loading...

Wednesday, April 14, 2021

Istri Istri Muhammad (Ep 2)


Dalam sirah dan hadis dikisahkan, dihari-harinya bersama Khadijah, suatu hari ketika Muhammad menghabiskan waktunya di gua Hira, ia mengalami pengalaman yang aneh. Dia mulai mengalami kontraksi, sakit perut, kejang-kejang dan merasa terhimpit kuat-kuat. Dalam keadaan seperti ini dia seperti mendengar suara-suara dan melihat sesuatu. Kemudian dia berlari kerumah seperti ketakutan, badannya gemetar dan berkeringat. “Selimuti aku, tutupi aku,” pintanya kepada istrinya. “Oh Khadijah, ada apa dengan diriku ini?” Lalu dia menceritakan semua yang terjadi dan berkata, “Aku takut sesuatu telah terjadi padaku.” Khadijah menenangkan dan mengatakan padanya untuk tidak merasa takut, karena dia sebenarnya didatangi oleh Malaikat.


Setelah Khadijah menceritakan kejadian yang dialami suaminya kepada pamannya ‘Waraqah Ibn Naufal’, maka Khadijah mendapat pembenaran bahwa yang mendatangi suaminya adalah Malaikat Jibril.


Sahih Bukhari no. 6982, dan Sahih Muslim no. 160:

“Dikisahkan oleh Aisyah r.a, yang berkata; “Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi rasa ingin untuk menyendiri. Nabi pun memilih gua Hira dan ber-tahannuts. Yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya untuk mempersiapkan bekal untuk ber-tahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hira. Malaikat Jibril datang dan berkata: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Nabi s.a.w menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan mencekikku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Maka Malaikat itu memegangku dan mencekikku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Malaikat itu memegangku kembali dan mencekikku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)”.


“Beliaupun pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah Khadijah. Kemudian Nabi berkata kepadanya: Selimuti aku, selimuti aku. Maka Khadijah pun menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kemudian Nabi bertanya: ‘wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku ini?’. Lalu Nabi menceritakan kejadian yang beliau alamai kemudian mengatakan, ‘aku amat khawatir terhadap diriku’. Maka Khadijah mengatakan, ‘sekali-kali janganlah takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang menegakkan kebenaran."


"Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal, ia adalah saudara dari ayahnya Khadijah. Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Maka disalinnya Kitab Injil dalam bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat ditulis. Namun usianya ketika itu telah lanjut dan matanya telah buta. Khadijah berkata kepada Waraqah, “wahai paman. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini”. Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas dirimu?”. Rasulullah menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya."


Waraqah berkata, "(Jibril) ini adalah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu". Nabi bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab, “Ya, betul. Tidak ada seorang pun yang diberi wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Jika aku masih mendapati hari itu niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya”. Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia”


Hadis diatas sebenarnya rancu, menggiring pembacanya seolah-olah Muhammad tahu bahwa yang mendatanginya adalah malaikat. Padahal Muhammad sendiri tidak tahu sosok apa yang mencekik dirinya di Gua Hira, sebelum Waraqah mengatakan ‘Namus’ (Jibril). Maka untuk memastikannya, Khadijah melakukan test tentang apakah yang mendatangi suaminya itu benar-benar Malaikat atau Setan.


"Test Khadijah Mencari Kejelasan Tentang Malaikat Atau Setan"


Ismail bin Abu Hakim, mantan budak keluarga Az-Zubair Berkata kepadaku bahwa ia diberitahu dari Khadijah Radhiyallahu Anha yang berkata; “Khadijah berkata kepada Rasulullah, ‘Hai saudara misanku, bisakah engkau bercerita kepadaku tentang sahabatmu (Malaikat Jibril) yang datang kepadamu?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bisa.’ Khadijah berkata, ‘Jika ia datang lagi kepadamu, maka beritahukan kepadaku!’


Tidak lama setelah itu, Jibril datang kepada Rasulullah seperti biasanya. Rasulullah berkata kepada Khadijah, ‘Hai Khadijah, inilah Jibril datang kepadaku.’ Khadijah berkata, ‘Saudara misanku, berdirilah dan duduklah di atas paha kiriku!’ Rasulullah berdiri lalu duduk di atas paha kiri Khadijah. Khadijah berkata, ‘Apakah engkau masih melihatnya (malaikat Jibril)?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Khadijah berkata, ‘Rubah posisimu dan duduklah di paha kananku!’ Rasulullah mengubah posisinya dengan duduk di atas paha kanan Khadijah.


Khadijah berkata, ‘Apakah engkau masih melihatnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Kemudian Khadijah duduk dengan kepala dan wajah terbuka, serta melepas kerudungnya, sedang Rasulullah duduk di atas pangkuannya. Khadijah berkata, ‘Apakah engkau masih melihatnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak.’ Khadijah berkata, ‘Saudara misanku, bergembiralah dan bersabarlah. Demi Allah, sungguh dia adalah malaikat, bukan syetan.’


Ibnu Ishaq berkata bahwa aku pernah berdiskusi dengan Abdulullah bin Hasan tentang Hadits di atas. Abdullah bin Hasan berkata, “Aku pernah mendengar ibuku berkata, “Khadijah memasukkan Rasulullah ke dalam dir’un (baju rumah wanita) miliknya. kemudian pada saat itulah Jibril pergi dari hadapan Rasulullah. Khadijah berkata kepada Rasulullah, ‘Sungguh, dia adalah malaikat dan bukan syetan.”

[Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, jilid l, hal 200]


Artinya saat itu khadijah membuka pakaiannya dengan pertimbangan malaikat malu melihat aurat wanita atau melihat porno aksi, akibatnya malaikat pergi menjauh. Secara logis kita bisa menyikapinya dengan akal sehat; Bahwa, dengan test seperti itukah maka Muhammad beserta pengikutnya percaya bahwa yang datang itu benar-benar Malaikat? Apa yang diketahui seorang Khadijah tentang Malaikat dan Setan? Dan apa urusannya dengan sikap malaikat yang malu-malu melihat porno aksi? Dan apakah malaikat memiliki sifat nafsu dan perasaan yang sama seperti manusia? Bukankah Malaikat bisa melihat ‘porno aksi’ kapan saja dan dimana saja tanpa diketahui oleh manusia? Bahkan Muhammad sendiri mengatakan bahwa disetiap rahim wanita, Allah menempatkan malaikat.


Jadi Muhammad sendiri berkontradiksi dengan pernyataan Khadijah tentang Malaikat. Kaum muslim mengatakan bahwa Khadijah adalah orang pertama yang masuk Islam. Sebenarnya bukan hanya itu, tapi Khadijah lah yang menciptakan Nabi, karena melalui test Khadijah itulah Muhammad menjadi lebih percaya diri bahwa dia didatangi malaikat Jibril untuk menguatkan dan mengumumkan klaim kenabiannya.


Lucunya, melalui hadis dibawah ini, Muhammad sendiri menyiratkan bahwa sebenarnya Malaikat tidak malu dengan porno-aksi manusia;


Sahih Bukhari, Vol 1, Buku 6, No 315:

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Rasulullah berkata, ”Di setiap rahim, Allah mengutus Malaikat yang berkata, ’O Tuhan! Setetes air mani, O Tuhan! Segumpal darah! Segumpal daging.” Maka jika Allah berkehendak (untuk menyelesaikan) ciptaannya, malaikat bertanya, (O Tuhan!) apakah ia akan menjadi pria atau wanita, seorang yang sial atau seorang yang diberkati, dan seberapa banyak perlengkapannya nanti? Dan berapa umurnya nanti?’ Itulah semua yang ditulis selagi seorang anak masih berada dalam rahim ibunya.”


Setelah test yang dilakukan Khadijah, Muhammad tambah percaya diri untuk mengumumkan status kenabiannya. Atau memang itu yang diharapkannya karena memenuhi angan-angan untuk merasa superior. Dan Muhammad pun mulai berkhotbah. Pesan utama khotbahnya hanyalah menyampaikan berita kerasulannya kepada siapapun dan membuat mereka percaya.


Setelah berkotbah selama 13 tahun di Mekah, inti pesan Muhammad tetaplah sama. Pesan utamanya adalah Islam, dan Muhammad adalah seorang Rasul Allah, maka orang harus taat padanya. Siapapun diharapkan untuk menghormatinya, mencintainya, menaatinya, dan bahkan takut padanya. Yang tidak mau taat akan di hukum, yaitu berupa ganjaran hukum dunia dari dirinya atau dari para sahabatnya dan ganjaran hukum akhirat dari Allah. Ke-Esaan Tuhan yang menjadi dasar ajaran Islam pada hakekatnya hanya merupakan perubahan makna Allah-Dewa Bulan (politheis) menjadi Allah swt (monotheis) dengan ritual yang sama.


Khadijah mulai ikut mempromosikan suaminya sebagai nabi yang baru. Orang pertama yang masuk ke dalam iman Islam adalah sepupu Muhammad sendiri, Ali. Saat itu Ali baru berusia sekitar 10 tahun dan tinggal di rumah Muhammad. Orang berikutnya adalah Zayd bin Haritha. Ia kira-kira sepuluh tahun lebih muda dari Muhammad. Muhammad mengadopsinya sebagai anak ketika ia telah dewasa. Pria yang bergabung selanjutnya adalah Abu Bakr yang dua tahun lebih muda dari Muhammad. Ia adalah pedagang kain yang cukup sukses dalam menjalankan bisnisnya.


Abu Bakr sangat menghormati Khadijah. Khadijah berperan penting dalam masuk Islamnya Abu Bakr. Mungkin saja ia beralasan, jika Islam bagus untuk Khadijah, pasti bagus juga bagi dirinya. Ini adalah bagaimana kebanyakan muslim beralasan ketika mereka mencoba membenarkan iman mereka. Abu Bakr selanjutnya berperan dalam masuk islamnya beberapa orang lainnya; termasuk Usman ibn Affan, tujuh tahun lebih muda dari Muhammad. Ibunya adalah putri dari kakek Muhammad, Abdul Muttalib, Dengan demikian Usman masih sepupuan dengan Muhammad. Ia juga seorang pedagang yang sukses. Abu Bakr dan Usman yang mula-mula menyokong kegiatan Muhammad secara finansial.


Patut dicatat bahwa pada masa tersebut, berkat pengaruh agama Yahudi dan Narsani di semenanjung Arabia, banyak paganis yang menjadi condong ke arah monotheisme. Orang-orang Yahudi justru tidak menyebarkan agamanya, agama mereka untuk mereka sendiri dan tidak juga berusaha menarik orang lain untuk memeluk agamanya, tetapi kaum Nasrani maju cukup pesat. Bagi Muhammad waktunya sangat tepat. Ajaran monoteis tapi mengandung unsur trinitas mungkin tidak selaras dengan orang-orang paganis. Maka sangat mungkin, dengan adanya kaum-kaum Sabean dan Hanifiah yang telah merintis monotheisme Abrahamic membuat Muhammad melihat peluang ini, juga karena kaum Sabean (Sabiin) dan Hanif belum memiliki seorang nabi.


Sebagian besar mualaf awal adalah kaum muda dan para kerabat Muhammad sendiri. Seperti Sa’d bin Abi Waqqas – 15 tahun (lahir tahun 595 M) adalah keponakan Aminah, ibunda Muhammad. Zubair bin Awwam – 16 tahun (lahir tahun 594 M) adalah keponakan Khadijah dan anak dari Safiyah, bibi Muhammad. Talha bin Ubaidillah – 13 tahun (lahir tahun, 597 M) adalah kerabat Abu Bakr. Mereka semua berada pada pertengahan usia remaja ketika mereka menjadi muslim.


Muhammad biasa mengadakan pertemuan di rumah Khadijah. Salah seorang muslim awal yakni Abdul Rahman bin Auf – 30 tahun (lahir tahun, 580 M), pada kunjungan pertamanya ia datang dengan empat orang teman yang semuanya kemudian memeluk Islam. Mereka adalah Ubayda (anak dari paman Muhammad, Harith), Abu Salma (dari bani Makhzum), Abu Ubayda dan ibn Al Jarrah. Yang terakhir ini mengajak beberapa anggota keluarganya. Di antaranya adalah Abu Hudhaifa bin Uthba yang keluarganya selalu menentang Islam. Pemuda lain yang menghadiri pertemuan-pertemuan ini dan yang memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam adalah Mussab bin Umair.


Selain pemuda-pemuda ini, beberapa budak juga turut menghadiri pertemuan ini. Yang paling terkenal di antara mereka adalah Bilal, putera dari budak Abasinia. Yang lain adalah Amir bin Fuhaira, budak dari kakak lelaki Aisyah dari pihak ibu. Abdullah bin Ma’sud, dan Khabbab bin al-Arrat yang merupakan seorang pembuat pedang.


Banyak dari para mualaf ini membawa serta isteri dan saudara perempuan mereka ke pertemuan tersebut dan beberapa dari mereka menerima kepercayaan baru ini. Pada tiga atau empat tahun pertama klaim kenabiannya, sekitar empat puluh orang beralih kepada Islam.


Sebuah bagian dari tulisan Ibnu Sa’d memberi kita nuansa dari pertemuan-pertemuan itu dan bagaimana Muhammad membuat pendengarnya terkesan;


“Selama khotbah-khotbahnya, mata sang nabi akan berubah sambil ia mengeraskan suaranya dan berbicara dengan penuh emosi, seakan-akan ia adalah komandan tentara yang sedang memberi peringatan kepada anak buahnya. Ia akan berkata; ‘kebangkitan dan saya adalah seperti dua jari (sambil menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya). Ia akan berkata, ‘bimbingan yang terbaik adalah bimbingan dari Muhammad dan hal yang terburuk adalah berpikir inovatif dan inovasi apapun itu akan menghasilkan kebinasaan. Selama khotbahnya, Muhammad biasanya memegang sebuah tongkat.”


Karakter Muhammad yang digambarkan Ibnu Sa’d mengingatkan kita pada tokoh nabi Musa yang selalu membawa tongkat. Muhammad begitu terobsesi dengan kisah Musa melebihi kepada nabi-nabi yang lain, dan ini terekam dalam kitab sucinya (Al-Qur’an) juga pada hadis-hadis dimana Musa-lah yang mempengaruhi dirinya tentang meminta keringanan wajib shalat dari 50 kali menjadi 5 kali. Mungkin pikirnya, membawa tongkat mengikuti Musa akan menambah kewibawaannya.


Bersambung....

akbarman tanjung

No comments: