loading...

Wednesday, April 14, 2021

Istri Istri Muhammad (Ep 5)


3. AISYAH BINT ABU BAKAR


Setelah Khadijah meninggal pada bulan Desember 619 M, kurang-lebih 3 tahun sebelum Hijrah. Muhammad mengawini Saudah dan kemudian mengawini Aisyah dalam kurun waktu yang berdekatan. Kala itu Muhammad berumur sekitar 50-51 tahun.


Menurut Mubarakfury (halaman 185), Aisyah adalah anak Abu Bakar yang dinikahi oleh Muhammad saat berusia 6 atau 7 tahun, Muhammad ketika itu  berumur sekitar 51 tahun, Aisyah mulai disetubuhi oleh Muhammad saat berusia 9 tahun, sedangkan Muhammad sendiri telah berumur sekitar 54 tahun.


"Rasulullah menikah dengan Aisyah, ketika itu Aisyah berumur enam tahun. Kemudian pada bulan Syawal tahun pertama hijrah, beliau mulai menggaulinya. Ketika itu Aisyah berumur sembilan tahun.


Diceritakan oleh Aisha: Bahwa Nabi menikahinya ketika ia berusia enam tahun dan berhubungan suami istri ketika dia berusia sembilan tahun, dan dia tetap menjadi istrinya selama sembilan tahun (yaitu sampai kematian Nabi). Pernikahan ini diperkirakan terjadi pada tahun 619-620 M, beberapa bulan setelah kematian Khadijah, istri pertama Muhammad, di tahun ke-10 kenabian. Ketika Muhammad wafat, Aisyah berumur 18 tahun, Aisyah meninggal di tahun 57 H.


Pada umumnya, pria dewasa normal tidak tertarik secara seksual dengan anak ingusan (gadis cilik) yang lebih pantas jadi cucunya. Memikirkan syahwat dari seorang lelaki yang sudah berumur terhadap anak-anak adalah hal yang aneh. Istilah satu-satunya untuk pria paruh baya yang tertarik secara seksual pada anak gadis cilik adalah pedofilia. Apakah Muhammad termasuk dalam kategori itu? Silahkan pembaca menilainya sendiri.


Semua manusia dan hewan pada dasarnya melindungi anak-anak. Tangisan minta tolong dari anak-anak akan membuat hati binatang-pun melunak. Pedofil termasuk orang-orang yang memiliki mental disorder, sebab mereka menafikan semua empati dan dampak mental seorang anak yang belum cukup umur. Sangat sulit melihat kenyataan bahwa seseorang yang praktis dijadikan tauladan oleh lebih-kurang satu setengah milyar jiwa ternyata tertarik secara seksual dengan gadis cilik.


Ketertarikan Muhammad dengan anak gadis cilik tidak hanya dengan Aisyah. Sebagaimana dijelaskan oleh Abbas ibn Hisyam dan ibn Hajar yang mengatakan; Rasul Allah mengatakan ketika dia melihat um Habiba binti Abbas yang saat itu masih balita;

“Apabila dia mencapai umur selagi aku masih hidup, maka aku akan menikahinya.” Pada waktu itu, anak itu berumur 3 tahun dan Muhammad berumur 60 tahun. Muhammad meninggal dua tahun kemudian, dan berharap anak perempuan itu berusia 6 atau 9 tahun seperti Aisyah agar dapat dinikahinya.

[Ibn Hajar, ‘Al-Isaba fi tamyis as-Sahaba’, Vol lV, hal 422]


Kenyataan Muhammad mengawini Aisyah tatkala Aisyah baru berumur 6 tahun menjadi terang-benderang, sebab hal ini dilaporkan oleh Aisyah sendiri dalam lusinan Hadis. Saya belum pernah mendengar ada orang Islam yang mempermasalahkan atau mempertanyakan hal tersebut sampai akhirnya saya sendiri-lah yang mengernyitkan alis mata. Bingung, ketika sikap muslim terutama muslimah seolah-oleh tidak merasa terganggu, tapi justru terganggu oleh orang-orang yang mempertanyakan masalah ini.


Banyak muslimah yang tidak suka kepada saya jika menyangkut pertanyaan umur Aisyah. Mungkin yang paling membuat muslim dan muslimah baper dan tidak merasa nyaman adalah karena melimpahnya bukti-bukti mengenai hal itu.


Sahih Muslim, buku 008, no 3310:

Aisyah (ra) melaporkan: Rasul Allah (saw) mengawini saya ketika saya berumur 6 tahun, dan saya masuk ke rumahnya saat saya berumur 9 tahun.


Sahih Bukhari, vol 7, buku 62, no 64:

Diriwayatkan Aisyah: bahwa Nabi mengawininya ketika ia berumur 6 tahun dan ia (Muhammad) menggenapkan nikahnya tatkala ia berumur 9 tahun, lalu tinggal bersama-sama dengannya untuk 9 tahun (yaitu, hingga wafatnya).


Sahih Bukhari, vol 7, buku 62, no 65:

Diriwayatkan Aisyah: bahwa Nabi mengawininya ketika ia berumur 6 tahun dan ia (Muhammad) menggenapkan nikahnya tatkala ia berumur 9 tahun. Hisham berkata: Saya telah diberitahu bahwa Aisyah tinggal bersama-sama dengan Nabi selama 9 tahun (yaitu, hingga wafatnya).


Sahih Bukhari, vol 7, buku 62, no 88:

Diriwayatkan ‘Ursa: Nabi menuliskan (kontrak perkawinan) dengan Aisyah tatkala ia berumur 6 tahun dan menggenapi nikahnya dengan dia ketika ia berusia 9 tahun dan ia tinggal bersama dengan beliau selama 9 tahun (sampai ajalnya).


Sebagian ulama berkata bahwa Abu Bakar lah yang mendekati Muhammad dan meminta beliau untuk menikahi putrinya, dan Muhammad menikahi putri Abu Bakar untuk mempererat tali persaudaraan. Apakah ini benar? Mari kita simak;


Sahih Bukhari, vol 7, no 18 :

Diriwayatkan ‘Ursa: Nabi meminta kepada Abu Bakr untuk menikahi Aisya. Abu Bakr berkata, “Tetapi sayakan saudaramu”. Nabi berkata, “Engkau memang saudaraku dalam agama Allah dan Kitab-Nya, tetapi dia (Aisyah) dibolehkan untuk kunikahi”.


Pada hadis diatas sangat jelas bahwa alasan yang dikemukakan banyak ulama terlalu dipaksakan, sebab tanpa ada ikatan pernikahan dengan Aisyah pun Abu Bakar sudah menganggap Muhammad saudara. Dan menurut hadis diatas justru Abu Bakar terkesan tidak setuju dengan pernikahan itu, tapi Muhammad memintanya, bukan sebaliknya.


Bangsa Arab pra-Islam yang dituding jahiliah-pun sebenarnya mereka mempunyai kode etik yang mereka junjung tinggi. Misalnya, sekalipun mereka katakanlah berperang sepanjang tahun, namun pada bulan-bulan suci tertentu mereka meniadakan permusuhan. Mereka juga menganggap Mekah sebagai kota suci dan tidak melakukan perang terhadap kota tersebut. Saya mencari bukti-bukti budaya pra-Islam tentang usia pernikahan. Saya tidak menemukan adanya kebiasaan dimana orang tua menikahkan anaknya yang masih di bawah umur sebagai budaya Arab pra-islam. Tapi saya menemukan budaya itu justru muncul pasca Islam. Ini artinya Muhammad lah yang menginspirasi orang-orang Arab menikahkan anak gadisnya yang masih dibawah umur.


Di masa pra-islam, istri dari anak angkat juga dianggap sebagai menantu perempuan yang tabu dinikahi. Juga merupakan istiadat bahwa teman-teman dekat membuat persekutuan persaudaraan dan ini mengikat sesama mereka sebagai saudara sungguhan. Namun Muhammad menyingkirkan setiap aturan ini manakala aturan tersebut menghalangi minat dan kepentingan-kepentingannya. Abu Bakr dan Muhammad telah bersumpah satu sama lain sebagai saudara. Jadi sesuai dengan adat mereka, Aisyah bisa dianggap keponakan Muhammad. Namun hal ini tidak menghentikan dia untuk melamar kepada ayah dari Aisyah, bahkan ketika anak tersebut masih berumur 6 tahun! Tapi lucunya Muhammad menggunakan alasan yang sama untuk menolak seorang perempuan yang tidak disukainya.


Sahih Bukhari, vol 7, buku 62, no 37:

Diriwayatkan oleh Ibn Abbas: Dikatakan kepada Nabi, “Apakah engkau tidak mau menikahi anak perempuan Hamza?” Beliau berkata, “Dia itu keponakan angkatku..”


Hamza adalah paman jauh dari Muhammad. Dalam Islam, menikahi keponakan pertama diperbolehkan. Muhammad menolak menikahi anak perempuan Hamza bukan atas dasar bahwa Hamza adalah pamannya, melainkan dengan alasan bahwa Hamza adalah saudara angkatnya. Abu Bakr juga adalah saudara angkat dari Muhammad. Bedanya bukan pada alasan Nabi, tetapi karena Aisyah adalah gadis kecil manis sedangkan puteri Hamza lebih tua dan kalah cantik. Moralitas ganda dari Muhammad lebih jauh menjadi bukti nyata lanjutan dari hadis ini; Diriwayatkan Aisyah, Ummul Mu’minin: Nabi (saw) berkata: "Apa yang diharamkan oleh alasan hubungan darah adalah juga diharamkan oleh alasan hubungan (persaudaraan) angkat."


Dalam Hadis berikut, Nabi yang mengangkat dirinya sendiri telah mengaku kepada Aisyah, bahwa ia telah memimpikan dirinya (Aisyah)...


Sahih Bukhari vol 9, no 140 :

Diriwayatkan Aisyah: Rasul Allah berkata kepadaku, “Engkau telah diperlihatkan kepadaku dua kali (dalam mimpiku) sebelum aku menikahimu. Aku melihat seorang malaikat membawamu dalam sepotong kain sutera, dan aku berkata kepadanya,”Singkapkan (dia)”, dan benar itu adalah engkau. Aku berkata (pada diriku), “Bila ini dari Allah, maka hal itu harus terjadi."


Apakah Muhammad betul-betul bermimpi demikian ataukah ia berbohong? itu bukanlah hal yang mau dipersoalkan disini. Mimpi hanyalah ungkapan-ungkapan dari bawah sadar kita sendiri dan bukan pesan-pesan dari memori otak kanan yang mengandung imajinasi dan terus bekerja saat kita tidur, berbeda dengan otak kiri yang istirahat saat kita tidur.


Hadis diatas menunjukkan bahwa Aisyah pasti masih dalam keadaan bayi yang diusung oleh malaikat pada saat Muhammad telah menggairahi dirinya. Ada banyak Hadis yang secara eksplisit mengungkapkan umur Aisyah pada waktu nikahnya.


Sahih Bukhari, vol 5, no 234:

Diriwayatkan Aisyah: Nabi melamar saya ketika saya berumur 6 (tahun). Ketika kami hijrah ke Medina dan tinggal dirumahnya Bani-al-Harith bin Khazraj, kemudian saya sakit dan rambutku rontok. lalu rambutku tumbuh (kembali) dan ibuku, Um Ruman, datang menghampiriku ketika saya sedang bermain ayunan dengan beberapa teman-teman puteriku. Dia (ibuku) memanggilku dan saya datang kepadanya, tanpa tahu apa yang hendak dilakukannya terhadapku. Dia menarik tanganku dan menempatkan diriku dipintu rumah. Nafasku terengah-engah jadinya, dan ketika nafas kembali biasa, ia mengambil air dan menyekakan muka dan kepalaku. Kemudian ia membawa saya masuk ke rumah. Disitu saya melihat beberapa perempuan Ansar yang berkata, “Selamat dan berkat Allah”. Maka iapun menyerahkan saya kepada mereka dan merekapun mempersiapkan saya. Diluar sangkaan, Rasul Allah datang kepada saya pada siangnya lalu ibuku menyerahkan saya kepadanya, dan saat itu aku adalah gadis berumur 9 tahun.


Hadis berikut ini mendemonstrasikan bahwa ia hanyalah seorang anak kecil yang sedang bermain dengan boneka-bonekanya. Perhatikan apa yang ditulis oleh penafsir dalam tanda kurung (ia adalah gadis kecil, belum mencapai umur pubertas).


Sahih Bukhari, vol 8, buku 73, no 151:

Diriwayatkan oleh Aisyah: “Saya biasa bermain dengan boneka boneka di tengah kehadiran Nabi, dan gadis-gadis temanku juga biasa bermain dengan saya. Ketika Rasul Allah masuk seperti biasanya (tempat tinggal saya), mereka (teman-teman saya) biasanya menyembunyikan diri mereka, namun Nabi memanggil mereka untuk bergabung dan bermain dengan saya.


(Bermain dengan boneka-boneka dan barang-barang yang sejenis adalah terlarang, tetapi itu diizinkan untuk Aisyah pada waktu itu, karena ia masih seorang gadis kecil, belum mencapai umur pubertas). [Fateh-al-Bari, vol.13, hal 143]


Ada juga pembelaan buta seperti: “Perlu

diperhatikan bahwa di daerah yang berhawa panas, maka adalah normal bagi seorang gadis cilik mendapatkan kedewasaannya pada umur yang masih sangat muda.” Lalu membenarkan bahwa pernikahan Muhammad adalah untuk mempererat persekutuan politik dengan orang tua gadis beserta suku-suku nya. Ini adalah nonsense yang membodohi. Muhammad tidak membutuhkan untuk berhubungan seks dengan anak gadis cilik Abu Bakar jika hanya untuk memajukan persahabatan mereka.


Bukankah Muhammad menikahi Safiyah setelah ia memenggal kepala ayah Safiyah, menyiksa hingga mati suaminya (Kinana) dan membantai seluruh sukunya? Bukankah Muhammad menikahi Juwariyah setelah menyerang kaumnya, membunuh secara massal para lelakinya, dan merampok kekayaan mereka dan mengambil perempuan-perempuan serta anak-anak sebagai budak? Bukankah dia juga mengambil Rayhana, gadis Yahudi umur 15 tahun dari bani Quraizah setelah membantai semua laki-laki termasuk anak laki-laki yang telah mencapai pubertas? Jadi dengan siapakah Muhammad hendak membuat persekutuan?


Bersambung....

Akbarman Tanjung

No comments: