loading...

Wednesday, April 14, 2021

Istri Istri Muhammad (Ep 8)


Atas perkawinan Muhammad dengan Hindun (Umm Salamah) ini Aisyah mengatakan;

“Ketika Rasul Allah menikahi Umm Salamah, saya terpuruk dalam kesedihan ketika Rasulullah membicarakan kecantikannya. Dan ketika saya melihatnya (Umm Salamah), saya melihat apa yang digambarkan Rasulullah.”

[bint Al-Shati ‘The Wives of the Prophet’, hal 137].


Dari perkataan Aisyah ini kita melihat bahwa Muhammad sangat tidak peduli dengan perasaan istri-istri lainnya. Bagaimana dia bisa dikatakan berahlak mulia dan peduli dengan perasaan orang lain jika dengan perasaan istrinya saja dia tidak peduli. Umm Salamah adalah anak dari saudara perempuan Usman bin Affan. Muhammad pertama kali melihatnya dirumah Usman.


5. HAFSYAH BINT UMAR BIN AL-KHATTAB


Hafsah adalah putri dari Umar bin Khattab. Sebelum menikah dengan Muhammad, Hafsah telah menikah dengan Khunais yang gugur saat perang Uhud. Pernikahan dengan Muhammad dilakukan sekitar 7 bulan setelah Hafsah menjanda.

[Sumber: Sejarah Hidup Muhammad, oleh Muhammad Husein Haekal diterjemahkan oleh Ali Audah, Penerbit Pustaka Jaya, cetakan Kelima, 1980. “Antara Badr dan Uhud"]


Sebelum itu Hafsah adalah isteri Khunais – ia termasuk orang yang mula-mula dalam Islam - yang sudah meninggal tujuh bulan lebih dahulu sebelum perkawinan Hafsyah dengan Muhammad. Usia Hafsah sendiri saat Khunais gugur baru 18 tahun, yang berarti dia dinikahi Muhammad saat berusia sekitar 19 tahun. [Abbas Jamal, hal 38].


Khunais gugur sebagai syuhada dalam perang Uhud, maka tinggallah Hafsah sebagai janda mujahidin dalam usia 18 tahun. Hafsah dinikahi Muhammad di tahun 625 M, 3 bulan setelah migrasi ke Medinah. Dia berumur 19 tahun dan Muhammad berumur 55 tahun. Dia hidup bersama Muhammad selama 8 tahun. Meninggal ditahun 669 M pada umur 63 tahun.


6. ZAENAB BINT JASH


Wanita inilah satu-satunya yang diklaim sebagai wanita yang dijodohkan Allah kepada Muhammad serta membukukannya dalam Al-Qur’an. Padahal ia adalah istri dari Zayd bin Haritha yang adalah anak angkat Muhammad sendiri. Keinginan dan api asmara Muhammad terhadap Zaenab mulai muncul ketika Muhammad berkunjung ke rumah Zaenab yang masih sebagai Nyonya Zayd. Abbas Jamal, halaman 55, menuturkan;


“Tapi apa lacur, sedang baginda nabi mengucapkan asalamu’alaikum sebagaimana lazimnya beliau bertamu, maka yang menjawab adalah Zaenab istri Zayd yang dalam keadaan sedang terburu-buru membetulkan pakaiannya yang belum sempurna terpakai. Tentu saja hal ini berakibat tampaknya sebagian aurat Zaenab oleh Rasulullah..”


Riwayat lain menyatakan bahwa Zaenab dalam keadaan berpakaian tipis. Menurut Encyclopedia Wikipedia, Zaenab lahir tahun 593 M dan dinikahi Muhammad sekitar 626 M. Berarti saat dinikahi oleh Muhammad yang berumur 58 tahun, Zaenab berusia sekitar 33 tahun. Dan jelas Zaenab adalah wanita cantik yang dilihat oleh Muhammad dalam kondisi berpakaian seadanya dan tipis, sehingga Muhammad tidak dapat menahan keinginannya untuk menikahi Zaenab. Zaenab meninggal tahun 641 M, dan dia menjadi istri pertama yang meninggal setelah kematian Muhammad.


Awalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, membeli seorang budak bernama Zayd bin Haritha. Kemudian Zayd diberikan kepada Muhammad untuk menjadi pelayannya. Karena kesetiaan Zayd berserta kemampuan dan kepandaiannya, maka Muhammad memerdekakan Zayd dan mengadopsinya sebagai anak di muka umum, dimana Muhammad berkata; “Zayd adalah anakku, saya mewarisinya dan dia mewarisiku.” Sejak itu Zayd dikenal dengan sebutan Zayd bin Muhammad. lalu Muhammad pula yang menikahkan Zayd dengan Zaenab bint Jash. Zaenab adalah seorang wanita terhormat yang juga terkenal dengan kecantikannya.


Al-Ahzab (QS 33;36):

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.


Fatima Mernissi, seorang penulis wanita mesir mengatakan bahwa pernikahan Muhammad denga Zaenab merupakan pernikahan yang memalukan, karena Zaenab adalah istri Zayd anak angkat Muhammad. Dengan begitu Zaenab adalah menantu Muhammad. Semua ini berawal ketika Muhammad mengunjungi anak angkatnya Zayd yang saat itu Zayd sedang tidak ada di rumah. Zayd bin Muhammad adalah mantan budak Muhammad yang ia merdekakan dan diangkat sebagai anak oleh Muhammad. Dan dia menjadi salah satu panglima tentara muslim. Pada saat itu Zayd sudah memiliki istri dan anak, tapi Muhammad mengawinkan lagi Zayd dengan Zaenab bint Jash.


Inilah kisah lengkapnya; Suatu hari Muhammad datang ke rumah Zayd untuk suatu keperluan, tapi saat itu Zayd tidak ada di rumah. Muhammad melihat Zaenab sedang berbaring mengenakan pakaian seadanya. Zaenab kaget dan bangkit dengan cepat dan berusaha menutupi tubuhnya dan berkata, “Silahkan masuk Rasulullah, kau sudah aku anggap orang tuaku sendiri.”


Muhammad sepertinya terpesona melihat pemandangan didepannya, sambal beseru, “Terpujilah Allah yang menyebabkan hati berubah-ubah.” Setelah itu Muhammad pergi meninggalkan rumah Zayd. Setelah Muhammad pergi Zaenab bertanya-tanya apa maksud perkataan sang nabi. Menurut sirah, Allah mengirim angin yang meniup tabir pintu kamar dan Muhammad melihat Zaenab berbaring diranjangnya dalam keadaan hampir telanjang, dan dikisahkan bahwa Zaenab adalah wanita cantik dengan tubuh yang menggairahkan.


At-Tabari menulis, ‘suatu hari Muhammad pergi mencari Zayd ke rumahnya. Ada satu penutup kain di atas lubang pintu, tetapi angin menyingkapkan tirai itu sehingga lubang pintu terbuka. Zaenab berada di kamarnya, telanjang, dan kekaguman terhadapnya memasuki hati Nabi. Setalah itu Allah membuatnya tidak menarik bagi Zayd.


Kemudian Zaenab menyampaikan kejadian dan perkataan Muhammad kepada suaminya. Mereka dapat menduga bahwa Muhammad tertarik secara seksual kepada Zaenab. Karena rasa cintanya kepada sang Nabi yang sekaligus ayah angkatnya. Zayd rela menawarkan istrinya bagi ayah angkatnya. Kemudian Zayd mendatangi ayah angkatnya dan berkata, “Wahai Rasulullah, kau bagaikan orang tuaku sendiri. Jika kau tertarik kepada Zaenab maka aku akan menceraikan dia untukmu.”


Tentu saja Muhammad khawatir bahwa orang-orang akan mencelanya, Muhammad perlu sedikit berpura pura menjaga harga dirinya, karena dalam budaya Arab, anak angkat levelnya sama dengan anak sendiri, dan secara hukum memang demikian. Maka menikahi istri anak angkat merupakan aib. Lalu Muhammad berkata, “Tahan istrimu dan takutlah kepada Allah.” Tapi Zayd sepertinya dapat menangkap isyarat tersirat dari hasrat Muhammad, Zayd berkata, “Aku tidak akan menyentuh Zaenab lagi demi engkau Rasulullah,” [Al-Tabari, Vol Vlll, hal 4]


Meskipun berkata demikian, sepertinya Muhammad menyembunyikan hasratnya. Dan kemudian tentu saja seperti yang sudah-sudah, ayat-ayat Allah dengan tangkas selalu turun tangan untuk memenuhi hasratnya. Di ayat ini Muhammad telah membuat Allah sebagai pihak yang menginginkan Zaenab untuk meninggalkan suaminya, dan ini tentu melanggar semua norma moral. Demi Muhammad agar bisa mendapatkan Zaenab, Allahnya dibuat sedemikian rupa akrobatik dengan menurunkan wahyu perceraian dan sekaligus perkawinan;


Al-Ahzab (QS 33:37) :

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya; “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.


[Catatan: Jika kita benar-benar mau jujur pada nurani kita, sesungguhnya tidak sulit bagi kita untuk menyikapi sebenarnya siapa Allah swt itu, dan tidak perlu orang cerdas untuk mengetahui sebenarnya siapa yang berbicara dalam ayat diatas..]


Pada saat Muhammad berbincang dengan istri termudanya Aisyah, dia pingsan. Ketika sadar kembali dia tersenyum dan berkata, “Siapa yang akan pergi kepada Zaenab untuk memberitahu dia berita baik? Allah telah menikahkan dia (Zaenab) denganku.” Lalu Nabi membaca ayat Quran 33;37. Reaksi yang seketika dan paling alami mengenai kejadian ini pastilah datang dari istri muda Muhammad itu sendiri, yakni Aisyah, yang mengatakan keheranannya akan keanehan kejadian ini, hingga akhirnya Aisyah berkata;


“Sungguh, Allahmu kelihatannya sangat gesit untuk memenuhi segala keinginanmu. Aku menjadi gelisah karena apa yang telah kami dengar tentang kecantikan Zaenab dan satu hal lagi, yang paling berat, yang telah Allah lakukan baginya dengan mengawinkannya sendiri kepadanya (Muhammad). Aku bilang, dia (Zaenab) pasti akan membanggakan hal itu kepada kami.”

[Al-Tabari, Vol Vlll, hal 3]


Setelah Zayd meninggalkan Zaenab untuk Muhammad, pada saat itu pula Muhammad memasuki rumah Zaenab. Zaenab berkata; “Rasul Allah memasuki rumahku saat aku sedang tidak berhijab, dan aku bertanya kepadanya, Apakah akan seperti ini, tanpa wali atau saksi?” Rasul Allah menjawab, “Allah adalah walinya dan Malaikat Jibril adalah saksinya.” Akibat dari pernyataan Muhammad, kemudian Zaenab menyombongkan diri di depan istri-istri Muhammad yang lain dengan mengatakan; “Ayah-ayah kalian yang memberikan kalian dalam pernikahan, namun untuk saya, Surga-lah yang memberikan saya dalam pernikahan dengan Rasul Allah.”


Jika Zaenab benar-benar cantik, maka Zaenab adalah wanita cantik yang rendah moral, karena mau saja disetubuhi oleh mertua angkatnya tanpa ada pernikahan, wali, dan saksi. Itu sama saja perzinahan..! Sungguh aneh pola pikir muslim jika menganggap apa yang dilakukan Muhammad dan Zaenab bukan perzinahan. Bukankah Islam sangat menentang perjinahan, bahkan hukuman rajam bagi pezinah..? Padahal Zaenab juga masih sepupunya Muhammad, yang berarti perkawinan sedarah (incest) Seperti yang dikatakan Aisyah bahwa wanita yang menyerahkan dirinya kapada Muhammad adalah wanita rendah.


Sahih Bukhari, Vol 6, Buku 60, No 311:

Diceritakan oleh Aisyah ra: Aku memandang rendah wanita-wanita yang memberikan dirinya kepada rasulullah dan aku katakan, “Dapatkah seorang wanita memberikan dirinya kepada seorang lelaki? Tetapi ketika Allah mengungkapkan: “Kamu (Muhammad) dapat menangguhkan giliran kepada siapa saja yang kamu kehendaki atas istrimu, dan kamu boleh pula menerima siapapun yang kamu inginkan. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu (QS 33;51).” Aku berkata (kepada Nabi), ”Aku merasakan bahwa Allah bertindak cepat untuk memenuhi hasratmu”


Aisyah benar, Allah bertindak sangat–sangat cepat untuk memenuhi tuntutan nafsu dan hasrat nabinya.


Bersambung......

Akbarman Tanjung

No comments: