tertulis dalam Talmud (Yom 39b).

C. KESAKSIAN SEJARAH

Catatan Sejarawan abad pertama dan kedua turut memberikan bukti kuat akan penyaliban Yesus yang benar-benar adalah Yesus itu sendiri, bukan orang lain diantaranya
-Mar Bar-Serapicn, penulis dari Suriah yang menyebut ada seorang 'raja yang bijak" dihukum mati oleh orang Yahudi.
-Lucianus dari Santosa
Seorang sejarawan Yunani.
Dalam bukunya The Passing
Perregrinus, Lucianus menuliskan ini pd
halaman 139:
"Orang yang disalibkan di Palestina karena memperkenalkan aliran kepercayaan baru kepada dunia.
Selanjutnya pemimpin mereka yang pertama-tama meyakinkan bahwa mereka semua adalah saling bersaudara.
Dengan menyangkal dewa-dewa Yunani menyembah yang disalibkan itu sendiri serta mentaati hukum-hukumnya."
- Cornelius Tacitus
Seorang sejarawan Romawi, Gubernur Asia dan menulis buku Annals yang berisi sejarah kekaisaran Romawi. Dalam bukunya Annals, volume xV, tentang Nero, Tacitus menulis.
Nero dari keaiban oleh karena dituduh telah dengan sengaja menimbulkan kebakaran besar di Roma Jadi untuk menghentikan Tuduhan itu dia mengalihkan tuduhan dengan memfitnah dan menghukum dengan siksaan paling keji terhadap orang yang disebut Kristus yang dibenci karena kejahatannya.
Kristus yang jadi pendiri kepercayaan itu,
sucah dihukum mati oleh pontius pilatus,
wali negeri Yudea.
- Flavius Yosefus sejarawan Yahudi pada abad ke-1, Flavius Yosefus mencatat bahwa Yesus memang disalib oleh Pontius Pilatus (Jews Antiquities
18:63-64).
- Thallus, seorang sejarawan Romawi,
mencatat pada tahun 52 M, bahwa
kegelapan meliputi selunuh bumi pada siang hari di waktu sekitar Paskah tahun 32 M tepat pada saat penyaliban Yesus.

D. KESAKSIAN APOKRIFA

Apokrifa adalah istilah yang digunakan untuk merujuk tuisan-tulisan kuno yang
kebenarannya tidak diterima oleh gereja
sebagai Kitab Suci, namun beberapa
Apokrifa masih memuat catatan historis
yang masih relevan, dan mengkonfirmasi penyaliban Yesus.
-Injil Petrus (trag. 1:4)
Dan mereka membawa 2 lak-laki, dan
menyalibkan, Yesus diantara mereka Dan
Yesus berseru : Kekuatanku, kekuatanku,
engkau telah meninggalkanku.
Dan setelah itu dia meninggal."
- Injil Pilipus (ayat 123)
"Allahku, Allahku, mengapa angkau
meninggalkan Aku?". Itulah kalimat yang
diucapkannya saat dikayu salib. kemudian
philip sang Rasul berkata, "Yusuf si tukang
kayu berkebun karera dia membutuhkan
kayu untuk dijual. Dari kayu yang dia jual
dibuat salib tersebut.
Keturunannya sendiri yang akan disalibkan
dikayu yang dia tanam. Keturunannya itu
adalah Yesus, dan kayunya adalah tiang
salib
- Injil Nikodemus (94:11:1) waktu kira-kira jam ke enam. dan kegelapan menyelimuti bumi hingga jam kesembilan, matahari gelap, dan tirai bait suci terbelah ditengah. Dan Yesus berseru dengan nyaring "Bapa, baddach ephkid rouel, yang berarti
Kedalam tanganMu Kuserahkan rohku.'Dan
setelah itu dia menyerahkan Rohnya.
- Injil Valentinus (135-160 M)
Yesus, bertekun dalam menerima
penderitaan.. karena dia tahu bahwa
kematiannya adalah hidup bagi banyak
orang. . dia dipakukan ke kayu. Dia
menunjukkan keputusan Bapa di kayu salib.
Dia membawa dirinya sendiri turun kapada kematian melalui hidup.. kekekalan menyelubungi dia. Melucuti dirinya sendiri dari kain yang akan musnah, dia mengenakan yang tidak akan musnah, yang
tidak seorang pun dapat mengembilnya dari
padanya."
- Injil thomas (140-200 M)
"Juruselamat menelan kematian. . Die
mentransformasikan dirinya menjadi Aeon yang tidak dapat binasa dan membangkitkan
dirinya sendiri, menelan yang kelihatan
dengan yang tidak kelihatan, dari dia
memberi kita jalan kepada keabadian kita.
- Kisah Pilatus (dalam kutipan Justin Martyr
140 M)
"Dan ungkapan, 'Mereka menusuk tanganku dan kakiku", digunakan sebagai referensi kepada paku di kayu salib yang ditancapkan
ke tangan dan kaki-Nya. Dan setelah dia
disalibkan, Mereka membuang undi atas
pekaian-Nya, dan mereka yang menyalibkan
Dia membaginya di antara mereka. Dan
bahwa hal-hal ini benar-benar terjadi dapat engkau pastikan sebagai 'Perbuatan' dari
Pontius Pilatus. Selanjutnya Justin Martyr
menuliskan daftar mujizat penyembuhan
dan menyatakan, "Dan bahwa Dia melakukan semua itu, dapat engkau pelajari dari Perbuatan Pontius Pilatus."


E. KESAKSIAN KRISTEN KUNO

- Ignatius, Uskup ketiga Antiokhia (110-115m)
"Yesus Kristus yang adalah keturunan Daud yang adalah Anak Maria, yang benar-benar
dilahirkan dan makan dan minum, benar-
benar dianiaya dibawah Pontius Pilatus,
benar -benar disalibkan dan mati di hadapan mata mereka yang ada di surga dan ada dibumi dan mereka yang ada di bawah bumi"
(Surat ke Gereja di Tralia)
Ignatius jga mencatat hal serupa dalam
surat ke Gereja di Smyrna dan Magnesia.
#Surat Barnabas/Bukan #Injil Barnabas (125M)
Dia memilih rasul-rasul-Nya sendiri yang
akan menyatakan IjilNya. . Tetapi Dia
sendiri menghendaki untuk menderita.
karena itu perlu bagi Dia untuk menderita ditiang salib.
- Justin Martyr (150 M)
"Dengan demikian, setelah Dia disalibkan,
semua yang mengenal -Nya meninggalkan Dia, menyangkal Dia.
Dan segudang tulisan Kristen lain pada
periode Kekristenan Awal seperti Klemens,Polikarpus, Eusebius, dll.

F. KESAKSIAN ARKEOLOGIS

Yesus sebagai tokoh sejarah tentunya
memiliki jejak sejarah termasuk penyaliban-Nya. Beberapa diantaranya adalah:
- Keberadaan Bukit Golgota dan bekas
tancapan salib sebagai tempat penyaliban
Yesus (sampai sekarang masih bisa
dikunjungi)
- Makam kubur Yesus di Yerusalem,
sekarang sudah dibangun Gereja Makam
Kudus yang mana satu-satunya gereja di
dunia yang ibadahnya menampung seluruh aliran Kristen.
- Via Dolorosa, jalur perjalanan Yesus ketika memikul salib di Yerusalem
Bukti Akeologi yang tinggi tapi masih
diperdebatkan
- Kain Kafan Pembalut jasad Yesus di
Katedral St. Yohanes, Turin
- Mahkota Yesus di Katedral Notre Dame,Paris
- Tombak Prajurit Romawi yang menikam
Yesus di Museum Vienna
- Serbuk Kayu Salib Yesus di Holy Chapel,Paris
- Paku tangan Yesus berumur 2000 tahun diYerusalem
- Makam dan Osuarium Yesus di Talpiot,
Israel
- Makam Yesus di Garden Tomb, Israel

G. KESAKSIAN YANG MENOLAK

PENYALIBAN YESUS
- Wahyu kepada Petrus (200-300 M)
"Sang Penyelamat berkata kepadaku, 'Dia yang engkau lihat ada diatas sebuah pohon, bergembira dan tertawa, adalah Yesus yang hidup. Tetapi yang satunya lagi, yang kaki dan tangannya ditancapkan paku adalah bagian ragawi dari dirinya. Sosok yang ragawi ini, yang lahir dengan memakai parasnya, sedang dipermalukan menggantikannya" (81.7-25)'
- Injil Yudas (300-400 M)
"Kau (Yudas) akan melampaui mereka
semua, karena kau akan mengorbankan
seorang laki-laki yang berpakaian layaknya seperti Aku atau menyerupai Aku (Yesus)."
- Traktat 2 Set
"Mereka melihat aku; mereka menghukum aku. Namun orang lainlah, yakni bapak mereka, yang meminum anggur yang dicampur empedu; bukanlah aku. melainkan
seorang yang lain, Simon yang memikul salib dipundaknya. Orang lainlah yang
mengenakan mahkota duri. Sedangkan aku berada ditempat yang mahatinggi, dan menertawakan semua hal berlebihan yang telah dilakukan para penguasa dan buah kekeliruan dan tipu daya mereka.aku menertawakan kebodohan mereka."
- Basilides 200-300M(menurut Irenius)
"melainkan seorang yang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus menggantikannya. dan karena ketidaktahuan dan kesalahan, yang disalibkan bukan Yesus tetapi Simon ini."
- Injil Barnabas (abad 16)
"Allah melakukan hal yang ajaib. Bahwa
Yudas telah diubah dalam perkataan dan
wajahnya menyerupai Yesus. Para prajurit itu mengambil Yudas dan memakunya. Dan mereka menggiringnya ke gungung Kalvari dimana mereka menggantung dan menyalibnya". (Injil Barnabas 216-217)
Ada pula sekte yang tidak percaya Yesus
disalibkan yaitu sekte Doketisme (sudah
punah)
Sc.
- Sarapan Pagi Biblika
- Bible Archeological
Pseudopigrapha.com
- Early Christian Writings
Quora.com
-Blessings
Sedangkan orang Islam belum bisa membuktikan isi surah an-nisa 157 hingga saat ini.
Itu tandanya penulis Alquran berkhayal seenak jidatnya
@willi
@asmodeus