loading...

Sunday, April 18, 2021

Istri Istri Muhammad (Ep 13)


Masih tentang Syafiah. Dibawah ini adalah perdebatan antara Ali Sina vs Basam Zawadi. Apabila kalian mengklaim bahwa cara beragama kalian mengedepankan logika bukan doktrin tentang kemuliaan seseorang, mari simak perdebatan ini. Bagi saya ini adalah perdebatan antara Dalil dan Logika. Kecuali kalian mengakui bahwa apa yang kalian yakini bukan berdasarkan logika, tapi yang penting yakin..!


Seorang apologis muslim bernama Basam Zawadi mengutip berbagai hadis untuk membuktikan tidaklah adil jika mengatakan bahwa pernikahan Muhammad dengan Safiyah adalah pemaksaan (perkosaan) dan bahwa sesungguhnya wanita itu mencintainya. Inilah yang ditulisnya;


Zayd ibn Aslam mengatakan, “Ketika Nabi sakit parah dan berada di ujung ajalnya, istri-istrinya berkumpul di sekelilingnya. Safiyah bint Huyay mengatakan, ‘Wahai Utusan Allah, demi Allah, saya ingin menggantikan tempatmu.’ Mendengar perkataannya itu, istri istri Nabi mengedipkan mata padanya. Nabi melihat mereka dan berkata, ‘Cucilah mulut kalian’. Mereka berkata, ‘Untuk apa, Utusan Allah?’ Ia berkata, ‘Karena kalian mengedipkan mata padanya, demi Allah, ia mengatakan kebenaran”.

(Ibn Sa’d, Tabaqat, vol 8, hal 101, terdapat dalam Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of the Prophet Muhammad: Their Strives and Their Lives, hal 175)


Tanggapan Ali Sina:

Keyakinan yang mencengkram Zawadi telah membuat ia tidak melihat dinamika. Agar dapat memahami dinamika situasi tersebut, kita harus melihat melampaui kata-kata yang tertera dalam hadis (bukankah hal itu yang diajarkan Islam; melihat yang tersirat, bukan hanya yang tersurat?). Setiap episode, atau hadis yang diisolir, hanya bermakna sedikit. Hanya jika kita menyatukan semuanya, seperti potongan-potongan teka-teki gambar (puzzle), barulah gambar yang sebenarnya akan kelihatan.


Safiyah adalah seorang tawanan. Ayahnya dan pamannya dipenggal, dan suaminya disiksa sampai mati. Semua saudara laki-lakinya dan kerabat pria dibantai dan semua kerabatnya yang perempuan diperbudak oleh Muslim. tinggallah ia sendirian. Ia terperangkap ditengah-tengah musuh. Apakah masuk akal jika orang dalam situasi seperti itu mencintai orang yang menangkapnya dan orang itu telah membunuh orang orang yang dikasihinya? Film tentang seorang wanita yang kemudian mencintai penculiknya pun, si penculik tidak membunuh seluruh keluarga si wanita!


 Zawadi melanjutkan dengan hadisnya;

“Inilah Umm al-Mu’minin, Safiyah, mengenang saat-saat ia membenci Nabi karena telah membunuh ayahnya dan mantan suaminya. Nabi meminta maaf kepadanya dan berkata, “Ayahmu memerintahkan orang-orang Arab untuk memerangiku dan telah melakukan tindakan yang keji”, ia memohon maaf sedemikian rupa sehingga Safiyah membuang kepahitannya terhadap Nabi.

(Al Bayhaqi, Dala’il an-Nubuwwah, vol. 4, hal 230, Terdapat dalam Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of the Prophet Muhammad: Their Strives and Their Lives, hal 166)


Tanggapan :

Apakah ini masuk akal? Semudah itukah Muhammad meminta maaf dan Safiyah dengan legowo memaafkan setelah suami dan ayahnya dibunuh? Muhammad membantai ayahnya, suaminya dan saudara-saudaranya, lalu kemudian membenarkan tindakan-tindakannya itu, dan seperti yang dikatakan Zawadi, ia meminta maaf (apa benar Muhammad minta maaf?) lalu wanita itu memaafkannya? Saya tidak tahu persis apa yang sedang ditutup tutup Zawadi, (walau sebenarnya saya tahu. Otaknya dipenuhi dengan doktrin), tapi argumennya tidak masuk akal. 


Anda membunuh ayah dan suami seseorang serta seluruh anggota keluarganya, kemudian anda menjelaskan mengapa anda harus melakukannya, lalu kemudian orang itu memaafkan anda begitu saja? Apakah ketika Muhammad menceritakan kejahatan orang tua Safiyah lalu Safiyah percaya begitu saja dan berterimah kasih? Apakah Safiyah berpikir bahwa Muhammad lebih tahu tentang ayahnya dari pada dia sendiri sebagai anaknya? Cara berpikir seperti inilah yang membuat Muslim percaya pada absurditas apapun. Jika Muslim menggunakan sedikit saja akal sehatnya, mereka pasti akan skeptis.


Basam Zawadi mengatakan;

Ya, memang benar pertama-tama Safiyah sangat marah pada Nabi namun kemudian ia mengampuninya. Ini terjadi terutama berkaitan dengan kenyataan bahwa ia selalu memandang Muhammad sebagai seorang Nabi. Safiyah berkata, “Aku adalah anak kesayangan ayah dan pamanku. Ketika Utusan Allah datang ke Medinah dan tinggal di Quba, orang-tuaku pergi menemuinya pada malam hari dan ketika mereka terlihat sangat gelisah dan letih aku menyambut mereka dengan riang. Namun aku terkejut karena tidak seorangpun dari mereka melihatku. Mereka sangat berduka sampai-sampai mereka tidak menyadari kehadiranku. Aku mendengar pamanku, Abu Yasir, berkata kepada ayahku, ‘Benarkah dia (Muhammad) orangnya?’ Ia berkata, ‘Demi Allah, iya’. Pamanku berkata: ‘Dapatkah engkau mengenalinya dan mengkonfirmasi hal ini?’ Ia berkata, ‘Ya’. Pamanku berkata, ‘apa yang kau rasakan mengenai dia?’ Ia berkata, ‘Demi Allah, aku akan menjadi musuhnya seumur hidupku.”

(Ibn Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, vol. 2, hal. 257-258, Terdapat dalam Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of the Prophet Muhammad: Their Strives and Their Lives, hal.162).


Cerita di atas menggambarkan kewaspadaan dan kecerdasan Safiyah. Cerita itu juga menunjukkan bahwa orang Yahudi telah mengetahui kenabian Muhammad, dan mengenalnya sebaik mereka mengenal anak-anak mereka. Namun demikian, mereka mempunyai rasa benci dan kepahitan kepada Islam dan kepada Nabi. Tambahan lagi, cerita itu menunjukkan adanya permusuhan dan kebencian besar yang dirasakan Bani Huyay terhadap Utusan Allah. Safiyah tidak mewarisi apapun dari ayahnya karena Allah telah mempersiapkan hatinya untuk Islam dan menyiapkan jiwanya untuk iman Islam.

(Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of the Prophet Muhammad: Their Strives and Their Lives, hal.162-163).


Tanggapan :

Orang-orang yang narcistik mengalami delusi bahwa semua orang mengetahui kehebatan dirinya dan jika ada orang yang menentang mereka, itu karena iri hati. Hadis di atas adalah satu contohnya. Bagaimana kita dapat diyakinkan bahwa orang-orang yang mengetahui seseorang adalah utusan Tuhan kemudian memutuskan untuk menolaknya dengan keras? Apakah ini benar benar masuk akal? Tidak! Tidak bagi orang yang normal. Tapi dapat masuk akal bagi orang yang narcistik. Narcisisme adalah sebuah gangguan mental. Fungsi otak mengalami gangguan. Orang yang narcistik mengalami gangguan untuk memahami realita. Mereka meyakini bahwa mereka benar dan siapa yang tidak sepakat dengan mereka adalah sesat. Bukan sebaliknya. Bagaimana bisa ada orang yang punya argumen sebodoh itu?


Lebih jauh lagi, bagaimana orang Yahudi di Medinah dapat mengetahui bahwa Muhammad adalah Mesias yang mereka harapkan kedatangan Nya? Bukti apa yang dapat mereka lihat? Mengapa bukti itu sekarang tidak ada lagi? Orang Islam selalu mengklaim bahwa Muhammad disebutkan dalam kitab terdahulu. Salah satu klaimnya Kidung Agung 5:15 dalam Alkitab, semua itu tidak ada (Silahkan membaca Kidung Agung 5:15). Namun ketika menemukan kenyataan bahwa tidak ada nubuat tentang

Muhammad dalam Alkitab, maka kaum muslim mengatakan bahwa Alkitab (Injil) telah dipalsukan. Sungguh ini klaim absurditas yang terus berputar-putar di kepala muslim.


Muhammad tidak pernah disebutkan sama sekali dalam kitab manapun. Tidak ada bukti apapun mengenai dia dalam kitab suci apapun yang datang sebelum dia. Jadi bagaimana ayah dan paman Safiyah dapat mengetahui bahwa Muhammad adalah “dia”? Tidak satupun yang dapat membuat kita percaya bahwa ia disebutkan dalam kitab itu sebagai orang yang dijanjikan bagi orang Yahudi dan Kristen, Baik dari kitab Torah (Taurat), Injil, apalagi Talmud. Siapapun yang percaya pada klaim-klaim ini sepertinya kurang kecerdasannya, atau orang cerdas yang lebih mengutamakan iman.


Banyak Muslim sangat membenci Baha’u’llah. Akankah mereka menolak untuk percaya setelah mereka yakin bahwa Baha’u’llah adalah seorang utusan Tuhan? Tentu saja tidak! Argumen seperti ini bertentangan dengan akal. Hanya orang yang kurang akal yang dapat mempercayai absurditas ini. Tunjukkanlah pada saya satu orang yang mengakui bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang tertulis dalam kitabnya namun ia tidak percaya kepadanya? Ini mustahil! Ini adalah argumen terbodoh yang dapat dibuat orang.


Tragedinya bukanlah pada sebuah kebohongan itu saja, namun kenyataan bahwa pada tingkat dimana mereka tidak dapat lagi berpikir secara rasional. Mereka melihat segala sesuatunya buram. Bagi mereka realita sudah terganggu. Bagaikan berkaca pada sebuah cermin yang berlekuk-lekuk. Jika anda mau melihat secara jujur dan jernih, maka paradigma anda akan berubah. Anda akan mulai melihat segala sesuatunya dalam dimensi yang sebenarnya. Bukan hanya opini anda yang berubah, keseluruhan orientasi kognitif fundamental anda berubah.


Banyak muslim percaya bahawa alasan orang-orang yang mengkritisi Islam adalah karena mereka itu iri hati, atau hatinya berpenyakit. Mereka yang berpikir jernih tidak merasa perlu untuk membuktikan klaim islam. Bagi mereka, itu tidak dibutuhkan, karena sudah sejelas keberadaan matahari. Jika anda tidak melihat matahari, itu karena anda tidak ingin melihatnya. Sebagai akibatnya, siapapun yang tidak sepakat dengan muslim dan islam akan direndahkan martabatnya sebagai manusia dan dipandang sebagai sekutu setan. Oleh karena itu, merampas hak azasi manusia adalah tindakan yang mereka benarkan.


Zawadi mengutip situs Islam lainnya;

“Nabi yang datang berikutnya dan yang terakhir secara akurat ditulis dalam Taurat, yang juga memuat tanda-tanda yang mudah dikenali orang Yahudi”, tetapi orang Yahudi menolaknya karena ia adalah seorang Arab sedangkan mereka mengharapkan seorang Yahudi.


Tanggapan :

Nah, tunjukkanlah pada saya dimana? Di bagian mana dalam Taurat, Muhammad diceritakan dengan sangat akurat sehingga orang dapat mengenalinya dengan mudah? Taurat yang mana? Ayat yang mana dan halaman berapa..?


Islam dibangun di atas fondasi yang rapuh. Klaim ini, seperti halnya semua klaim orang Islam lainnya, adalah sebuah klaim kosong! Ketika Muhammad berkata bahwa ia disebutkan dalam Alkitab, para pengikutnya tidak mempunyai Alkitab untuk mereka baca dan verifikasi. Mereka mempercayai begitu saja apa yang dikatakan pada mereka. Pada masa kini semua orang mempunyai akses kepada banyak Kitab. Bahkan online. Tunjukkanlah pada saya dimana Muhammad disebutkan? Jika anda berpikir kehormatan anda dapat dipulihkan dengan cara anda membunuh anak anda sendiri yang murtad, maka tentunya anda tidak merasa malu kalau hanya sekedar berbohong!


Zawadi melanjutkan pembelaannya:

Karakter Safiyah Ini menunjukkan betapa Safiyah adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah; Abdul Allah ibn Ubaydah berkata, “Sekelompok orang berkumpul di kamar Safiyah, salah seorang istri Nabi. Mereka mengingat Allah, membaca Qur’an dan bersujud. Safiyah memanggil mereka dan berkata, ‘Kamu bersujud dan membaca Qur’an tapi mengapa kamu tidak meratap (karena takut akan Allah)?”

[Abu Nu’aym al Asbahani, Hilyat al-Awliya‘, vol 2, hal 55, Dikutip dalam Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of the Prophet Muhammad: Their Strives and Their Lives, hal 177].


Tanggapan:

Tidak, ini tidak menunjukkan ketulusannya. Oleh karena episode ini terjadi setelah kematian Muhammad dan ia sudah tidak remaja lagi. Besar kemungkinan ia telah pulih dari sindrom yang dideritanya dan kemudian menjadi sarkastis. Ketika Barak Obama mencium tangan Raja Saudi. Saya bisa katakan, “Lain kali Obama harus sujud dan mencium sepatu Raja”. Apakah perkataan itu menunjukkan bahwa saya adalah orang yang sangat setia mengabdi pada Raja Saudi? Ternyata memang akal sehat dan berpikir rasional sangat dibutuhkan muslim.


Zawadi melanjutkan:

Ia masih mengalami kesulitan-kesulitan setelah kematian Nabi. Suatu ketika budak perempuannya menemui Amir Al-Muminin, Umar dan bertanya, “Amir al-Muminin! Safiyah mencintai hari Sabbath dan tetap menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi!” Umar menanyai Safiyah mengenai hal itu, dan Safiyah berkata, “Aku tidak mengasihi hari Sabbath lagi setelah Allah menggantikannya dengan hari Jum’at untukku, dan aku hanya menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi yang mempunyai hubungan kekerabatan denganku”. Kemudian ia menanyai budak perempuannya apa yang telah merasukinya sehingga ia mengadukannya kepada Umar dan budaknya itu menjawab; “Setan!” Lalu Safiyah berkata; “Pergilah, kamu sudah bebas”. Ini menunjukkan dan membuktikan bahwa Safiyah tetap menjadi seorang muslim yang setia bahkan setelah kematian Nabi.

[Diambil dari situs geocities.com/mutmainaa1/people/safiyah]


Tanggapan :

Nah! Hadis ini memberi banyak informasi. Budak Safiyah melihatnya melaksanakan Sabbath dan berhubungan dengan orang-orang Yahudi di Medinah. Gadis malang ini sendiri adalah seorang budak. Tuhan tahu trauma apa yang telah dialaminya. Mungkin ia ditangkap dari Iran atau Mesir. Kini ia mendapati dirinya dikelilingi oleh orang-orang jahat yang beranggapan ia adalah najis. Ia melaporkan apa yang dilihatnya kepada Umar, boleh jadi dengan harapan ia akan mendapatkan sedikit kebaikan. Apa yang dapat dikatakan Safiyah ketika ia diinterogasi? Dapatkah ia berdebat dengan Komandan Orang-orang Islam saat itu, seorang pria yang dikenal gampang marah dan mengatakan pada pria itu bahwa ia tidak percaya pada Muhammad dan Islam?


Safiyah harus menyembunyikan imannya demi keselamatan dirinya. Budak perempuan itu, yang kini menyadari bahwa perkataannya bertentangan dengan perkataan seorang Ummul Mu’minin, kuatir dan takut akan hidupnya dan menyalahkan Setan yang telah membuatnya melakukan hal ini. Setiap kisah adalah sebuah tragedi di dalam tragedi lainnya, semua orang adalah korban dari orang yang mengorbankan orang lain. Setan pasti bangga akan keberhasilannya ini.


Ketika kita membaca sebuah hadis, kita juga harus didorong untuk berpikir secara rasional. Kebenaran itu ada disana, tapi tidak dalam kata-kata yang tertulis, namun dalam implikasi dari perkataan perkataan itu. Untuk memahami hadis, bacalah apa yang tidak tertulis disana, bacalah yang tersirat, bukankah itu yang diajarkan islam? Saya orang Iran, fasih berbahasa Arab. Saya membaca Qur’an dan hadis, dan hampir semua buku-buku yang sama yang dibaca para Ulama Muslim. Namun, saya melihat apa yang tidak mau dilihat oleh ulama muslim selama 1400 tahun. Itu karena saya tidak menelan semuanya mentah-mentah. Saya merenungkan dan menganalisanya. Semua orang dapat melakukannya. Penting sekali ketika kita membaca sebuah buku, apakah buku religius atau tidak, kita membacanya secara kritis.


Bersambung......

Akbarman Tanjung

No comments: