loading...

Wednesday, July 20, 2016

Muhammad Tidak Buta Huruf

Muhammad Tidak Buta Huruf

oleh Mike Griffin




Kaum muslim mempercayai bahwa Quran 100% adalah perkataan Allah, tanpa terkontaminasi oleh perkataan manusia. Dengan mengklaim Muhammad sebagai nabi buta huruf, maka dengan sendirinya tidaklah mungkin seorang Muhammad mengarang, atau mendapatkan pengetahuan ilahi selain dari Allah sendiri. Muhammad tidak mungkin membaca dari kitab2 terdahulu seperti Talmud, Taurat, Injil serta Kitab2 yang lain, dan menceritakannya kembali dalam Quran. Akan tetapi bagaimana jika ternyata Muhammad tidak Buta Huruf!? Dalam Hadits dikatakan bahwa Waraqah menerjemahkan Bible, apa tujuan dan siapa pengguna Bible hasil terjemahan Waraqah??? Apakah benar Muhammad Buta Huruf dan tidak pernah membacanya???



Sahih BUKHARI NO 6467(Lidwa)
http://id.lidwa.com/app/?k=bukhari&n=6467
(…) wahyu pertama-tama yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam adalah berupa mimpi yang baik ketika tidur, beliau tidak bermimpi selain datang seperti fajar subuh, dan beliau selalu pergi ke Goa Hira bertahannus di sana, yaitu beribadah beberapa malam, dan beliau untuk hal tersebut berbekal, (…)" kemudian beliau pulang dengan menggigil hingga menemui Khadijah dan berkata; "Selimutilah aku, selimutilah aku!" maka keluarganya pun menyelimuti beliau, sampai rasa ketakutan beliau menghilang, kemudian beliau berkata: "ya Khadijah, apa yang terjadi pada diriku?" beliau menceritakan peristiwa tersebut kepadanya dan berkata; "Aku mengkhawatirkan diriku" (…)Maka Khadijah pergi bersama beliau menemui Waraqah bin naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushshay, anak paman Khadijah, atau saudara ayahnya, ia adalah semasa jahiliyah beragama nashrani dan suka MENULIS KITAB SUCI ARABI, IA MENULIS INJIL ARABI DENGAN KEHENDAK ALLAH (…) kemudian tak berselang lama Waraqah meninggal dan wahyu berhenti beberapa lama hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedih. Berita yang sampai kepada kami, kesedihan yang beliau alami sedemikian rupa, hingga beliau beberapa kali ingin bunuh diri dengan cara menerjukan diri dari puncak gunung, setiap kali beliau naik puncak gunung untuk menerjunkan dirinya, Jibril menampakkan diri dan mengatakan; 'hai Muhammad, sesungguhnya engkau betul-betul Rasulullah! ' nasehat ini menjadikan hatinya lega dan jiwannya tenang dan pulang. Namun jika sekian lama wahyu tidak turun, jiwanya kembali terguncang (…) 


 

Nosrania / Nestorian adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang dinamakan EBIONISME.

Diumur 25 tahun, Abu Thalib mencarikan pekerjaan untuk Muhammad sebagai agen perdagangan di sebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang juga masih saudara jauh, bernama Khadijah. Wanita tersebut telah dua kali menikah. Suami terakhirnya, seorang pedagang kaya raya, yang baru2 ini meninggal dan janda tersebut perlu menyewa tenaga untuk mengurus usaha dagangnya yang besar.

Dimasa mudanya Muhammad bekerja pada Khadijah, sebagai agen perdagangan. Seorang agen perdagangan haruslah memiliki cukup pengetahuan tentang dagang dan pembukuan. Pengetahuan macam ini tidak dimungkinkan bagi orang yg tidak mampu membaca dan menulis.

Muhammad mendapatkan kemampuan ilmu2 alam termasuk kemampuan membacanya dari Abu Talib. Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anak2nya sendiri. Ketika Muhammad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhammad makanan yang paling baik.’

Ini jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhammad ini, menulis karyanya berjudul Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.


# Timeline singkat kehidupan Muhammad
  • 0-12 sejak kecil di telantarkan emaknya, kemudian di rawat kakek(Abdul Muthalib) dan pamannya(Abu Thalib)
  • 12-15 ikut Abu Thalib berdagang ke Syria
  • 15-19 masa perang
  • 19-24 Gembala Kambing
  • 25 Kawin dengan Janda Kaya Khadijah seorang pedagang
  • 40-63 menabikan diri dengan wahyu Via Mimpi, Tapa Goa Hira, Kejang keringat dingin dll. Dalam karirnya dia membunuh banyak orang, menindas dan memaksa orang ikut agamanya yang sampai sekarang hal itu di teladani umat.


A. Ayat Quran yang menyebutkan bahwa Muhammad Buta Huruf


(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. (QS 7:157)

“….maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS 7:158)

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,….(QS 62:2)


A.1 Makna sesungguhnya terhadap istilah Nabi yang Ummi, 

QS 3:75
wamin ahli lkitaabi man in ta/manhu biqinthaarin yu-addihi ilayka waminhum man in ta/manhu bidiinaarin laa yu-addihi ilayka illaa maa dumta 'alayhi qaa-iman dzaalika bi-annahum qaaluu laysa 'alaynaa fii l-ummiyyiina sabiilun wayaquuluuna 'alaallaahi lkadziba wahum ya'lamuun


Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (206). Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.

Footnote 206:
Yang mereka maksud dengan orang-orang ummi dalam ayat ini adalah orang Arab.
Jadi jelas kata Ummi dikaitkan dengan orang arab yang belum pernah mendapatkan Wahyu sebelumnya, Muhamad adalah nabi yang ummi artinya Muhamad adalah Nabi yang berasal dari arab [orang2 yang tidak pernah mendapatkan wahyu sebelumnya].


B. Ayat Quran yang menyatakan Muhammad tidak buta huruf

QS 98 : 2 : (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur'an),
# Jadi Muhammad SAW membacakan lembaran-lembaran. BUKAN MENGHAFALKAN. Terus dimana LEMBARAN-LEMBARAN INI??? Mushaf Quran tertua umur berapa?

 QS 13 : 30 : "Demikianlah Kami mengutus kamu (Muhammad) kepada satu umat yang sebelumnya beberapa umat telah berlalu untuk membacakan mereka apa yang Kami mewahyukan kamu ...."

 QS 17 : 106 : "Dan sebuah al-Qur'an yang Kami membahagi-bahagikan, untuk kamu (Muhammad) membacakannya kepada manusia berjarak-jarak, dan Kami menurunkannya dengan satu penurunan."


QS 96:4
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. (versi DEPAG RI)
He Who taught (the use of) the pen (versi YUSUF ALI)
Yang mengajar (manusia) dengan penggunaan pena. (versi FMI)
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. (versi DEPAG RI)
Nun, by the Pen and the (Record) which (men) write. (versi YUSUF ALI)
Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis. . (versi FMI)

Dasar kepercayaan buta huruf Muhammad juga berasal dari hadis dimana Aisha, isteri tersayang Muhamamd mengatakan:

"… Malaikat datang padanya dan memintanya untuk membaca. Nabi menjawab "Saya tidak tahu bagaimana membaca”. Nabi menambahkan, "Malaikat memegang saya dan menekan saya begitu keras sampai saya tidak tahan lagi. Ia kemudian membebaskan saya dan sekali lagi meminta saya untuk membaca Ikrar dan saya jawab, "Saya tidak tahu bagaimana membaca ………" (Sahih Bukhari 1:3)

"Maa anaa biqoori-in" pada hadits diatas tidak bermakna absolut "Aku tak dapat  membaca(buta huruf)" tetapi juga dapat bermakna "Apa yang harus saya baca?(tulisan yang tak bisa dibaca)".

___________


C. Hadith yang menyatkan Muhammad tidak buta huruf


Sahih Muslim, Book 019, Number 4401(Lidwa No 3335),
http://id.lidwa.com/app/?k=muslim&n=3335

 (…) "Ali bin Abu Thalib pernah menuliskan perjanjian damai antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan orang-orang Musyrik (Makkah) ketika perjanjian Hudaibiyyah. Ali menuliskan, "Ini adalah perjanjian yang ditulis oleh Muhammad Rasulullah." Lantas mereka berkata, "Jikalau kami tahu bahwa kamu adalah Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Ali: "Hapus kata-kata itu (tulisan 'Rasulullah')." Ali menjawab, "Aku tidak mau menghapusnya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menghapusnya dengan tangannya sendiri." (…)

 # Nah ! Jika Muhamad tidak dapat membaca bagaimana ia tahu kata2 mana yang harus dihapuskan !?

__________

Sunan Abu-Dawud Book 19, Number 3021
"Diriwayahkan Amir ibn Shahr: …….Rasulullah (saw) MENULIS dokumen bagi Dhu Marran……"

 Sunan Abu-Dawud Book 19, Number 2993
Yazid ibn Abdullah, yan, meriwayahkan, "Kami berada di Mirbad. Datanglah seorang dengan rambut terurai dan memegang selembar kulit merah ditangannya. … ………………Kami kemudian bertanya: Siapa menuliskan dokumen ini untuk mu ? Ia menjawab: Rasulullah (saw)."

Sahih Bukhari, V 001, B 003, N 065.
Narated By Anas bin Malik : Once the Prophet wrote a letter or had an idea of writing a letter. The Prophet was told that they (rulers) would not read letters unless they were sealed. So the Prophet got a silver ring made with "Muhammad Allah's Apostle" engraved on it. As if I were just observing its white glitter in the hand of the Prophet.

Sahih Bukhari, V 004, B 52, N 191:
Narrated Abdullah bin Abbas: Allah's Apostle wrote to Caesar and invited him to Islam and sent him his letter with Dihya Al-Kalbi whom Allah's Apostle ordered to hand it over to the Governor of Busra who would forward it to Caesar

ABU DAWUD, Book 41, Number 5117:
Narrated Abdullah ibn Abbas: The Prophet (peace_be_upon_him) wrote a letter to Heraclius: "From Muhammad, the Apostle of Allah, to Hiraql (Heraclius), Chief of the Byzantines.

Sunan At Tirmidzi Chapter 011, Hadith Number 004 (085).
Anas radiallahu anhu relates: "When Rasulullah sallallahu alayhe wasallam intended to write letters to the kings of 'Ajam (non arabs), inviting them to Islam, the people said that they did not accept letters without a seal (stamp) on them. Rasulullah sallallahu alayhe wasallam therefore had a ring made, the whiteness of which is still before my eyes."

Sunan At Tirmidzi Chapter 011, Hadith Number 006 (087).
Anas Radiyallahu relates that: Rasulullah sallallahu alayhi wasallam made an intention to write letters to Kisra, Qaysur (Ceasar) and Najashi, inviting them to accept Islaam. The people said: '(O Rasulullah) those people do not accept letters without a stamp on it'. For this reason Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam had a stamp made. The ring (loop) of which was silver, and had 'Muhammad Rasulullah' engraved on it".

 Sahih Muslim Book 019, Hadith Number 4382
It has been narrated on the authority of Anas that the Prophet of Allah (may peace be upon him) wrote to Chosroes (King of Persia), Caesar (Emperor of Rome), Negus (King of Abyssinia) and every (other) despot inviting them to Allah, the Exalted. And this Negus was not the one for whom the Messenger of Allah (may peace be upon him) had said the funeral prayers.

Sahih Muslim Book 019, Hadith Number 4380.
Chapter : The Holy Prophet's (may peace be upon him) letter to Hiraql (Caesar) inviting him to Islam.  
..................The letter ran as follows: "In the name of Allah, Most Gracious and Most Merciful. From Muhammad, the Messenger of Allah, to Hiraql, the Emperor of the Romans. Peace be upon him who follows the guidance. After this, I extend to you the invitation to accept Islam. Embrace Islam and you will be safe. Accept Islam, God will give you double the reward. And if you turn away, upon you will be the sin of your subjects. "O People of the Book, come to the word that is common between us that we should worship none other than Allah, should not ascribe any partner to Him and some of us should not take their fellows as Lords other than Allah. If they turn away, you should say that we testify to our being Muslims [iii. 64].".......................

BUKHARI, Volume 1, Book 3, Number 114:
Narrated 'Ubaidullah bin 'Abdullah: Ibn 'Abbas said, "When the ailment of the Prophet became worse, he said, 'Bring for me (writing) paper and I will write for you a statement after which you will not go astray.' But 'Umar said, 'The Prophet is seriously ill, and we have got Allah's Book with us and that is sufficient for us. (…). (Note: It is apparent from this Hadith that Ibn 'Abbes had witnessed the event and came out saying this statement. The truth is not so, for Ibn 'Abbas used to say this statement on narrating the Hadith and he had not witnessed the event personally. See Fath Al-Bari Vol. 1, p.220 footnote.) (See Hadith No. 228, Vol. 4).

BUKHARI, Volume 4, Book 52, Number 189:
Narrated Anas: When the Prophet intended to write a letter to the ruler of the Byzantines, he was told that those people did not read any letter unless it was stamped with a seal. So, the Prophet got a silver ring-- as if I were just looking at its white glitter on his hand ---- and stamped on it the expression "Muhammad, Apostle of Allah".

BUKHARI, Volume 4, Book 53, Number 393:
Narrated Said bin Jubair: that he heard Ibn 'Abbas saying, "Thursday! And you know not what Thursday is? After that Ibn 'Abbas wept till the stones on the ground were soaked with his tears. On that I asked Ibn 'Abbas, "What is (about) Thursday?" He said, "When the condition (i.e. health) of Allah's Apostle deteriorated, he said, 'Bring me a bone of scapula, so that I may write something for you after which you will never go astray. (…) 

BUKHARI, Volume 5, Book 59, Number 716:
Narrated Ibn Abbas: Thursday! And how great that Thursday was! The ailment of Allah's Apostle became worse (on Thursday) and he said, fetch me something so that I may write to you something after which you will never go astray." (…) (Said bin Jubair, the sub-narrator said that Ibn Abbas kept quiet as rewards the third order, or he said, "I forgot it.") (See Hadith No. 116 Vol. 1)

KESIMPULAN:
Semua daftar dari hadith yg dituliskan menunjukkan lebih dari 5 perawi dan ter record dalam beberapa kitab Hadit (shahih bukhari, muslim, Abu dawud, Tirmidzi dll) menegaskan Nabi Islam sudah pandai menulis. Jadi Muhammad buta huruf sehingga tidak bisa menyontek adalah sebuah Mitos Bohong, karena Muhammad sesungguhnya sudah pandai baca-tulis dalam didikan Abu Thalib dan Khadijah.









Pentingnya memahami "UMMI"

MEMBACA tulisan Prof Achmad Ali lewat kolom Hukum dan 1001 Masalah Kemasyarakatan di koran ini edisi 31 Oktober lalu yang menyoal benar tidaknya Nabi Muhammad saw buta huruf, memancing saya untuk menuliskan juga unek-unek saya tentang salah satu mitos yang masih dipegang kukuh oleh sebagian besar umat Islam ini.

Suatu hal yang disadari atau tidak, mitos tersebut justru menjadikan musuh-musuh Islam punya dalih menjelek-jelekkan agama Islam dan umatnya dengan menyebutkan bahwa nabinya saja bodoh, tidak tahu membaca dan menulis, apalagi umatnya.Karena itu, bukanlah suatu keanehan kalau umat Islam justru mengalami evolusi regresif, yakni berkembang ke arah keburukan, bukannya evolusi progresif, yakni makin lama makin baik, makin cerdas, makin berilmu. Ironisnya lagi, kebutahurufan nabi seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa membangun kepercayaan diri umat Islam.

Sebagai contoh, anak-anak kita ajari membaca dan menulis dan pada saat yang sama kita suguhkan cerita tentang nabi yang tidak tahu membaca dan menulis. Kebutahurufan Nabi Muhammad sepertinya sengaja dibangun untuk mengetengahkan sebuah argumen tentang betapa hebatnya mukjizat Alquran yang bersumber dari sesuatu yang Ilahi. Dengan teori “nabi yang buta huruf”, mukjizat terkesan semakin mencengangkan. Celakanya lagi, kebutahurufan dijadikan dalil untuk keabsahan risalah kenabian Nabi Muhammad, sesuatu yang tidak menjadi syarat keabsahan nabi-nabi sebelumnya.

Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? Atas dasar apa nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?



Makna Ummi

Oleh beberapa yang disebut ulama Islam sejak dahulu, makna perkataan ummi dalam beberapa surah Alquran, misalnya Surah Al-A’raf 157 “nabi yang ummi” diartikan buta huruf, tidak pandai membaca dan menulis. Dan ajaran mereka diterima tanpa ragu
oleh hampir seluruh umat Islam sejak dari zaman dahulu hingga ke hari ini. Bahkan oleh ulama-ulama kemudian berusaha membenarkan dan mempertahankan mitos ini, termasuk yang dilakukan Prof Achmad Ali, yang sesungguhnya sejak awal telah menjadi polemik dalam diri beliau, karena sesungguhnya bagi siapapun, pendapat bahwa Nabi Muhammad buta huruf, tidak tahu membaca dan menulis adalah suatu kenyataan menyakitkan dan sangat sulit diterima.

Tidak ada larangan untuk meninjau kembali pandangan tersebut, apalagi itu hanyalah pendapat beberapa ulama.

Pendapat ulama bukanlah sesuatu yang sakral. Kita bisa membandingkannya dengan pandangan Alquran dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang mengandung kalimat “ummi” yang akan membuktikan bahwa pandangan Nabi Muhammad buta huruf bukan saja tidak sesuai kenyataan, tetapi juga berbau fitnah yang amat besar dalam Islam. Antara lain ayat yang dimaksudkan berbunyi; “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang “ummi” dari kalangan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, meskipun sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata” (Qs. Al-Jumuah : 2).


Kaum yang “ummi” yang disebut dalam ayat tersebut adalah kaum Arab. Orang-orang Arab pada zaman Nabi Muhammad diceritakan dalam buku sejarah, berada pada tahap tinggi dalam kesusasteraan dengan karya-karya sastera yang berkualitas dipamer dan ditempelkan di dinding Kakbah. Tentu itu tidak menggambarkan orang Arab jahiliah ketika itu berada dalam keadaan buta huruf. Mereka dikatakan jahiliah hanya dalam
persoalan aqidah dan kepercayaan, bukan dalam pelbagai bidang lain.

Kata “ummi”, menurut Alquran adalah orang-orang yang tidak, atau belum diberi satupun Kitab oleh Allah. Kaum Yahudi telah diberi tiga buah kitab melalui beberapa orang nabi mereka. Karenanya, mereka di sebut ahli kitab. Sedangkan orang-orang Arab, belum diberi satupun kitab sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad yang orang Arab. Hal ini dijelaskan-Nya dalam Firman-Nya: “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab, dan orang-orang “ummi” (yang tidak diberi kitab), sudahkah kamu tunduk patuh?” (Qs Ali Imran: 20).

Maka jelaslah, tidak seluruhnya kata “ummi” itu bermakna buta huruf. Lantas, apakah Rasulullah buta huruf? Alquran membantah pendapat ini secara terang-terangan dan

berkali-kali.
Banyak ayat di dalam Alquran yang mengisahkan nabi diperintahkan supaya membaca ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan nabi pandai membaca.

Contoh ayat dimaksud antara lain; “Katakanlah (Muhammad), ‘Marilah, aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu….” (QS 6:151). Atau, “Demikianlah Kami mengutus kamu (Muhammad) kepada satu umat yang sebelumnya beberapa umat telah berlalu, agar engkau bacakan kepada mereka (Alquran) yang Kami wahyukan kepadamu.…” (QS 13:30). Atau, : “Dia yang mengutus kepada kaum yang ummi (orang Arab) seorang rasul (Muhammad) di kalangan mereka untuk membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,” (QS 62:2). Baca juga dalam QS 5:27, QS 17:106, 27:91-92, QS 33:33-34, QS 39:71.

Tambahan pula, sulit menerima hakikat bahwa seorang Nabi pilihan-Nya tidak tahu membaca padahal ayat yang diturunkan pertama kali adalah perintah membaca, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS 96:1). Ayat Alquran yang pertama sudah menyiratkan bahwa bahwa Nabi Muhammad tidak buta huruf. Sebab, sebuah kesia-siaan saja bila Allah menyapa Nabi Muhammad dengan perintah untuk membaca (kalau beliau dianggap buta-huruf). Karenanya, bagi Syekh Al-Maqdisi, penulis buku Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius? (Mengungkap Misteri “Keummian” Rasulullah) jawabannya jelas: Ada tafsir sejarah yang keliru terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan semua itu, bersumber dari kekeliruan kita dalam menerjamahkan kata “ummi” dalam Alquran maupun Hadis, yang oleh sebagian besar umat Islam diartikan “buta huruf”.

Menurut Al-Maqdisi, “ummi” memang bisa berarti “buta huruf”, tapi ketika menyangkut Nabi Muhammad, “ummi” di situ lebih berarti orang yang bukan dari golongan Yahudi dan Nasrani. Pada masa itu, kaum Yahudi dan Nasrani sering kali menyebut umat di luar dirinya sebagai orang-orang “ummi” atau “non-Yahudi dan non-Nasrani”, atau orang-orang yang tidak diberi kitab. Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya.

Alquran tidak hanya menjelaskan nabi pandai membaca, tetapi pandai menulis. Dalam
Alquran dijelaskan orang-orang kafir menuduh Rasul menulis dongeng-dongeng orang terdahulu dan disebutnya firman-firman Tuhan: “Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (QS Al-Furqan : 5).

Dan terakhir, terdapat sebuah ayat lagi yang insya Allah dapat menepis sama sekali keraguan terhadap Nabi yang dikatakan tidak pandai membaca dan menulis. Firman-Nya: “Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab sebelum (Alquran) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, sekiranya engkau pernah membaca dan menulis niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.” (QS Al-Ankabut : 48).

Ayat ini menegaskan, Nabi tidak pernah membaca dan menulis satupun Kitab sebelum menerima Alquran. Maksudnya, setelah menerima Alquran, Rasul membaca dan menulis Kitab dengan tangan kanannya. Ayat ini pun menunjukkan, dengan tidak pernahnya Rasullullah membaca atau menulis satu kitab pun semisal Alquran, bukan berarti Rasulullah tidak tahu membaca dan menulis.

Misalnya membaca dan menulis dalam urusan perdagangannya. Nabi adalah seorang pedagang yang terkenal. Dan para ahli sejarah sepakat, pada zaman Nabi tidak menggunakan angka-angka; huruf huruf abjad telah digunakan sebagai angka-angka. Sebagai seorang pedagang yang berurusan dengan nomor-nomor atau angka-angka setiap hari, Nabi tentunya tahu tentang abjad, dari satu sampai keseribu. Karenanya, tidak ada dalih yang kuat apalagi untuk mempertahankan pendapat Nabi Muhammad buta huruf.

Ini bukan persoalan sederhana, manusia adalah makhluk yang suka bercerita dan membangun hidupnya berdasarkan cerita yang dipercayainya. Dengan cerita, kita menyusun dan menghimpun pernik-pernik hidup kita yang berserakan. Naratif, kata filusuf Jerman Dilthey, adalah pengorganisasian hidup (Zusammenhang des Lebens).

Apa pun yang membantu kita memberikan makna –pendapat, aliran pemikiran, mazhab, agama- selau didasarkan pada cerita-cerita besar, grand narratives. Cerita yang kita dapat tentang Nabi buta huruf yang wajib diteladani akan berpengaruh terhadap bagaimana kita menjalani dan melakukan pengorganisasian hidup.

Dr Muhammad Syahrur, Penulis Al-Kitab wal Quran tidak mau menerima cerita tentang buta hurufnya Nabi. Karenanya ia mengatakan, “Nabi memang ummi, tetapi beliau mampu membaca dan menulis.” Kalau keraguan masih ada, izinkan saya meminta untuk kembali membaca, surat pertama Tuhan kepada kekasih-Nya, “Bacalah (Muhammad) dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan….!”

No comments: