Quote: |
Tanya
Apa arti kata Trinitas? Apa yang dimaksud dangan Trinitas dalam ajaran Kristen? Dari mana pemimpin gereja memetik ajaran tentang tiga Tuhan?
Jawab
Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu. |
Iman yang Katolik tidak mengakui adanya tiga Tuhan atau tiga Allah. Gereja mengakui hanya satu Tuhan dan satu Allah. Trinitas adalah tiga Pribadi dari Tuhan/Allah yang satu itu.
Apa itu Trinitas dari Katekismus
Dogma tentang Tritunggal Mahakudus
253 Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel 1155: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804).
254 Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera" (Sin. Toledo XI 675: DS 530). Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal.
255 Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin.Toledo XI 675: DS 528). Dalam mereka "segala-galanya... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330). "Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331).
256 Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut tentang iman Tritunggal kepada para katekumen Konstantinopel:
"Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya Aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian. Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allahan tanpa ketidaksamaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan ... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri ... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama ... Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan" (or. 40, 41).
|
|
Quote: |
Dogma ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato (?-347 SM), dan dianut para pemimpin Gereja sejak abad II (Tony lane 1984). Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan:
"Plato consider the divine nature under the thee fold modification: of the first cause, the reason, or Logos; and the soul or spirit of the universe...the Platonic system as three Gods, united with each other by a mysterious and ineffable qeneration; and the Logos was particularly considered under the more accessible character of the Son of an eternal Father and the Creator and Governor of the world".
(Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta....Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta). |
Kutipan dari Edward Gibbons yang mencatut nama Plato diatas berasal dari buku SYBIT bagian How Did The Trinity Doctrine Develop? (silahkan klik untuk melihat bagian tersebut). Edward Gibbon sendiri adalah seorang "ahli" yang berusaha mengaitkan seluruh aspek agama Kristen ke praktek-praktek Pagan. Gibbons pada dasarnya sudah sangat apriori akan Kristianitas.
Argumen bahwa Plato-lah yang menciptakan doktrin Trinitas berkaitan dengan adanya konsep Logosdalam budaya Hellenistik (Yunani) yang mirip dengan theologi Kristen yang berkenaan dengan sang Sabda. Ini tidak berarti bahwa theologi Kristen berasal dari Platonism.
Berikut dari Msgr. Philip Hughes dari karyanya A History of the Church - To the Eve of the Reformation:
Sekolah kedua yang terbesar akan filsafat keagamaan adalah sekolah Platonist, dan ini, tidak seperti sekolah Epictetus, tidak hanya populer, tapi seiring berlalunya abad, tumbuh menjadi satu kekuatan yang besar dalam kehidupan beragama. Bapi para Platonist ada dua prinsip asal akan benda-benda – roh dan materi. Allah, tidak hanya tidak identik dengan dunia, seperti yang dinyatakan para Stoic, tapi begitu transenden (tak terjangkau) dari dunia dan diluar segala kekuatan utuk mengenal Dia. Hanya dalam suatu ekstase seorang bisa mencapai yang ilahi. Dualisme ini, dan ajaran akan Keilahian yang tak terjangkau, terlacak sampai ke Plato sendiri. Adalah penerus langsung Plato, Xenocrates yang mengembangkan sistem dualisme, dan Plutarch menurunkan dari [sistem tersebut] pemahaman lain mengenai ketidakterjangkauan yang Ilahi oleh akal budi manusia. Dalam abad-abad berikutnya dua ide tersebut [yang berasal dari Xenocrates dan Plutarch] mendominasi pengajaran keseluruhan sekolah tersebut, dan karenanya mengurangi ke-menarik-an sistem [filsafat] tersebut dan menyebabkan sistem tersebut diancam oleh skeptisme.
Karena Allah tidak ter-akses, dan karena semua benda mendapatkan dari Allah asal dan kelangsungan keberadaan mereka, para Platonist mem-postulasikan ("postulasi" adalah pernyataan yang diasumsikan benar), sebagai satu medium dari aksi Ilahi, adanya satu atau lebih mahkluk yang menghubungkan antara Allah dan manusia. Mahkluk yang berbagi kodrat ilahi dengan Allah tetapi subordinat (berada dibawah) Allah sebagai asal mereka. Ini adalah daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos. Bagi Stoic logos adalah hukum mutlak yang imanen akan benda-benda. Bagi Platonist, Logos adalah agen Ilahi, dan pola yang membuat semua hal apa adanya mereka; para logos adalah unsur ilahi yang membuat unsur-unsur mutlak lain dari dualitas yang universal dikoreksi – semua benda tunduk pada hukum ganda, i.e. dari pengaruh yang didapat dari kodrat suatu benda, dan dari pengaruh yang didapat dari sang Ilahi. Dualitas ini ada dalam benda-benda tak bergerak, dan juga jiwa manusia. Logos dan kodrat, yang dianggap satu oleh Stoic, bagi Platonist adalah dua daya yang saling ber-rivalitas.
|
Seperti dijelaskan diatas Platonisme menganut dualisme, yaitu roh dan materi. Dua hal tersebut begitu terpisah sehingga Allah yang roh tidak dapat diakses oleh manusia yang materi. Karena itu agar keduanya terhubungkan perlu suatu penghubung yang mempunyai sebagian kodrat ilahi Allah tapi lebih rendah dari Allah karena berasal dari Allah. Penghubung ini bisa "daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos."
Nah, pemikiran inilah yang mirip dengan peran sang sabda, Yesus Kristus, sebagai perantara. Dalam Platonisme penghubung-penghubung antara Allah dan manusia (daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos) adalah semacam manusia setengah dewa (demi-god). Ini sangat berbeda dengan iman Kristen akan Kristus yang menyatakan bahwa dia adalah benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Iman yang Katolik juga mengatakan bahwa Bapa dan Putra adalah setara dan bukannya yang satu subordinat terhadap yang lain (subordinansi Yesus kepada Bapa adalah sebatas kodratNya yang manusiawi).
Dibagian bawah akan lebih dijelaskan perbedaan-perbedaan yang akan membuat kita semakin paham beda antara Logos Hellenistik dengan Logos Katolik. Bila ingin segera kesana silahkan tekan Ctrl+F dan masukkan kata "heraclitus" untuk tiba pada bagian terseut. Namun aku anjurkan untuk tidak bergegas membaca bagian tersebut sebelum membaca tulisan-tulisan diatasnya terutama mengenai nubuat implisit akan Trinitas di buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanonika], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanonika]).
Hal lain yang perlu diketahui pembaca adalah bahwa beberapa pendapat mengatakan bahwa Plato dan Platonism bukanlah pencipta konsep Logos (bdk. Catholic Encyclopedia: Logos). Namun terlepas dari perdebatan siapakah yang pertama kali mengajarkan konsep Logos, bisa disepakati bahwa konsep tersebut adalah konsep budaya Hellenistik yang muncul jauh sebelum Kristus dilahirkan di dunia.
Sementara berikut adalah bukti dari Kitab Suci akan doktrin Trinitas dari Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity. Disini akan terlihat bagaimana iman Trinitas sama sekali tidak berasal dari Logos Hellenistik (baik menurut Heraclitus, Plato, Stoic etc) tapi adalah kebenaran iman yang ada di Kitab suci sendiri.
II. Bukti Ajaran dari Kitab Suci
A. Perjanjian Baru
Bukti dari Injil terkulminasi pada perintah pembaptisan di Matius 28:20. Ini menjadi jelas dari narasi para Penginjil bahwa ristus hanya membuat kebenaran agung diketahui oleh para dua belas [rasul] langkah demi langkah. Pertama Dia mengajarkan mereka untuk mengenali dalam diriNya sendiri sang Putra Abadi Allah. Ketika pelayananNya hampir berakhir, Dia menjanjikan bahwa sang Bapa akan mengirimkan Pribadi Ilahi yang lain, sang Roh Kudus, sebagai gantiNya. Pada akhirnya setelah kebangkitanNya, Dia mewahyukan ajaran tersebut secara eksplisit, dengan berpesan kepada mereka "pergi dan ajaralah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus" (Matius 28:18). Kekuatan dari perikop ini sangat berketetapan. Bahwa "Bapa" dan "Putra" adalah Pribadi yang berbeda dapat disimpulkan dari kalimat itu sendiri, yang [bersifat]mutually exclusive. Penyebutan Roh Kudus dalam seri yang sama, dimana namanya dihubungkan dengan kata penghubung "dan. . . dan" adalah bukti bahwa kita punya seorang Pribadi Ketiga yang ber-koordinasi dengan Bapa dan Putra, dan ini mengecualikan anggapan bahwa para rasul memahami Roh Kudus tidak sebagai pribadi yang berbeda, tapi [para rasul malahan menganggap Roh Kudus] sebagai Allah dipandang dari tindakanNya atas mahkluk-mahkluk
Frase "dalam nama" (eis to onoma) mengkonfirmasi ke-Allah-an dari pribadi-pribadi dan kesatuan mereka dalam kodrat. Diantara para umat Yahudi (ie. penganut Yudaisme) dan dalam Gereja Rasuli, nama Ilahi adalah perwalian dari Allah. Dia yang punya hak untuk menggunakannya (nama Ilahi) diberi kekuasaan yang sangat besar: karena dia bersenjatakan kuasa adikodrati (supernatural) dari dia yang namanya diwakilkan. Adalah sangat menakjubkan bahwa frase "dalam nama" dipergunakan disini, kalau tidak dimaksudkan bahwa semua Pribadi sama-sama Ilahi. Terlebih, penggunaan kata tunggal "nama," dan bukan kata jamak, menunjukkan bahwa Tiga Pribadi ini adalah Satu Allah yang Maha Kuasa yang dipercayai semua Rasul. Dan memang kesatuan Allah adalah satu ciri fundamental dari orang Ibrani dan agama Kristen, dan dikonfirmasi oleh banyak perikop dari Perjanjian Lama dan Baru, sehingga sembarang penjelasan yang tidak konsisten dengan ajaran ini (ie. ajaran akan kesatuan Allah) sama sekali tidak bisa diterima.
Penampakan adikodrati pada pembaptisan oleh Kristus sering ditunjukkan sebagai wahyu akan ajaran Trinitas, yang diberikan pada awal pelayanan [Yesus]. Ini, menurut kami, adalah suatu kekeliruan. Sang Penginjil, memang benar, melihat [peristiwa tersebut] sebagai perwujudan Tiga Pribadi Ilahi. Namun, terlepas dari ajaran Kristus sesudahnya, makna dogmatis dari peristiwa tersebut tidak mungkin dapat dimengerti. Terlebih, narasi Injil terlihat menunjukkan bahwa tidak seorangpun, kecuali Kristus dan sang Pembaptis (ie. Yohanes Pembaptis) melihat Merpati Mistis, dan mendengar suara-suara yang menegaskan ke-Putra-an Ilahi dari sang Mesiah.
Selain perikop-perikop tersebut, banyak lagi dalam Injil, [perikop-perikop] yang mengacu pada satu atau lain [Pribadi] dari Tiga Pribadi Ilahi secara khusus dan dengan jelas menyatakan kepribadian yang terpisah dan Ilahi dari tiap-tiap [Pribadi-pribadi Ilahi tersebut]. Mengenai Pribadi Pertama tidaklah perlu untuk diberikan kutipan khusus: [perikop-perikop] yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra, juga mengkonfirmasi pribadi terpisah dari sang Bapa. Keilahian Kristus juga cukup dinyatakan tidak hanya oleh St. Yohanes, tapi juga oleh penulis InjilSinoptik. Karena point ini dibahas di tempat lain (lihat YESUS KRISTUS), akan cukup disini untuk menunjukkan beberapa pesan-pesan penting dari para penulis Injil Sinoptik, dimana Kristus memberi kesaksian akan Kodrat IlahiNya.
* Dia menyatakan bahwa Dia akan datang untuk menghakimi semua manusia (Matius 25:31). Dalam theologi Yahudi penghakiman dunia adalah prerogatif yang jelas-jelas Ilahi, dan bukan [prerogatif] Mesianic.
* Dalam perumpamaan tuan tanah kebun Anggur, Dia menggambarkan diriNya sendiri sebagai anak dari pemilik kebun anggur, sementara para nabi, satu dan yang lainnya, diumpamakan sebagai hamba-hamba (Matius 21:33 dst).
* Dia adalah Tuhan dari para Malaikat, [dimana para malaikat ini] melaksanakan perintahNya (Matius 24:31).
* Dia merestui pengakuan Petrus ketika dia (Petrus) mengenaliNya, tidak sebagai Messiah -- sebuah [pengakuan] yang telah lama [diakui] para Rasul – tapi [pengakuan] eksplisit sebagai Putra Allah: dan Dia menyatakan bahwa pengetahuan tersebut adalah karena wahyu khusus dari Bapa (Matius 16:16-17).
* Akhirnya, dihadapan Kaiphas Dia tidak hanya menyatakan diriNya sebagai Mesiah, tapi sebagai jawaban atas pertanyaan kedua yang berbeda, mengkonfirmasi klaimNya sebagai Putra Allah. Dia langsung dinyatakan oleh sang Imam Agung telah bersalah karena menghujat, sebuah tuduhan yang tidak mungkin dikenakan [jika] klaim [Yesus] hanyalah sebagai Mesiah (Lukas 22:66-71).
|
Kesaksian St. Yohanes lebih eksplisit dari para Penginjil Sinoptik. Dia menyatakan secara jelas bahwa tujuan utama dari Injilnya adalah untuk menyatakan Ke-Ilahi-an Yesus Kristus (Yoh 20:31). Dalam prolog dia mengidentifikasikan Dia dengan sang Sabda, Anak Tunggal Bapa, Yang sejak selamanya ada dengan Allah, Yang adalah Allah (Yoh 1:1-18). Kedekatan sang Putra dalam Bapa dan Sang Bapa dalam Putra dinyatakan dalam kata-kata Kristus kepada St. Philipus: "Tidak percayakah engkau, bahwa aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku?" (14:10), dan di perikop-perikop lain yang tidak kalah eksplisitnya (14:7; 16:15; 17:21;). Kesatuan kuasa Mereka dan tindakan Mereka ditegaskan; "Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Sang Putra" (5:19; cf. 10:38); dan kepada sang Putra, [secara] tidak kurang dari Bapa, dimiliki atribut-atribut Ilahi akan pemberian hidup menurut kehendakNya (5:21). Di 10:29, Kristus secara jelas mengajarkan kesatuan essensiNya dengan Bapa: "Apa yang diberikan BapaKu kepadaKu adalah lebih besar dari segalanya . . . Aku dan Bapa adalah satu." Kata "Apa yang diberikan Bapa kepadaKu," tidak dapat, dengan melihat konteksnya, mempunyai arti lain daripada Nama Ilahi, yang dimiliki dalam kepenuhannya oleh sang Putra sebagaimana juga oleh sang Bapa.
Para pengkritik Rasionalis memberi banyak tekanan terhadap teks: "Bapa lebih besar daripada Aku" (14:28). Mereka berargumen bahwa [ayat tersebut] cukup membuktikan bahwa pengarang Injil mempunyai pandangan subordinat (ie. Putra subordinat pada Bapa), dan mereka mencermati, dalam artian ini, beberapa teks dimana sang Putra menyatakan ketergantunganNya kepada Bapa (5:19; 8:28). Dalam kenyataannya ajaran Inkarnasi melibatkan, bahwa sebatas Kodrat ManusiwiNya, sang Putra harus lebih rendah dari Bapa. Karenanya tidak ada argumen melawan ajaran Katolik bisa diangkat dari teks tersebut. Begitu juga perikop-perikop yang mengacu pada ketergantungan Putra kepada Bapa [hanyalah] mengekspresikan apa yang penting dari ajaran Trinitas, yaitu, bahwa Bapa adalah sumber tertinggi darimana Kodrat Ilahi dan kesempurnaan mengalir kepada Putra. (Mengenai perbedaan esensial antara ajaran St. Yohanes atas Pribadi Kristus dan ajaran sang Logos oleh Philo dari Aleksandria [yang menurut Rationalist merupakan asal dari ajaran St. Yohanes], silahkan lihat Logos.)
Mengenai Pribadi Ketiga dari Trinitas Kudus, perikop-perikop yang bisa dikutip dari Injil Sinoptik yang menyatakan pribadiNya yang berbeda cukup sedikit. Kata-kata Gabriel (Luk 1:35), dengan memperhatikan penggunaan istilah, "Roh," [yang dipakai] di Perjanjian Lama, untuk menunjukkanAllah yang beroperasi dalam mahkluk-mahklukNya, tidak dapat dikatakan mengandung sebuah wahyu yang definitif akan ajaran [mengenai Pribadi Ketiga]. Atas alasan yang sama, adalah ceroboh untuk [menggunakan] peringatan Kristus kepada para Farisi mengenai penghujatan kepada Roh Kudus (Matius 12:31) sebagai bukti [akan ajaran mengenai Pribadi Ketiga]. Tapi diLuk 12:12, "Roh Kudus akan mengajar kamu dalam jam yang sama apa yang harus kamu katakan" (Matius 10:20, dan Luk 24:49), personalitas [sang Roh Kudus] jelas tersirat. Perikop-perikop ini, dihubungkan dengan Matius 28:19, mem-postulasi-kan ("postulasi" adalah pernyataan yang diasumsikan benar) keberadaan ajaran [mengenai Pribadi Ketiga yang berbeda] seperti yang kita temui dalam peristiwa di Cenacle ("cenacle" adalah "ruang makan atas," maksudnya Perjamuan Terakhir) yang diceritakan St. Yohanes (14, 15, 16). Dalam bab tersebut kita memiliki persiapan yang cukup bagi perintah pembaptisan. Dalam perikop-perikop tersebut para rasul diinstruksikan tidak hanya mengenai personalitas sang Roh [Kudus], tapi juga jabatanNya (peranNya, fungsiNya) bagi Gereja. TugasNya adalah untuk mengajar apa yang Dia dengarkan (16:13) untuk membawa kembali pikiran mereka kepada ajaran Kristus (14:26), untuk meyakinkan dunia akan [kenyataan akan] dosa (16:8). Dapat terbukti bahwa kalau Roh bukan satu Pribadi, Kristus tidak mungkin berbicara mengenai kehadiranNya (Roh Kudus) dengan para rasul sebagai sesuatu yang terbandingkan (ie. lain) dengan kehadiranNya (Yesus) bersama dengan mereka (14:16). Sekali lagi, kalau Dia bukan Pribadi Ilahi maka adalah ceroboh bagi Kristus untuk meninggalkan para rasul dan mengirimkan satu paraclete (Penghibur) untuk menggantikanNya (16:7). Terlebih, mempertimbangkan kata kerja netral [untuk roh] adalahpneuma, kata ganti yang digunakan untuk [mewakili sang Roh Kudus] adalah ekeinos yang maskulin. Perbedaan Roh Kudus dari Bapa dan Putra terlibat dari pernyataan yang terungkapkan bahwa Dia berasal dari Bapa dan dikirim oleh Putra (15:26; cf. 14:16, 14:26). Namun Dia satu dengan Mereka: KehadiranNya dengan para Murid pada saat yang sama adalah kehadiranNya dengan sang Putra (14:17-18), sementara kehadiran sang Putra adalah kehadiran sang Bapa (14:23).
Pada sisa dari tulisan Perjanjian Baru berbagai perikop menunjukkan bagaimana jelas dan definitif keyakinan Gereja Rasuli dalam tiga Pribadi Ilahi. Dalam beberapa teks, koordinasi antara Bapa, Putra, dan Roh menghilangkan keraguan mengenai apa yang dimaksudkan sang penulis. Karena itu di II Korintus 13:13, St. Paulus menulis: "rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan dengan Roh Kudus bersamamu semua." Disini struktur kalimat menunjukkan bahwa sang rasul berbicara mengenai tiga Pribadi yang berbeda. Terlebih, karena nama Allah dan Roh Kudus adalah sama-sama nama Ilahi, maka Yesus Kristus juga dipandang sebagai Pribadi Ilahi. Begitu juga di 1 Korintus 12:4-11: "Ada rupa-rupa rahmat, tapi Roh yang satu; dan ada rupa-rupa pelayanan, tapi Tuhan yang sama; dan ada rupa-rupa operasi, tapi Allah yang sama, yang mengerjakan semua[nya] dalam semua [pribadi-pribadi]." (Cf. juga Efesus 4:4-6; 1 Petrus 1:2-3.)
Tapi terlepas dari perikop-perikop seperti ini, dimana ada penyebutan jelas akan Tiga Pribadi, ajaran Perjanjian Baru mengenai Kristus dan Roh Kudus bebas dari semua ambiguitas. Mengenai Kristus, para rasul menggunakan gaya bahasa [dalam berbicara denganNya] yang bagi orang yang dibesarkan dalam iman Ibrani, jelas-jelas menunjukkan keyakinan akan Ke-IlahianNya. Contohnya adalah penggunaan Doksologi kepadaNya. Doksologi, "KepadaNya kemulian selamanya" 9cf. 1 Tawarikh 16:38; 29:11; Mazmur 103:31; 28:2), adalah sebuah ekspresi pujian yang hanya diberikan kepada Allah. Di Perjanjian Baru kita menemukan [doksologi tersebut] digunakan tidak hanya kepada Allah Bapa, tapi juga pada Yesus Kristus (2 Timotius 4:18; 2 Petrus 3:18; Wahyu 1:6; Ibrani 13:20-21), dan juga kepada Allah Bapa dan Kristus bersamaan (Wahyu 5:13; 7:10). Tidak kurang meyakinkannya adalah penggunaan gelar Tuhan (Kyrios). Istilah ini mewakili kata Ibrani adonai, seperti juga Allah (theos) mewakili Elohim. Dua-duanya (Adonai danElohim) adalah nama yang sama ilahinya (cf. 1 Korintus 8:4). Dalam tulisan-tulisan rasuli Theoshampir dapat dikatakan mendapat perlakuan sebagai satu nama yang layak untuk Allah Bapa, danKyrios [adalah nama yang layak] bagi sang Putra (lihat, sebagai contoh, 1 Korintus12:5-6); hanya di beberapa perikop kita temukan penggunaan Kyrios bagi Bapa (1 Korintus 3:7; 7:17) ataupun [penggunaan] theos bagi Kristus. Para rasul waktu demi waktu mengenakan kepada Kristus perikop-perikop Perjanjian Lama dimana Kyrios digunakan, sebagai contoh, 1 Korintus 10:9 (Bilangan 21:7), Ibrani 1:10-12 (Mazmur 101:26-28): dan mereka (para rasul) menggunakan ekspresi "takut akan Allah" (Kis 9:31: 2 Korintus 5:11; Efesus 5:21), [dan istilah] "memanggil nama Tuhan," tanpa pembedaan kepada Allah Bapa dan Kristus (Kis 2:21; 9:14; Roma 10:13). Pernyataan bahwa "Yesus adalah Tuhan" (Kyrion Iesoun, Roma 10:9; Kyrios Iesous, 1 Korintus 12:3) adalah pengakuan akan Yesus sebagai Yahwe. Teks-teks dimana St. Paulus menegaskan bahwa dalam Kristus bersemayan kepenuhan ke-Allah-an (Kol 2:9), bahwa sebelum inkarnasiNya Dia memiliki kodrat esensial dari Allah (Filemon 2:6), bahwa Dia "diatas segala sesuatu, Allah terpuji selamanya" (Roma 9:5) tidak menunjukkan kepada kita apa yang tidak diimplikasikan dari perikop-perikop lain di suratnya (catatan "tidak menunjukkan bahwa Kristus bukan Allah," adalah ungkapan yang juga berarti "menunjukkan bahwa Kristus itu adalah Allah")
Ajaran tentang Roh Kudus juga sama jelasnya. Bahwa Roh Kudus adalah personalitas tersendiri ditunjukkan oleh banyak perikop. Karenanya Dia (Roh Kudus) mewahyukan perintahNya kepada pelayan-pelayan Gereja: "Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus kepada mereka: khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu..." (Kis 13:2). Dia (Roh Kudus) mengarahkan perjalanan misionari para Rasul; "Mereka mencoba masuk ke Bitinia. Tetapi RohYesus tidak mengijinkan mereka" (Kis 16:7; cf. Kis 5:3; 15:28; Roma 15:30). Atribut-atribut Ilahi ditegaskan [sebagai milik]Nya.
* Dia memiliki [kuasa Ilahi] omniscience (ie. Maha Tahu) dan mewahyukan kepada Gereja misteri-misteri yang hanya diketahui Allah (I Korintus 2:10);
* Adalah Dia yang mendistribusikan kharismata (ie. karunia-karunia) (1 Kor., 12:11);
* Dia adalah pemberi kehidupan supernatural (2 Kor., 3:8);
* Dia bersemayan dalam Gereja dan dalam jiwa-jiwa individu manusia, sebagai kuilNya (Roma 8:9-11; 1 Korintus 3:16, 6:19).
* Karya pembenaran dan pengudusan di atributkan kepadaNya (1 Kor., 6:11; Rom., 15:16), sama seperti bagaimana operasi yang sama tersebut (ie. pembenaran dan pengudusan) di atributkan kepada Kristus (I Kor., 1:2; Gal., 2:17).
|
Sebagai kesimpulan dari semuanya: berbagai unsur akan ajaran Trinitas semuanya jelas tertulis di Perjanjian Baru. Keilahian dari Tiga Pribadi diakui dan diimplikasikan dalam banyak perikop yang terlalu banyak untuk dihitung. Kesatuan esensi tidak hanya di-postulasikan oleh monoteisme ketat dari orang-orang yang dibesarkan dalam agama Israel, [yang berkeyakinan] bahwa "ilah-ilah yang subordinat (lebih rendah)" adalah sesuatu yang tak terpikirkan; tapi [monoteisme ketat], seperti yang kita lihat, terlibatkan dalam perintah untuk membaptis di Matius 28:19, dan, dalam hal [kesatuan] Bapa dan Putra, tertulis secara jelas di Yohanes 10:38. Bahwa para Pribadi adalah bersama-sama abadi (co-eternal) dan bersama-sama setara (co-equal) adalah konsekuensi logis dari ini. Dalam kaitan akan prosesi Ilahi, ajaran akan prosesi pertama terkandung dalam istilahBapa dan Putra: prosesi Roh Kudus dari Bapa dan Putra diajarkan dalam sambutan Yesus seperti yang dilaporkan St. Yohanes (14:17) (lihat Roh Kudus)
B. Perjanjian Lama
Para Bapa Gereja Awal berkeyakinan bahwa indikasi akan ajaran Trinitas harus ada di Perjanjian Lama dan mereka menemukan indikasi tersebut tidak di sedikit perikop. Banyak dari mereka yang tidak hanya percaya bahwa para Nabi berkesaksian akannya (ie. akan ajaran Trinitas), mereka bahkan berkeyakinan bahwa [ajaran Trinitas] diberitahukan kepada para Patriark (ie. Bapa-bapa bangsa). Mereka beranggapan sampai pada taraf kepastian bahwa pembawa pesan Ilahi di Kejadian 16:7, 18, 21:17, 31:11; Keluaran 3:2, adalah Allah Putra; atas alasan-alasan yang akan disebut dibawah (III. B.) mereka menganggapnya sebagai bukti bahwa Allah Bapa tidak mungkin mewujudkan diriNya sendiri (cf. Justin, "Dial.", 60; Irenaeus, "Adv. haer.", IV, xx, 7-11; Tertullian, "Adv. Prax.", 15-16; Theoph., "Ad Autol.", ii, 22; Novat., "De Trin.", 18, 25, etc.). Mereka berkeyakinan bahwa, ketika penulis Kitab Suci yang terinspirasi berbicara akan "Roh Tuhan" acuan tersebut adalah untuk Pribadi Ketiga dari Trinitas: dan satu atau dua (Irenaeus, "Adv. haer.", II, xxx, 9; Theophilus, "Ad. Aut.", II, 15; Hippolytus, "Con. Noet.", 10) menafsirkan hipostatis Hikmat dari buku-buku Sapiential (catatan: buku sapiential adalah 4 buku mengenai kebijaksanaan yang terdiri dari Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon] dan Kebijaksanaan Solomo [deuterokanonika]) sebagai Roh Kudus, bukan sebagai sang Sabda seperti yang dituliskan St. Paulus. Tapi dari Bapa Gereja Awal lain ditemukan suatu pandangan yang lebih tepat bahwa tidak ada penjelasan yang spesifik akan ajaran [Trinitas] di Perjanjian Lama. (Cf. Gregory Nazianzen, "Or. theol.", v, 26; Epiphanius, "Ancor." 73, "Haer.", 74; Basil, "Adv. Eunom.", II, 22; Cyril Alex., "In Joan.", xii, 20.)
Beberapa [dari Bapa Gereja Awal yang berpandangan bahwa tidak ada penjelasan spesifik akan ajaran Trinitas di Perjanjian Lama] mengakui bahwa suatu pengetahuan akan misteri tersebut (ie. Trinitas) diberikan kepada Nabi-Nabi dan para Kudus dari Dispensasi Lama (maksudnya Perjnajian Lama) (Epiph., "Haer.", viii, 5; Cyril Alex., "Con. Julian.," I). Dapat segera diakui bahwa cara pewahyuan [akan Trinitas] dipersiapkan dalam beberapa nubuat. Nama Imanuel (Yesaya 7:14) dan Allah yang Perkasa (Yesaya 9:6, atau di penomoran lain Yesaya 9:5) yang menegaskan [nubuat] akan Mesiah menyebutkan Kodrat Ilahi dari sang pembebas (ie. Mesiah) yang dijanjikan. Namun tampaknya wahyu dari Injil diperlukan untuk mengerti secara penuh makna dari perikop-perikop [nubuat di Perjanjian Lama]. Bahkan gelar-gelar agung ini tidak menuntun para Yahudi untuk mengenali sang Penyelamat yang akan datang adalah Allah sendiri. Penerjemah Septaguinta bahkan tidak berusaha untuk menerjemahkan kata Allah yang Perkasa secara literer, tapi [menerjemahkannya] "sang malaikat pembimbing agung." Sebuah persiapan yang lebih matang lagi ditemukan di ajaran dari buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon])mengenai sang Hikmat Ilahi. Di Amsal 8, Hikmat terlihat dipersonifikasikan (mempunyai sifat sebuah personalitas/pribadi), dan dengan suatu gaya yang menunjukkan bahwa penulis Kitab suci tidak menggunakan sebuah kiasan saja, tapi dalam pikirannya (ie. pikiran penulis Kitab Suci) mengungkapkan satu pribadi nyata (cf. ayat 22, 23). Ajaran yang sama ada di Ecclus., 24, dalam sebuah paparan dimana dinyatakan bahwa Hikmat berbicara di "jemaah yang Maha Tinggi", i.e. dalam kehadiran para malaikat. Frase ini jelas menganggap bahwa Hikmat dipandang sebagai satu pribadi. [Namun] sifat dari personalitas sang Hikmat dibiarkan tidak terjelaskan; tapi kita diberitahu bahwa seluruh Bumi adalah Kerajaan sang Hikmat, bahwa menemukan kesukaannya dalam semua karya Allah, tapi Israel secara khusus adalah bagiannya dan warisannya (Ecclus., 24:8-13).
Dalam Buku Kebijaksanaan Solomo kita menemukan pendekatan yang lebih jauh. Disini Hikmat jelas-jelas dibedakan dari Jehovah: "Dia adalah. . .pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa. . .pantulan cahaya kekal, dan cermin tak bernoda dari kegiatan Allah dan gambar kebaikan-Nya (Kebijaksanaan 7:25-26. Cf. Ibrani 1:3). Dia, selebihnya, digambarkan sebagai "seniwati segala sesuatu" (panton technitis, 7:21), sebuah ekspresi yang mengindikasikan bahwa penciptaan diatributkan ke dia (ie. sang Hikmat). Namun dalam Yudaisme lebih lanjut, ajaran yang mengagungkan ini terlupakan dan sepertinya hilang ke kepunahan. Tapi juga tidak bisa dikatakan bahwa perikop-perikop tersebut, meskipun periop-perikop tersebut mewujudkan suatu pengetahuan akan pribadi kedua dalam Ke-Allah-an, merupakan suatu wahyu akan Trinitas. Karena tidak ada di Perjanjian Lama kita temukan satu indikasi yang jelas akan sang Pribadi Ketiga. Sering disebut-sebut Roh Tuhan, tapi tidak ada yang tertunjukkan bahwa sang Roh dipandang sebagai sesuatu yang berbeda dari Yahweh sendiri. Istilah tersebut selalu digunakan untuk menunjukkan Allah dalam pekerjaan-pekerjaanNya, baik dalam semesta atau dalam jiwa manusia. Masalah ini secara lebih tepat disimpulkan oleh Epiphanius, ketika dia berkata: "Ke-Allah-an yang satu, diatas segalanya, dinyatakan oleh Musa, dan dua personalitas (akan Bapa dan Putra) ditegaskan secara kuat oleh para Nabi. Trinitas dinyatakan oleh Injil" ("Haer.", Ixxiv).
|
Quote: |
Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.
Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan:
"Throuqhout the ancient word, as far back as Babylonia the worship of paqan qods qrouped in triplets were common. This practice was also prevalent, before, during, and after Christ in Egypt, Greece and Rome. After the death of the Apostles, such pagan be(iefs beqan to invade Christianity".
(Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen). |
Sekali lagi harus dijelaskan kepada moslem bahwa GEREJA TIDAK PERNAH MENGIMANI ADANYA TIGA TUHAN!!
Kutipan diatas masih berasal dari bagian yang sama dari buku terbitan saksi Yehuwa yang berjudulShould You Believe in Trinity , yaitu bagian How Did The Trinity Doctrine Develop? (silahkan klik untuk melihat bagian tersebut).
Berikut sedikit Mythology bangsa Mesir, Babilonia dan Yunani:
Mythology Mesir Masyarakat Mesir mempunyai sembilan ilah yang disebut Ennead (Atum [Ra], Shu, Tefnut, Geb, Nut (Nuit), Osiris, Isis, Set, Nephthys), sekumpulan dewa-dewi utama. Mereka tinggal di Heliopolis ("helios" = "matahari;" "polis" = "kota"). Menurut satu mitos penciptaan Mesir, Ra (Atum-Ra), sang dewa matahari, menghasilkan empat dewa-dewi. Shu dan Geb, para dewa, dan Tefnut dan Nut, para dewi. Geb kemudian mengawini adiknya sendiri Nut dan mempunyai dua putra, Set dan Osiris, dan dua putri, Isis dan Nephtys. Osiris kemudian mengawini adiknya Isis. Set benci terhadap kakak laki-lakinya Osiris dan membunuhnya. Isis kemudian mem-balsem suami yang juga kakaknya sendiri dan merapalkan mantera sehingga Osiris hidup kembali. Lebih lanjut kemudian pasangan suami-istri plus kakak-adik Osiris dan Isis akhirnya punya anak bernama Horus yang berhasil membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Set dalam suatu pertempuran besar.
Mythology Babilonia Masyarakat Babilonia (juga Mesopotamia) mempunyai kisah penciptaan yang dicatat dalam bukuEnuma Elish yang bisa dibaca dengan mengklik kalimat ini. Terdapat banyak dewa yang mewakili aspek-aspek fisik dunia. Apsu adalah dewa air tawar dan kejantanan. Istrinya adalah Tiamat, dewi lautan dan juga kekacauan dan ancaman. Tiamat melahirkan Anshar dan Kishar, para dewa-dewi yang mewakili batas antara Bumi dan Langit (cakrawala). Dari keduanya lahir Anu, Dewa Langit. Anu kemudian melahirkan Ea. Karena keturunan-keturunan dari Apsu tersebut membuat banyak kekacauan, Apsu berketetapan untuk membunuh mereka semua. Ketika Ea mengetahui rencana ini dia membunuh Apsu yang adalah buyutnya sendiri. Ea bersama istrinya Damkina kemudian mendirikan tempat tinggal diatas mayat Apsu. Pasangan ini melahirkan Marduk, Dewa musim semi yang disimbolkan oleh sinar matahari dan petir pada badai dan hujan. Marduk juga adalah dewa penjaga kota Babilon. Sementara itu, Tiamat, istri Apsu, bersumpah untuk membalas dendam. Tiamat menciptakan sebelas monster yang dikomandoi suami barunya, Kingu, untuk membalas dendam kepada cicit-cicitnya. Anu dan Ea, bapak dan anak, mencoba mengkonfrontasi Tiamat, sang nenek dan buyut bagi keduanya. Mereka gagal. Selanjutnya Marduk mencoba untuk melawan Tiamat setelah diuji para dewa-dewa lainnya. Marduk akhirnya berhasil membunuh Tiamat dengan menembakkan panah ke jantungnya. Marduk kemudian menjadi raja para dewa dan mendirikan kota Babilon. Saat itu manusia belum ada. Gagasan untuk mencipta manusia muncul di benak Marduk suatu ketika. Namun untuk menciptakan manusia diperlukan daging dan darah yang dipunyai para dewa. Harus ada dewa yang mati agar darah dan dagingnya bisa dipakai untuk menciptakan manusia. Ea, ayah Marduk, menyarankan agar dewa yang jahat-lah yang dibunuh. Pilihan jatuh kepada Kingu, suami kedua Tiamat. Dan berkat darah dan daging Kingu terciptalah manusia yang bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar bagi para dewa.
Mythology Yunani Pada awalnya hanyalah ada kekacauan. Kemudian muncul Erebus, suatu tempat dimana kematian bersemayan, dan juga Malam. Pada suatu ketika Cinta lahir memulai keteraturan. Dari Cinta datang Cahaya dan Siang. Setelah ada Cahaya dan Siang, Gaea, sang Bumi, muncul. Gaea dengan sendirian melahirkan Uranus. Uranus kemudian menjadi pasangan Gaea. Bersama mereka menghasilkan tiga Cyclop, tiga Hecatoncheires, dan dua belas Titan. Uranus membenci para Hecatoncheires dan dia memenjarakan mereka ke tempat tersembunyi di Bumi, rahim Gaea. Gaea yang marah mengajak anaknya untuk menyerang Uranus. Semua takut kecuali Titan yang paling bungsu, Cronus. Cronus kemudian menyergap ayahnya saat dia dan ibunya berbaring di malam hari. Cronus mencekal ayahnya dan memotong kelaminnya, kemudian membuang kelamin yang dipotong tersebut kelautan. Tidak jelas nasib Uranus kemudian. Dari darah Uranus muncul para raksasa, para Nymph dan Erinnye. Dari laut dimana kelamin Uranus jatuh, muncul Aphrodite. Cronus kemudian menjadi penguasa. Dia memenjarakan para Cyclops dan Hecatoncheires di Tartarus. Dia menikahi saudara perempuannya Rhea. Namun karena Uranus dan Gaea menubuatkan bahwa Cronus akan diturunkan dari kekuasan oleh anaknya, dia melahap bulat-bulat setiap anaknya yang lahir dari Rhea. Rhea kemudian menyembunyikan anaknya keenam dan memberikannya kepada para Nymphs agar dia dibesarkan. Untuk mengelabui Cronus, Rhea menyerahkan batu yang dibungkus kain bayi kepada Cronus. Cronus melahap batu tersebut menganggap bahwa itu sang anak keenam. Zeus, sang anak keenam, tumbuh dan mulai berencana bersama ibunya untuk mengalahkan Cronus. Cronus dibujuk oleh Rhea untuk menerima Zeus di Gunung Olympus, tempat tinggal para dewa. Zeus diterima sebagai pembawa cawan Cronus. Pada kesempatan ini Zeus menyisipkan pada cawan sang ayah racun yang membuat dia muntah dengan harapan agar ke lima saudaranya yang ditelan Cronus termuntahkan. Rencana itu berhasil. Para saudara Zeus mengangkat Zeus sebagai pemimpin. Tapi Cronus belum sepenuhnya kalah. Dia dan para Titan (kecuali Prometheus, Epimetheus dan Oceanus) melawan Zeus dan lainnya untuk merebut tahta. Untuk mendapat bantuan tambahan Zeus pergi ke Tartarus dan membebaskan para Cyclop dan Hecatoncheires. Prometheus, salah satu Titan, juga bergabung dengan Zeus. Para Cyclop memberi Zeus senjata petir. Sementar itu Zeus memerintahkan para Hecatoncheires untuk menghujani batu para Titan yang akan dia jebak dengan pura-pura mengundurkan diri dari perang. Zeus cs menang.
|
Nah, bagaimana mungkin mitos yang kacau balau tersebut bisa disepadankan dengan ajaran Trinitas? Mana ada konsep Trinitas yang mirip dengan ajaran Trinitas Kristen? Oleh karena itu, adalah satu kekeliruan besar bila Trinitas merupakan konsep dari Mesir, Babilonia atau Yunani. Bangsa-bangsa tersebut tidak mempunyai konsep yang mirip Trinitas. Mereka tidak hanya punya tiga Ilah tapi banyak sekali ilah-ilah (Dewa-Dewi) yang saling bersaudara dan membenci.
Quote: |
Tanya
Apa definisi Trinitas?
Jawab
1. Athanasian Creed (abad VI) mendefinisikan Trinita sebagai:
"The Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God. And yet there Gods but one God".
(Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan.)
2. The Orthodox Christianity kemudian mendefinisikan lagi Trinitas sebagai:
"The Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and toqether, not exclusively, the form one God".
(Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan, dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, membentuk satu Tuhan.) |
Betul
Quote: |
Sebelumnya sudah banyak para pemimpin Gereja yang mencoba memasukkan ajaran Platonis dan agama Mesir tentang tiga Tuhan dalam satu. |
Pertama-tama, ajaran Trinitas tidak berarti adanya tiga Tuhan dalam satu. Trinitas adalah tiga Pribadi Ilahi dari Tuhan yang satu.
Kedua, Platonist menganut dualisme. Dalam dualisme tidak ada ajaran Tiga Pribadi dari Tuhan yang satu.
Ketiga, dalam Mythology Mesir juga tidak ada ajaran Trinitas. Diatas sudah ditunjukkan Mythology Mesir yang jelas sangat kontras dengan ajaran Trinitas.
Quote: |
Namun upaya tesebut baru pada tahap adanya tiga unsur atau oknum yang memiliki ikatan satu dengan lainnya. Ketetapan ketiga oknum: Tuhan, Anak dan Roh Kudus masing-masing dianggap Tuhan setara dan abadi, tidak pernah ada sebelum ditetapkananya Athanasian Creed di abad ke IV. |
Diatas sudah ditunjukkan bukti dari Kitab Suci akan iman yang Trinitas, ini berarti iman Trinitas ada jauh sebelum abad ke IV.
Berikut adalah kutipan dari beberapa Bapa Gereja Awal, yang diambil dari satu artikel di catholic.com, yang menunjukkan bahwa mereka mengimani iman yang Trinitas jauh sebelum abad ke IV (abad ke IV berarti tahun 300-an masehi):
Ignatius of Antioch "[K]epada Gereja di Efesus di Asia . . . terpilih melalui penderitaan sejati oleh kehendak Bapadalam Yesus Kristus Allah kita." (Letter to the Ephesians 1 [A.D. 110]).
"Karena Allah kita, Yesus Kristus, dikandung oleh Maria sesuai dengan rencana Allah: dari keturunan Daud, itu benar, tapi juga dari Roh Kudus" (ibid., 18:2).
Justin Martyr "Kami akan membuktikan bahwa kami menyembah dia dengan masuk akal; karena kita telah mempelajari bahwa dia adalah anak dari Allah yang benar itu sendiri, bahwa dia menempati tempat kedua, dan Roh nubuat [menduduki tempat] ketiga. Atas ini mereka menuduhkan kegilaan kepada kami, dengan mengatakan bahwa kami menempatkan kepada seseorang yang tersalib suatu tempat kedua dari Allah yang tak berubah dan abadi, pencipta segalanya; tapi mereka acuh terhadap misteri dibaliknya." (First Apology 13:5–6 [A.D. 151]).
(Catatan: Penggunaan kata “tempat pertama, kedua, ketiga” tidak menandakan satu peringkat dari tiga Pribadi)
Theophilus dari Antioka "Adalah atribut dari Allah, yang Maha Tinggi dan Kuasa dan [Allah] dari yang hidup, tidak hanya berada dimana-mana, tapi juga melihat dan mendengar semuanya; karena dia tidak bisa dibatasi dalam satu ruangan. . . . Tiga hari sebelum terang diciptakan ada tipe-tipe dari Trinitas: Allah, SabdaNya dan HikmatNya" (To Autolycus 2:15 [A.D. 181]).
Irenaeus "Karena Gereja, meskipun tersebar diseluruh dunia bahkan sampai akhir Bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid mereka iman akan satu Allah, Bapa yang maha Kuasa . . . dan dalam satu Yesus Kristus, Putra Allah, yang menjadi daging untuk keselamatan kita; dan dalam Roh Kudus" (Against Heresies 1:10:1 [A.D. 189]).
Tertullian "Kami memang mempercayai bahwa hanya ada satu Allah, namun kita mempercayai itu dalam dispensasi berikut, atau, seperti yang kami sebut, oikonomia, juga ada satu Putra dari Allah yang satu ini, SabdaNya, yang berasal dari dia dan melalui [sang Sabda ini] semua yang ada dijadikan dan tanpa [sang Sabda] tidak ada yang dijadikan. . . . Kami percaya dia dikirim oleh Bapa, sesuai dengan janjiNya sendiri, sang Roh Kudus, si Penghibur, si pengudus iman mereka yang percaya akan Bapa dan Putra dan Roh Kudus. . . . Aturan iman ini sudah ada sejak permulaan injil, bahkan sebelum [munculnya] bidat-bidat pertama." (Against Praxeas 2 [A.D. 216]).
"Dan pada saat yang sama misteri dari oikonomia dijaga, karena kesatuan didistribusikan dalam Trinitas. Ditempatkan dalam satu tatanan, ketiganya adalah Bapa, Putra dan Roh. Mereka tiga, walaupun begitu, bukan dalam kondisi, tapi dalam tingkatan; tidak dalam keberadaan, tapi dalam bentuk; tidak dalam kekuasaan, tapi dalam jenis; dari satu mahkluk, walaupun begitu, dan satu kondisi dan satu kuasa, karena dia adalah Allah yang satu yang darinya tingkatan-tingkatan dan bentuk-bentuk dan jenis-jenis dipertimbangkan dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus" (ibid.).
"Selalu ingatlah aturan iman yang aku nyatakan dan yang aku berkesaksian bahwa sang Bapa dan sang Putra dan Sang Roh tidak terpisahkan satu sama lain, dan dengan begitu kamu akan mengerti apa yang dimaksud dengannya. Perhatikan sekarang bahwa aku berkata kalauBapa adalah lain [berbeda], Putra adalah lain, dan Roh adalah lain. Pernyataan ini sering disalahartikan oleh individu yang tidak berpendidikan dan berpikiran jelek seakan-akan hal tersebut berarti keanekaragaman dan oleh kenaekaragaman itu ada perpisahan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus." (ibid., 9).
"Oleh karena itu hubungan antara Bapa dalam Putra, dan Putra dalam sang penghibur, menghasilkan tiga pribadi yang jelas, yang berbeda satu dengan yang lain. Ketiganya adalah, satu esensi, tidak satu pribadi, seperti yang dikatakan, ‘aku dan Bapa adalah satu’ [Yoh 10:30], dalam hubungannya dengan kesatuan akan satu mahkluk tapi bukan [kesatuan] numerik." (ibid., 25).
Origen "Karena kita tidak meyakini apa yang dipikirkan para bidat: bahwa beberapa bagian dari Allah berubah menjadi Putra, atau bahwa sang Putra diciptakan oleh Bapa dari substansi yang tidak pernah ada, maksudnya, dari suatu keberadaan diluar diriNya (Bapa) sendiri, sehingga ada masa ketika Dia (sang Putra) tidak ada" (The Fundamental Doctrines 4:4:1 [A.D. 225]).
"Tidak, dengan menolak gagasan-gagasan akan ke-badan-an, kami berkeyakinan bahwa sang Sabda dan Hikmat dihasilkan (begotten) dari Allah yang tak terlihat dan tak berbadan, tanpa adanya tindakan badaniah . . . ekspresi yang kami gunakan, bagaimanapun, bahwa tidak ada suatu masa ketika dia tidak ada harus dipahami dengan beberapa pengertian. Karena kata-kata 'kapan' dan 'tidak pernah' adalah istilah yang punya artian temporer, sementara apa pun yang dikatakan mengenai Bapa, Putra dan Roh Kudus, harus dimengerti sebagai sesuatu yang melampaui waktu dan jaman." (ibid.).
"Karena hanya Trinitas sendirilah yang melebihi setiap artian yang tidak hanya temporal tapi artian abadi sebagaimana dimengerti. Adalah hal-hal lain, sememangnya, yang berada di luar Trinitas, yang diukur menurut waktu dan jaman." (ibid.).
Hippolytus "sang Sabda sendiri dari Allah ini adalah dari Allah sendiri, karena begitu juga sang Sabda adalah Allah, karena sang mahkluk adalah Allah. [sementara itu] dunia dibuat dari ketiadaan, karenanya [dunia] bukan Allah" (Refutation of All Heresies 10:29 [A.D. 228]).
Novatian "Karena Kitab Suci sebanyaknya telah mengumumkan bahwa Kristus juga adalah Allah, sebagaimana [Kitab Suci juga] mengumumkan Allah sendiri sebagai manusia. Kitab Suci telah banyak mendeskripsikan Yesus Kristus sebagai manusia, dan juga, terlebih, mendeskripsikanKristus Tuhan sebagai Allah. Karena [Kitab Suci] tidak menyebut dia sebagai Putra Allah saja, tapi juga Anak Manusia; ataupun Kitab Suci hanya berkata Anak Manusia, tapi Kitab Suci juga biasa berkata tentang dia sebagai Putra Allah. Karena menjadi keduanya, dia adalah dua-duanya, kalau dia adalah salah satunya saja, dia tidak bisa menjadi yang lain. Karena kodrat sendiri telah menyatakan bahwa dia harus diyakini sebagai manusia dari manusia, begitu juga kodrat yang sama menyatakan bahwa dia harus diyakini sebagai Allah dari Allah. . . . Biarlah mereka, karenanya, yang membaca bahwa Yesus Kristus adalah Anak Manusia, juga membaca bahwa Yesus yang sama ini juga dipanggil Allah dan Putra Allah" (Treatise on the Trinity 11 [A.D. 235]).
Paus Dionysius "Berikutnya, aku dengan tepat akan beralih kepada mereka yang memecah dan membelah dan menghancurkan proklamasi paling keramat dari Gereja Allah, membuat [ajaran Trinitas], menjadi, tiga kuasa, substansi yang berbeda dan tiga ke-Allah-an. . . . [beberapa bidat] menyatakan bahwa ada tiga Allah, ketika mereka membagi kesatuan keramat kedalam tiga substansi yang asing satu sama lain dan benar-benar terpisah." (Letter to Dionysius of Alexandria 1 [A.D. 262]).
"Karenanya, Trinitas yang ilahi harus dikumpulkan dan dibawa bersama dalam satu, sebuah puncak, sebagaimananya, aku maksud Allah semesta yang Maha Kuasa . . . . Adalah sebuah penghujatan, dan bukan [penghujatan] yang umum tapi yang terburuk, untuk berkata bahwa sang Putra adalah sebuah karya [mahkluk]. . . . Tapi jika sang Putra menjadi ada [diciptakan], [maka] ada waktu dimana atribut-atribut ini tidak ada, dan, karenanya, ada waktu dimana Allah tidak memiliki [atribut-atribut] tersebut, [dan ini] sangat tidak masuk akal" (ibid., 1–2).
"Tidak boleh juga kita membagi menjadi tiga ke-Allah-an kesatuan yang indah dan ilahi. . . . Namun, kita harus mempercayai Allah, sang Bapa yang Maha Kuasa; dan dalam Yesus Kristus, PutraNya; dan dalam Roh Kudus; dan bahwa sang Sabda disatukan kepada Allah semesta. 'Karena,' katanya, 'Bapa dan aku adalah satu,' dan 'Aku ada dalam Bapa, dan Bapa dalam Aku'" (ibid., 3).
Gregory sang Pekerja Ajaib (Gregory dari Neocaesarea) "Ada satu Allah. . . . Ada satu Trinitas yang sempurna, dalam kemuliaan dan keabadian dan kedaulatan, tidak terbagi atau terikat. Karenanya tidak ada yang diciptakan atau diperhambakan dalam Trinitas; atau satupun yang disebabkan (superinduced), seakan-akan pada periode lalu [salah satu Pribadi] kemudian diperkenalkan. Dan tidak pernah sang Putra kurang apapun dari Bapa, atau sang Roh dari Putra; tapi tanpa variasi dan tanpa perubahan, Trinitas yang sama bersemayan selamanya" (Declaration of Faith [A.D. 265]).
|
Quote: |
Tanya
Sebutkan beberapa diantaranya!
Jawab
1. Irenaeus (125-203) menjelaskan bahwa Tuhan tidak sendirian. Selalu ada Firman dan Hikmah bersamanya, Anak dan Roh, yang melaluinya Tuhan menciptakan segala sesuatu secara bebas dan spontan.
"The Church, though scattered thou~h out the whole world to the earth, has received from the apostles and their discip(es this faith: in one God, the Father almighty, maker of heaven and earth and sea and all thing in them; and in one Christ Jesus, the Son of God, who was made flesh for our salvation, and in the Holy Spirit,..."
(Gereja, yang walaupun tersebar di seluruh dunia, sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para Rasul dan murid-murid mereka keyakinan ini: (Percaya) kepada Tuhan Yang Maha Besar, pencipta Sorga dan bumi dan laut dan segala yang ada di dalamnya; dan dalam satu Kristus, Yesus, Anak Tunggal Allah, yang telah menjadi daging demi keselamatan kita, dan didalam Roh Kudus).
Dalam definisi ini jelas sekali bahwa sampai akhir abad II, para pemimpin Gereja dan umat Kristiani masih beranggapan bahwa Allah (Bapa) adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Besar. Yesus hanya dikenal sebagai Anak Allah sebagaimana yang dikampanyekan Paulus. |
Suatu intelectual dishonesty. Ini justru adalah kutipan yang menunjukkan ke-Allah-an dari Putra dan Roh karena mereka disejajarkan dengan sang Bapa.
Kutipan dari Irenaeus yang disajikan diatas memang berasal dari Iranaeus dari tulisannya yang terkenal Adversus Heresies, book I, Chapter 10. Namun penggalan tulisan Irenaeus tersebut dipotong dan diartikan lain dari apa yang hendak disampaikan Irenaeus.
Ketika Irenaeus menulis "in one God, the Father..." ini tidak berarti bahwa hanya Bapa-lah Allah sementara Yesus bukan Allah. Ini bisa dilihat bahwa dari paragraph yang sama (silahkan klik link ke tulisan Irenaeus diatas) tertulis, "... Supaya Yesus Kristus, Tuhan kita, dan Allah, dan Penyelamat, dan Raja..."
Lebih jauh di buku Adversus Heresies, book IV, ch 20, par 1 terlihat kualitas ilahi dari Tiga Pribadi:
"Bukanlah malaikat, karenanya, yang membuat kita, tidak pula malaikat punya kuasa untuk membuat [sesuatu] serupa dengan Allah, atau siapapun juga. . . . Karena Allah tidak memerlukan ini untuk mencapai apa yang ditetapkan olehNya sebelum hal itu terjadi, seakan-akan dia tidak memiliki tangan-tangannya sendiri. Karena dengan dia [sang Bapa] selalu hadir sabda dan hikmat, sang Putra dan sang Roh, oleh mereka dan dalam mereka, secara bebas dan spontan, dia membuat segalanya, kepada mereka dia juga berkata, 'Marilah kita membuat manusia menurut rupa dan gambar kita' [Kej. 1:26]" (Against Heresies 4:20:1 [A.D. 189] penekanan ditambahkan).
|
Disini dijelaskan bagaimana dengan Bapa selalu ada sang Sabda dan Kebijaksanaan (ie. Kristus) dan juga sang Roh (ie. Roh Kudus). Dan mereka inilah yang sama-sama aktif dengan Bapa mencipta manusia seperti tertulis di Kej 1:26 "marilah KITA menjadikan manusia seperti gambar dan rupa KITA."
|
Quote: |
2. Tertulian (160-230) merupakan yang pertama menggunakan istilah Trinitas. Dia mendefinisikan Trinitas sebagai: "una substantia trepersonae" (satu zat dalam tiga oknum). Dia mengatakan :
Let us preserve the mystery of the divine economy which dispose the unity into trinity, the Father, the Son, and the Holy Spirit, three not in essence but in grade, not in substance but in form".
(Marilah kita menjaga misteri ikatan keilahian yang menjelaskan kesatuan dari yang tiga, Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga bukan dalam sari, tetapi dalam tingkatan, bukan dalam zat tetapi dalam bentuk.)
Menurut Tertullian ketiga oknum, Bapa, Anak, dan Roh Kudus memiliki tingkatan yang berbeda-beda. |
Materi ini berasal dari bagian Is It Clearly a Bible Teaching? dari buku Should You Believe in Trinity(SYBIT).
Kutipan dari Tertullian sendiri berasal dari bukunya Against Praxeas bab 2 yang adalah salah satu tulisan Tertullian melawan kesesatan Monarkisme (oleh sang bidat Praxeas) yaitu suatu kesesatan yang menyatakan ada suatu ranking dalam Tiga Pribadi Ilahi (ie. yang satu lebih tinggi dari yang lain). Maka akan sangat bohong dan licik sekali untuk mencomot satu kutipan dari tulisan tersebut JUSTRU untuk menunjukkan bahwa Tertullian mempercayai ada tingkatan antar Tiga Pribadi Ilahi.
Yang lebih parah lagi buku SBYIT dengan licik menghilangkan beberapa kata terakhir dari kalimat terakhir dari kutipan Tertullian yang mestinya secara jelas menunjukkan bahwa Tertullian tidak mengajarkan adanya suatu peringkat antar Pribadi Ilahi:
[S]ang Bapa, sang Putra, dan sang Roh Kudus: tiga, namun, tidak dalam kondisi, tapi dalam tingkat; tidak dalam substansi, tapi dalam bentuk; tidak dalam kuasa, tapi dalam aspek; namun dari satu substansi, dan dari satu kondisi, dan dari satu kuasa, sebatas bahwa Dia adalah satu Allah, yang darimana tingkatan-tingkatan dan bentuk-bentuk dan aspek-aspek ini dipertimbangkan, dibawah nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Bagaimana merekasusceptible to number (catatan: susah diterjemahkan) tapi tanpa pembagian akan ditunjukkan dalam traktat kita berikutnya.
|
Bagian yang digaris-bawahi adalah bagian yang dihilangkan untuk mengelabui pembaca. Dan jelas bahwa pembacaan lebih lanjut menunjukkan bahwa "tingkatan" ("degree" atau "grade" seperti terjemahan yang digunakan Saksi Yehuwa) diturunkan dari Allah yang satu itu juga.
Lalu apa maksud Tertullian dengan "tingkatan" kalau bukan berarti "ranking?" Dalam menyanggah sang Monarchist Praxeas, Tertullian menggunakan konsep yang dia sebut oikonomia atau ekonomi. Dalam ekonomi ini Tertullian mengakui suatu monarki tapi bukan suatu monarki yang berdasarkan rangking seperti yang diajukan oleh Praxeas. Tertullian merasa bahwa karena dalam Pribadi Ilahi ada yang disebut Bapa dan ada yang disebut Putra (dan Roh Kudus berasal dari Bapa dan dikirim oleh Putra Yoh 15:26) maka ada semacam 'monarki' dalam Pribadi tersebut, meskipun monarki tersebut antar Pribadi masih "satu substansi, dan dari satu kondisi, dan dari satu kuasa." Tertullian jelas-jelas menolak menganggap Yesus dan Roh Kudus bukan Allah, apalagi Allah yang satu dengan Bapa tersebut:
Bahwa ada, dua Allah atau dua Tuhan, adalah satu pernyataan yang tidak pernah berasal dari mulut kami; bukannya tidaklah benar bahwa Bapa adalah Allah, dan Putra adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, dan masing-masing adalah Allah; (Against Paraxeas, ch 13)
|
Quote: |
3. Origen (185-250) mengajarkan tiga Tuhan dalam Trinitas bertingkat: Bapa lebih besar dari Anak, yang lebih besar dari Roh Kudus. Hanya Bapa satu-satunya Tuhan yang sesungguhnya.
"First, that there is one God.... Secondly, that Jesus Christ himself.... was born of the Father before all creatures....Thirdly, that the Holy Spirit was associated in honor and dignity with the Father and Son...."
(Pertama bahwa ada satu Tuhan....Kedua bahwa Yesus Kristus sendiri....lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu dicipta....Ketiga, bahwa Roh Kudus berkaitan dalam kemuliaan dan kehormatan dengan Bapak dan Anak. )
Dalam definisinya, Origen menegaskan bahwa Tuhan Allah itu Esa. Kedudukan Yesus adalah dibawah Tuhan Allah (Bapa), dan kedudukan Roh Kudus dibawah Yesus. |
Kutipan dari Origen diatas diambil dari prakata buku De Principiis paragraph 4.
Tanpa melihat konteksnya terlebih dulu kita hanya bisa merasa betapa menyedihkannya argumen yang digunakan si Moslem bahwa penomoran (first, secondly, thirdly) yang digunakan Origen PASTI berarti suatu peringkat ranking yang menunjukkan bahwa yang pertama lebih besar dari yang kedua dan seterusnya. Padahal tidak tertutup kemungkinan bahwa penomoran yang dilakukan Origen tidak didasarkan akan ranking. Sebagai contoh, kalau dalam daftar Ronda RT ada nama-nama "1. Pak Budi; 2. Pak Seto; 3. Pak Ujang; 4. Pak Toha" apakah ini berarti Pak Ujang lebih rendah dari Pak Budi dan Pak Seto, tapi lebih tinggi derajatnya dari Pak Toha? Tentu saja tidak. Penomoran Ronda RT tidak mencerminkan peringkat karena memang tidak pernah dimaksudkan demikian.
Lalu bagaimana konteksnya? Apakah konteks dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus bukan Allah? Berikut dari paragraph yang sama:
4. ... Yesus Kristus sendiri... menjadi manusia, dan berinkarnasi meskipun [Dia adalah] Allah, dan sementara dibuat menjadi manusia [Dia] tetap sebagai Allah sebagaimana Dia adanya. ... Ketiga, para rasul meneruskan bahwa Roh Kudus diasosiasikan adalam kehormatan dan kewibawaan dengan Bapa dan Putra.
|
Dijelaskan bahwa Yesus menjadi manusia dan ber-inkarnasi meskipun tetap Allah. Dan Dia tetap menjadi Allah seperti sebelumnya. Dan sang Roh Kudus pun mempunyai kewibawaan dan kehormatan yang sama dengan Bapa dan Putra (mana ada Mahkluk yang punya kewibawaan dan kehormatan yang sama dengan Allah kecuali Alah sendiri).
Dan dapat dilihat dari konteks bahwa penulisan "first, secondly, thirdly" adalah berkaitan dengan point-point yang diajarkan iman yang Apostolik BUKAN mengenai peringkat ranking dari Tiga Pribadi Ilahi. Ini pun bisa dilihat di kalimat awal paragraph 4:
4. Point-point khusus yang jelas-jelas disajikan dalam ajaran para rasul adalah sebagai berikut:
|
Sungguh merupakan suatu kebohongan yang hanya bisa berasal dari sang bapa kebohongan (ie. Setan) bila seseorang yang membaca seklumit kalimat tersebut TIDAK tiba pada kesimpulan bahwa penggunaan "first, secondly, thirdly" hanya berhubungan dengan point-point artikel iman yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan peringkat APALAGI berkaitan dengan peringkat dari Tiga Pribadi Ilahi!
Quote: |
Tanya
Apakah Allah mewahyukan dan mendefinisikan Trinitas kepada Yesus?
Jawab
Berdasarkan Alkitab, Allah tidak pernah mewahyukan dan mendefinisikan Trinitas kepada Yesus. Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Allah mewahyukan Trinitas Kepadanya. Yesus sendiri tidak pernah menyebut-nyebut Trinitas, apalagi akan mengatakan bahwa dirinya adalah anggota Trinitas. |
Pengetahuan Yesus akan Trinitas adalah dalam kepenuhannya melampaui segala pengetahuan manusiawi akan Trinitas. Mengapa? Karena Yesus itu adalah Allah dan tentunya Dia tahu akan diriNya sendiri.
Berikut Catholic Encyclopedia: The Character of Jesus Christ, untuk menunjukkan apakah Yesus maklum akan diriNya yang adalah Allah:
Apakah Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah Allah? Dia jelas-jelas meng-klaim sebagai sang Mesiah (Yoh 4:26), meng-klaim untuk memenuhi deskripsi Mesianik di Perjanjian Lama (Matius 11:3-5; Luk 7:22-23; 4:18-21), meng-klaim untuk diidentifikasikan dengan nama Mesianik saat itu, "Raja Israel" (Luk 19:38; etc), "Putra Daud" (Matius 9:27; etc), "Anak Manusia" (passim), "Dia yang datang atas nama Tuhan" (Matius 21:9, etc.). Terlebih Yesus meng-klaim bahwa Dia lebih besar dari Abraham (Yoh 8:53, 56), daripada Musa (Matius 19:8-9), daripada Solomo dan Yunus (Matius 12:41-42); Dia berkebiasaan meng-klaim dikirim Allah (Yoh 5:36, 37, 43; etc.), memanggil kepada Allah dengan sebutan Bapa (Luk 2:49; etc), dan Dia bersedia menerima gelar "Guru" and "Tuhan" (Yoh 13:13-14). Dia mengampuni dosa sebagai jawaban atas [keberatan para Yahudi] bahwa hanya Allah yang mampu mengampuni dosa (Mark 2:7, 10; Luk 5:21, 24; etc). Dia bertindak sebagai Tuhan atas Hari Sabat (Matius 12:8; etc), dan berkata pada St. Petrus bahwa sebagai "Anak" Dia bebas dari kewajiban untuk membayar pajak kuil (Matius 17:24, 25). Dari permulaan pelayananNya Dia membiarkan Nathanael memanggilNya "Anak Allah" (Yoh 1:49); para Rasul (Matius 14:33) dan Martha (Yoh 11:27) memberiNya gelar yang sama. Dua kali Dia merestui Petrus ketika [Petrus] memanggilNya "sang Kristus, Anak Allah" (Yoh 6:70), "Kristus, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16). Di empat waktu yang berbeda Dia menyatakan diriNya sebagai Anak Allah; kepada orang yang lahir buta (Yoh 10:30, 36); dihadapan dua jemaat para imam Yahudi pada malam sebelum kematianNya (Matius 26:63-64; Mark 14:61-62; Luk 22:70). Dia tidak menunjukkan KePutraan IlahiNya dihadapan Setan (Matius 4:3, 6) atau dihadapan para Yahudi yang mengejekNya (Matius 27:40). Yesus tidak ingin mengajarkan roh jahat misteri KeilahianNya; [sedangkan kepada para Yahudi] Dia memberikan tanda-tanda yang lebih besar dari apa yang mereka minta. Yesus mengenakan pada diriNya sendiri dan membiarkan yang lain mengenakan pada diriNya, gelar "Anak Allah" dalam arti sepenuhnya. Kalau ada kesalahpahaman Dia mestinya mengkoreksi, seperti ketika Paulus dan Barnabas mengkoreksi mereka yang menganggap keduanya Allah (Kisah 14:12-14) [tapi Yesus tidak pernah mengoreksi siapapun].
Juga tidak bisa dikatakan bahwa gelar "Anak Allah" hanya mengindikasikan suatu peranakan yang bersifat adopsi. Beberapa teks berikut tidak mengijinkan pemahaman seperti itu. Sebagai contoh, St. Petrus menempatkan gurunya (Yesus) diatas Yohanes Pembaptis, Elias dan para Nabi (Matius 16:13-17). Sekali lagi, sang Malaikat Gabriel menyatakan bahwa anak yang akan dilahirkan akan menjadi "Anak Allah yang Maha Tinggi" dan "Anak Allah" (Luk 1:32, 35), dengan suatu cara dimana nantinya Dia akan tanpa ayah biologis. Sebuah pengadopsian belaka mengasumsikan adanya anak yang nantinya akan diadopsi; tapi St. Yusuf diperingatkan bahwa "yang didalam kandungannya [Maria], adalah dari Roh Kudus" (Matius 1:20); nah, seseorang yang dikandung dengan suatu operasi (pengerjaan) pihak lain menyiratkan suatu hubungan keperanakan yang alami kepada [yang dikandung dan yang melakukan operasi yang menyebabkan terjadinya pihak yang terkandung]. Terlebih, Keperanakan Ilahi yang di-klaim Yesus adalah sedemikian sehingga Dia dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30, 36); [kalau] hanya sebuah peranakan yang bersifat adopsi [maka] tidak mendasari suatu kesatuan fisik antara anak dan ayah adopsinya. Pada akhirnya, bila Yesus hanya meng-klaim sebagai anak adopsi ini berarti Dia telah menipu para pengadilNya (maksudnya para Yahudi yang mengadili Yesus); karena [para pengadil tersebut] tidak mungkin mengutuk Yesus karena Yesus mengklaim sesuatu yang merupakan klaim prerogatif semua orang Israel yang saleh (catatan: semua orang Israel yang saleh bisa mengklaim diri mereka anak Allah sebatas hanya dalam artian adopsi, Yesus mengklaim sesuatu yang lebih dari itu. Karena itulah para Yahudi marah. Kalau yang diklaim Yesus hanyalah sesuatu yang sama dengan yang di-klaim orang Israel manapun, tentunya itu tidak menjadi masalah bagi para Yahudi). Harnack (Wesen des Christentums, 81) (catatan: Adolph Harnack adalah seorang Protestant yang liberal) berpendapat bahwa Keperanakan Ilahi yang di-klaim Yesus adalah sebuah hubungan intelektual dengan sang Bapa, yang bermuasal dari pengetahuan khusus [yang dimiliki Yesus] akan Allah. Pengetahuan ini mendasari "lingkup dari Keperanakan Ilahi", dan disiratkan di perkataan di Mat., 11:27: "Tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadaNya Anak itu berkenan menyatakannya". Tapi jika Keperanakan Ilahi hanyalah sebuah hubungan intelektualitas, dan jika Kristus hanyalah Allah dalam artian yang sebatas figuratif, [maka] kebapakan sang [Allah] Bapa dan Keilahian sang Anak akan direduksi menjadi semata-mata gaya bahasa.
|
Dan sebagai tambahan, kenyataan bahwa Yesus tidak menyebut kata "Trinitas" tidak berarti bahwa "iman akan Trinitas" tidak ada. Trinitas sendiri hanyalah sebuah istilah untuk mendefinisikan suatu konsep iman. Konsep imannya sudah ada sejak dahulu, cuma istilahnya saja yang memang belum diciptakan (baca juga analogi "biru telor asin" dibagian bawah nanti).
Quote: |
A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Life, 1992, hal XVI mengatakan:
"1 had to admit that 1 found it impossible to believe that a first-century Galilean holy man (Jesus) had at any time of this life believed himself to be the Second Person of the Trinity)
(Saya harus mengakui bahwa memang tidak mungkin untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galelia abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas.) |
A.N. Wilson adalah seorang novelist dan biographist Protestant berkebangsaan Inggris. Menggunakan bahan dari Wilson untuk mengerti tentang Yesus sama saja dengan menggunakan bahan dari Mein Kamp karangan Hitler untuk mengerti tentang bangsa Afrika. Ini karena meskipun Wilson adalah Protestant namun dia adalah jenis Protestant yang liberal.
Dalam membuat tulisannya tentang Kristus Wilson menggunakan suatu pendekatan yang telah jelas-jelas dikutuk oleh Gereja Katolik (lihat ensiklik Pascendi Dominici Gregis – Paus Pius X) dan juga oleh Protestant kebanyakan. Pendekatan yang digunakan Wilson (dan juga oleh banyak theolog liberal seperti para pengikut The Jesus Seminar) mencoba memisahkan the Historical Jesus (Yesus menurut sejarah) dengan Jesus of the faith (Yesus seperti yang diimani). Menurut pendekatan ini segala hal yang diluar akal dan pengertian manusia dianggap sebagai sesuatu yang ditambahkan oleh keyakinan manusia. Penambahan ini dilakukan karena akal tidak dapat menjangkau yang diluar akal tersebut.
Sebagai contoh, mukjijat Yesus berjalan diatas air. Orang-orang seperti Wilson akan mencoba untuk menerangkan secara rasional apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai misal, mereka akan mengajukan teori bahwa pada saat itu sedang musim dingin sehingga dibeberapa titik di danau tersebut ada lapisan es tipis yang membuat Yesus kelihatan bisa berjalan diatas air. Mungkin ada pertanyaan, “lho, bukannya es tersebut akan pecah kalau diinjak Yesus yang berat?” Nah disini Wilson cs. akan menjelaskan bahwa karena Yesus pernah berpuasa berat selama 40 hari dan 40 malam maka Yesus sudah sangat kurus sehingga Dia bisa berdiri diatas es yang tipis. Selanjutnya Wilson cs. akan mengatakan bahwa iman akan suatu mukjijat berjalan diatas air adalah sekedar refleksi para pengikut setia Yesus terhadap suatu kejadian biasa yang pada saat itu tidak bisa mereka jelaskan, ini disebut iman.
Pendapat-pendapat seperti Wilson jelas sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan Kitab Suci dan kesaksian para umat Gereja awal. Bukti Kitab Suci tentang Trinitas dan pengetahuan Yesus akan kodratNya sendiri sudah disajikan diatas bersama dengan iman para Bapa Gereja sebelum abad ke IV akan Trinitas.
Quote: |
Tanya
Apakah Allah pernah mewahyukan Trinitas kepada Para Nabi sebelum Yesus?
Jawab
Allah tidak pernah mewahyukan maupun mendefinisikan Trinitas kepada Nabinabi sebelum Yesus. Mereka semua menerima wahyu tentang Tauhid. Tidak secuil pun ajaran tentang Trinitas dalam Perjanjian Lama. |
Kata Trinitas tentu saja tidak ada di Perjanjian Lama. Namun, apakah ini berarti ajaran Trinitas sama sekali tidak ada di Perjanjian Lama? TIDAK!
Kita harus memperhatikan bahwa Allah mewahyukan sesuatu menurut rancangan IlahiNya. Kepada Adam belum diwahyukan akan sunat. Kepada Abraham belum diwahyukan akan Taurat. Kepada Musa belum diwahyukan akan Pembaptisan. Lalu apakah kita bisa menyalahkan Abraham karena dia melakukan sunat yang tidak diwahyukan kepada Adam? Apakah kita bisa menyalahkan Musa karena dia mengajarkan Taurat yang tidak diwahyukan kepada Abraham dan Adam? Apakah kita bisa menyalahkan Yohanes Pembaptis karena membaptis orang sementara baptisan tidak diwahyukan kepada Musa, Abraham, Adam? Tidak, tidak dan tidak. Back to Index
Pada Perjanjian Lama memang Allah belum mewahyukan iman akan Trinitas secara eksplisit. Allah punya alasanNya sendiri kapan Dia akan mewahyukan sesuatu kepada umatNya. Baru pada Perjanjian Baru-lah iman akan Trinitas diwahyukan secara eksplisit (silahkan lihat Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity untuk mengetahui ke-eksplisitan wahyu akan Trinitas di Perjanjian Baru, juga bisa dilihat Catholic Encyclopedia: The Character of Jesus Christ seperti yang juga sudah dikutip diatas). Setelah terang Perjanjian Baru, maka ajaran Trinitas yang sebelumnya implisit di Perjanjian Lama menjadi jelas dan sangat cocok dengan wahyu yang baru itu (tentunya karena yang mewahyukan adalah Allah juga).
Jadi, hanya karena pada Perjanjian Lama iman akan Trinitas tidak diwahyukan secara eksplisit dan penuh ini tidak berarti bahwa iman akan Trinitas tidak berasal dari Allah. Toh memang pada saat Perjanjian Lama terjadi Allah belum selesai mewahyukan diriNya.
Islam pun mengimani sesuatu yang sama. Islam mengimani bahwa pada tahap pertama Allah memberikan kepada bangsa Israel Taurat/Torah, lalu kemudian kepada Yesus Alah memberikan Injil, setelah itu diberikan Quran (Sura 3:3 – He sent down to you this scripture, truthfully, confirming all previous scriptures, and He sent down the Torah and the Gospel – terjemahan Rashad Khalifa). Bahkan Quran pun dinyatakan selama beberapa periode kepada Moslem, meskipun pengirimannya dilakukan Allah sekaligus ( Sura 17:106 – A Quran that we have released slowly, in order for you to read it to the people over a long period, although we sent it down all at once. – terjemahan Rashad Khalifa).
Namun, meskipun wahyu akan Trinitas belum eksplisit di Perjanjian Lama tidak bisa dikatakan bahwa wahyu mengenai Trinitas tidak ada secara implisit sekalipun di Perjanjian Lama. Berikut akan dibuktikan bahwa salah satu iman akan Trinitas, yaitu bahwa Yesus adalah Allah, ada secara implisit, -bahkan sangat eksplisit bila dilihat dari terang wahyu yang lengkap-, di Perjanjian Lama.
Untuk membuktikan Keilahian Yesus di Perjanjian Lama pertama-tama kita asumsikan bahwa Yesus memang benar-benar Mesiah yang dijanjikan. Asumsi ini mestinya diterima Moslem karena toh Quran mengimani bahwa Yesus adalah sang Mesiah yang dijanjikan juga (Sura 4:157 – And for claiming that they killed the Messiah, Jesus, son of Mary, the messenger of GOD. In fact, they never killed him, they never crucified him - they were made to think that they did. All factions who are disputing in this matter are full of doubt concerning this issue. They possess no knowledge; they only conjecture. For certain, they never killed him. – Terjemahan Rashad Khalifa). Nah, setelah disepakati bahwa Yesus adalah Mesiah, maka segala nubuat tentang Mesiah adalah nubuat yang berkenaan pada Yesus (karena Dia adalah sang Mesiah). Berikut dari Catholic Encyclopedia:Incarnation
A. Bukti-bukti [Keilahian Yesus Kristus sang Mesiah] di Perjanjian Lama
Bukti-bukti Perjanjian Lama akan Keilahian Yesus mengasumsikan kesaksian bahwa Dia adalah sang Kristus, sang Mesiah (lihat MESIAH). Dengan mengasumsikan bahwa Yesus adalah Kristus, sang Mesiah yang dijanjikan di Perjanjian Lama, [maka] dari kriteria-kriteria [akan sang Mesiah] sudahlah pasti bahwa Dia (sang Mesiah) yang dijanjikan adalah Allah, seorang Pribadi Ilahi dalam artian yang literal, Pribadi kedua dari Trinitas Kudus, Putra dari Bapa, Satu kodrat dengan Bapa dan Roh Kudus. Argumen kami bersifat kumulatif. Teks-teks dari Perjanjian Lama punya bobot sendiri-sendiri; [yang bila] diambil bersama dengan pemenuhan [dari teks-teks tersebut] di Perjanjian Baru, dan dari kesaksian Yesus dan rasul-rasulNya dan GerejaNya, [teks-teks tersebut] akan menghasilkan suatu argumen kumulatif bagi Keilahian Yesus Kristus yang sangat kuat dayanya. Kami menarik bukti-bukti Perjanjian Lama dari Mazmur, buku-buku Sapiential (catatan: buku-buku Sapientials adalah 4 buku hikmat, yaitu Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon]), dan [buku] Nabi-Nabi.
(a) KESAKSIAN DARI MAZMUR
Mazmur 2:7 "Allah berkata kepadaku: Engkau anakKu, hari ini aku memperanakkan engkau." Disini Yahwe, ie. Allah Israel, berbicara akan Mesiah yang dijanjikan. Begitu pula St. Paulus menafsirkan teks tersebut (Ibr., I, 5) sambil membuktikan Keilahian Yesus dari Mazmur. [Muncul] keberatan [yang mengatakan] bahwa disini St. Paulus tidak menafsirkan tapi hanya mengakomodasi Kitab Suci. Dia menerapkan kata yang sama dari Mzm. ii, 7 bagi ke-imam-an (Ibr., v, 5) dan bagi kebangkitan (Kis., xiii, 33) Yesus; tapi hanya secara figuratiflah Bapa memperanakkan sang Mesiah dalam ke-imam-an dan kebangkitan Yesus; dan karenanya hanya dalam artian figuratif-lah Bapa memperanakkan Yesus sebagai putranya. (catatan: bagian yang aku warnai biru ini adalah keberatan yang diajukan oleh mereka yang merasa bahwa di Ibr., i, 5 kutipan akan peranakan Yahwe kepada Yesus di Mazmur hanya bersifat figuratif)Kami menjawab bahwa St. Paulus berbicara secara figuratif dan mengakomodasi Kitab Suci dalam hal ke-imam-an dan kebangkitan tapi tidak dalam hal peranakan abadi Yesus. Seluruh Konteks dari bab tersebut (Ibrani bab 1) menyatakan adanya suatu pertanyaan mengenai realitas ke-anak-an Yesus dan realitas Keilahian Yesus. Di ayat yang sama, St. Paulus mengaplikasikan kepada Kristus kata-kata Yahwe kepada Daud yang adalah type Kristus (catatan: yang dimaksud "type" adalah bayangan paralel. Seperti bagaimana Melkisedek adalah type Kristus, Adam adalah anti-type Kristus, Hawa adalah anti-type Maria dst): "Aku akan menjadi baginya seorang bapa, dan dia akan menjadi bagiKu seorang Putra". (II Sam, vii, 14). Di ayat lebih lanjut, Kristus disebut sebagai anak Bapa yang sulung, dan sebagai obyek adorasi para malaikat; tapi hanya Allah yang [layak menerima] adorasi: "TahtaMu, Oh Allah, adalah selama-lamanya. . . AllahMu, Oh Allah, telah mengurapi engkau" (Mzm. xlv, 7, 8). St Paulus memakaikan kata-kata ini kepada Kristus bagai kepada Anak Allah (Ibr., I, 9). Kita mengikuti pembacaan [manuskrip] Masoretic, "Allahmu, Oh Allah". Pembacaan Septaguinta dan Perjanjian Baru, ho theos, ho theos sou, "Oh Allah, AllahMu", juga bisa diterjemahkan dengan sama. Sehingga disini Kristus disebut Allah dua kali; dan tahtanya, atau pemerintahannya, dikatakan sebagai abadi. Mzm cx, 1: "Tuhan berkata pada tuanku (dalam bhs Ibrani Yahwe berkata kepada Adonai-ku): Duduklah di tangan kananKu". Kristus mengutip teks ini untuk membuktikan bahwa Dia adalah Adonai (sebuah kata Ibrani yang hanya dipergunakan kepada Ilah), yang duduk disebelah kanan Yahwe, [dan Yahwe] selalu berarti Allah Israel yang Agung (Mat., xxii, 44). Di dalam Mazmur yang sama, Yahwe berkata kepada Kristus: "Sebelum fajar, Aku memperanakkanmu" (catatan: ini adalah terjemahan Vulgata, di LBI versinya berbeda). Karena itu Kristus adalah peranakan dari Allah; diperanakkan sebelum dunia ada, dan duduk di tangan kanan Bapa di Surga. Mazmur-mazmur Mesianik lain bisa dikutip untuk menunjukkan kesaksian jelas dari puisi-puisi yang terinspirasi ini akan Keilahian dari Mesiah yang dijanjikan.
KESAKSIAN DARI BUKU-BUKU SAPIENTIAL (KEBIJAKSANAAN) (catatan: yang termasuk buku-buku kebijaksanaan adalah Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon] dan Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon])
Begitu jelas buku-buku Sapiential menggambarkan Hikmat yang tak terciptakan sebagai satu Persona Ilahi yang berbeda dari Persona Pertama (ie. Bapa), hingga para rationalist mencoba mengecoh dan mengklaim bahwa ajaran mengenai Hikmat yang ditulis oleh pengaran buku-buku [Sapiential] tersebut mengambil ide dari filosofis Neo-Platonik yang dari sekolah Aleksandria. Perlu dicatat bahwa bahwa dalam buku-buku [yang ditulis] sebelum buku-buku Sapiential di Perjanjian Lama, Logos yang tidak diciptakan, atau hrema, adalah prinsip aktif dan kreatif dari Yahwe (Lihat Mazmur xxxiii, 4; xxxiii, 6; cix, 89; ciii, 20; Yesaya., xl, 8; lv, 11). Setelah itu sang Logos menjadisophia, Sabda yang tak terciptakan menjadi Hikmat yang tak terciptakan. Kepada Hikmat di atributkan semua karya penciptaan dan Penyelenggaraan Ilahi (lihat Ayub, xxviii, 12: Amsal., viii and ix; Sirakh., i,1; xxiv, 5 to 12; Kebijaksanaan Solomo., vi, 21; ix, 9). Di Kebijaksanaan Solomo., ix, 1, 2, kita melihat satu contoh yang mengagumkan atas atribusi aktivitas Allah kepada Sabda dan Logos. Pengidentikan Logos pre-Mosaic dengan Hikmat di buku-buku Sapiential dan dengan Logos di tulisan Yohanes penginjil (lihat: Logos) adalah bukti bahwa kecohan para rationalist tidaklah efektif. Hikmat di buku-buku Sapiential dan Logos di tulisan Yohanes penginjil bukanlah perkembangan Aleksandrian dari ide-ide Platonik, tapi adalah perkembangan-perkembangan Ibrani dari Logos atau Sabda yang tak terciptakan dan mencipta di jaman pre-Mosaic.
Sekarang untuk bukti-bukti dari buku-buku Hikmat: Di buku Sirakh., xxiv, 7, Hikmat disebutkan sebagai tidak terciptakan, "kelahiran pertama dari sang Maha Tinggi sebelum semua mahkluk", "sejak dari pertama dan sebelum Dunia aku dibuat" (ibid., 14) (catatan: ayat-ayat dari Sirakh tersebut diambil dari Alkitab versi Vulgata yang punya penomoran berbeda dan isi yang sedikit berbeda dengan Alkitab yang beredar kebanyakan. Ini dikarenakan sumber manuskrip yang berbeda. Ayat Sir 24:7 diatas ada di Alkitab Duoay-Rheims, Sir 24:5, meskipun tidak diketemukan di Alkitab LBI yang beredar sekarang. Sedangkan ayat Sir 7:14 ada di Sir 24:9 di Alkitab LBI). Begitu universal identifikasi Hikmat dengan Kristus, sampai-sampai para Arian sepakat dengan para Bapa [Gereja Awal]; dan [para Arian ini] mencoba membuktikan dari kata ektise, [yang berarti] dibuat atau diciptakan, di ayat 14 (catatan, ini berarti Sir 24:9 di Alkitab yang beredar sekarang), bahwa Hikmat yang berinkarnasi terciptakan [karena kata yang digunakan adalah ektise]. Para Bapa [Gereja Awal] tidak menjawab [sanggahan para Arian dengan mengatakan] bahwa kata "Hikmat" tidak dimengerti sebagai Kristus, tapi [para Bapa Gereja] menjelaskan bahwa kata ektise harus ditafsirkan dalam kesatuan dengan perikop-perikop lain di Kitab Suci dan tidak sesuai dengan makna umumnya,--seperti makna dari versi Septuaginta dari Kej., i, 1. Kita tidak tahu kata asli Ibrani atau Aramaic [dari terjemahan Yunani ekstise tersebut] (catatan: Buku Sirakh yang asli dipastikan berbahasa Ibrani atau Aramaic. Namun terjemahan buku Sirakh yang ada di Kitab Suci sekarang tidak didasarkan dari buku Sirakh yang asli, tapi dari manuskrip kopi-an yang berbahasa Yunani. Faktanya, semua buku di Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru didasarkan bukan dari manuskrip asli tapi dari manuskrip kopi-an. Fakta ini membuat mereka yang berpegangan pada prinsip Sola Scriptura mempunyai dasar yang rapuh atas doktrin bidaah tersebut, tapi tidak bagi umat Katolik dimana ada Gereja yang merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran [1Tim 3:15] yang punya otoritas untuk menentukan apakah kopi-an sekalipun sudah tepat dengan iman Kristus); mungkin saja [kata asli di buku Sirakh yang berbahasa Ibrani atau Aramaic] adalah kata seperti yang ada di Amsal viii, 22: "The Lordpossessed me (Ibrani, menghasilkan aku melalui kepenurunan; lihat Kej., iv, 1) in the beginning of His ways, before He made anything from the beginning, I was set up from eternity." (catatan: bhs Inggrisnya tidak aku terjemahkan). [Karenanya] Hikmat yang berbicara mengenai dirinya sendiri di buku Sirakh tidak dapat berkontradiksi dengan apa yang dikatakan Hikmat [juga] tentang dirinya di Amsal dan tempat lain. Karena itu, para Bapa [Gereja Awal] memang cukup benar dalam menjelaskan bahwa ektise tidak berarti dibuat atau diciptakan dalam artian yang kaku (lihat St. Athanasius, "Sermo ii contra Arianos", n. 44; Migne, P. G., XXVI, 239). Buku Kebijaksanaan Solomo juga berkata dengan jelas akan Hikmat sebagai "the worker of all things . . . a certain pure emanation of the glory of the almighty God . . . the brightness of eternal light, and the unspotted mirror of God's majesty, and the image of his goodness." (Keb., vii, 21-26.) (catatan: kata "worker of all things" di Alkitab LBI diterjemahkan "seniwati." Maksud dari kata ini sebenarnya adalah sang Hikmat itu adalah "penggerak" atau "pemberdaya" dari semua hal). St. Paulus menyadur perikop indah ini dan mengacukannya kepada Yesus Kristus (Ibrani, i, 3). Sudah jelas, dari studi tekstual atas buku-buku itu sendiri, dari penafsiran St. Paulus, dan khususnya, dari penafsiran para Bapa [Gereja Awal] dan penggunaannya dalam liturgi Gereja, bahwa Hikmat yang dipersonifikasikan di buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon]) adalah sang Hikmat yang tak terciptakan, sang sabda yang berinkarnasi [menurut] st. Yohanes Penginjil, sang Sabda yang bersatu secara hypostasis dengan kodrat manusia, Yesus Kristus, Putra dari sang Bapa Abadi. Buku-buku Kebijaksanaan membuktikan bahwa Yesus adalah dan benar-benar Allah.
(c) KESAKSIAN DARI BUKU-BUKU NABI
Para nabi jelas menyebutkan bahwa sang Mesiah adalah Allah. Yesaya berkata "Allah sendiri akan datang dan menyelamatkan kamu" (xxxv, 4); "Bukalah jalan untuk Yahwe" (xl, 3) (catatan: ini dikutip Yohanes Pembaptis dan diaplikasikannya kepada Yesus); "Lihatlah itu Tuhan Yahwe akan datang dengan kekuatan” (xl, 10). Bahwa Yahwe disini adalah Yesus Kristus sudah jelas dari penggunaan ayat di [injil] St. Markus (i 3). Nabi-nabi besar Israel memberikan kepada sang Kristus sebuah nama ilahi yang spesial dan baru "Dia akan dipanggil Imanuel" (Yes., vii, 14). Nama Ilahi baru yang disebut St. Matius ini terpenuhi dalam Yesus, dan ditafsirkan dalam artian Keilahian Yesus. "Meraka akan menamakan Dia Imanuel – yang berarti: Allah menyertai kita." (Mat., i, 23.) Juga di ix, 5, Yesaya menyebut Mesiah sebagai Allah: "Seorang anak telah lahir bagi kita . . . namanya akan disebut: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa dunia yang akan datang, Pangeran Kedamaian." [Umat] Katolik menjelaskan bahwa anak yang sama tersebut adalah Allah yang Perkasa (ix, 5) dan Imanuel (vii. 14); terkandungnya anak tersebut dinubuatkan di ayat-ayat sebelumnya. Nama Imanuel (Allah menyertai kita) menjelaskan nama yang kita terjemahkan "Allah yang Perkasa." Adalah sesuatu yang tidak kritis dan berprasangka bagi para rationalist untuk keluar dari Yesaya dan mencari di Yehezkiel (xxxii, 21) arti "orang-orang berkuasa yang gagah perkasa" untuk sebuah kata yang ditempat mana saja di Yesaya adalah nama dari "Allah yang Perkasa" (lihat Yes., x, 21) (catatan: maksudya para rationalist ini mencoba mencari artian kata "perkasa" yang diterapkan pada pribadi selain Allah sehingga gelar "Allah yang Perkasa" tidak mengacu pada sesuatu yang Ilahi). Theodotion menerjemahkan secara literal theos ischyros; Septuaginta [menerjemahkan] "utusan". Penafsiran kami adalah [penafsiran] yang diterima oleh Katolik dan Protestant yang sealiran dengan Delitzsch ("Messianic Prophecies", p. 145). Yesaya juga menyebut sang Mesiah "cabang Yahwe" (iv, 2), i. e. yang bercabang dari Yahwe dalam arti punya kodrat yang sama dengan Yahwe. Sang Mesiah adalah "Allah Raja kita" (Yesaya., lii, 7), "sang Penyelamat dikirim oleh Allah kita" (Yes., 1ii, 10, dimana kata 'Penyelamat' adalah bentuk abstrak dari kata 'Yesus' (catatan: kata "Yesus" sendiri dalam bahasa Ibrani berbunyi kira-kira "yehoshuwa" yang berarti "Allah adalah keselamatan")); "Yahwe Allah Israel" (Yes., lii, 12): "Dia yang menjadikan engkau, Allah (Yahwe) semesta alam nama-Nya" (Yes., liv, 5)".
Para nabi lain juga sejelas Yesaya, meskipun tidak begitu terperinci dalam ramalan mereka akan Keilahian dari sang Mesiah. Kepada Yeremia, Dia adalah "Yahweh sang Adil kita" (xxiii, 6; juga xxxiii, 16). Mikha berbicara akan dua-lapis kedatangan sang Anak, kelahiranNya di Bethlehem dan prosesiNya yang abadi dari Bapa (v, 2). Nilai ke-Mesiah-an dari ayat ini dibuktikan dari tafsiran Injil Matius atas ayat tersebut (Mat ii, 6). Zakharia menulis Yahwe menyebut sang Mesiah sebagai "orang yang paling karib kepadaKu"; namun seorang yang paling karib adalah seseorang yang derajatnya sama dengan Yahweh (xiii, 7). Maleakhi berkata: "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan dihadapanKu! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam.” (iii, 1). Utusan yang disebut disini tentunya adalah St. Yohanes Pembaptis. Kata-kata Nabi Malaekhi akan adanya satu utusan [ie. Yohanes Pembaptis] ditafsirkan oleh Tuhan Kita sendiri, Yesus (Mat., xi, 10). Tapi sang Pembaptis (ie, Yohanes Pembaptis) menyiapkan jalan dihadapan Yesus Kristus. Oleh karena itu Kristus adalah pembicara kata-kata Malaekhi. Namun kata-kata Malaekhi diutarakan oleh Yahweh Allah Agung Israel. Oleh karena itu Kristus atau Mesiah dan Yahwe adalah Pribadi Ilahi yang satu dan sama. Argumen ini menjadi lebih kuat oleh fakta bahwa tidak hanya sang pembicara [dari kata-kata Mal., iii, 1] adalah Yahwe Allah Semesta Alam, yang satu dan sama dengan sang Mesiah yang jalannya dipersiapkan sang Pembaptis (ie, Yohanes Pembaptis); tapi [dari] nubuat akan kedatangan Tuhan ke kuil [terbaca adanya] peng-aplikasian kepada Mesiah sebuah nama yang hanya diberikan kepada Yahwe sendiri (catatan: maksudnya nama atau gelar "Allah semesta Alam." Gelar ini biasanya dipakaikan kepada Yahwe sendiri tapi di Mal., iii, 1 gelar tersebut dipakaikan juga kepada Mesiah. Ini menandakan bahwa Mesiah dan Yahwe adalah satu.). Nama itu muncul tujuh kali (Ex., xxiii, 17; xxxiv, 23; Is., i, 24; iii, 1; x, 16 and 33; xix, 4) diluar buku Malaekhi, dan jelas mengacu kepada Allah Israel. Nabi-nabi terakhir Israel memberikan kesaksian yang jelas bahwa Mesiah adalah Allah Israel itu sendiri. Argumen dari para nabi akan Keilahian sang Mesiah ini sangat meyakinkan bila dimengerti dalam terang wahyu Kristen, seperti yang telah kami sajikan. Daya kumulatif dari argumen ini disuguhkan dengan baik di buku "Christ in Type and Prophecy", oleh Maas.
|
Dan harus diingat MESKIPUN Trinitas tidak secara eksplisit diajarkan di Perjanjian Lama, iman Perjanjian Lama SAMA SEKALI TIDAK BERTENTANGAN dengan ajaran Trinitas. Bila di Perjanjian Lama diwahyukan bahwa Allah itu satu, iman Trinitas pun mengamini wahyu tersebut. Iman yang Trinitas tidak pernah berkata bahwa Allah itu ada tiga.
Sebagai tambahan,
Sebenarnya adalah sesuatu yang fatal sekali jika Moslem ingin berargumen bahwa karena di Perjanjian Lama iman akan Trinitas tidak ada (menurut Moslem "tidak ada" padahal sebenarnya "belum ada secara eksplisit") maka iman akan Trinitas adalah buatan manusia dan bukan dari Allah. Kenapa? Karena banyak bagian dari iman Islam yang adalah suatu iman yang jelas-jelas baru (meskipun tentunya ada kesamaan dengan iman Abraham, Musa etc).
Sebagai contoh:
1. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya suatu Kitab Suci baru (ie. Quran) di jaman Abraham, Musa atau Yesus? Tentu saja tidak?
2. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya untuk bersembahyang di Mesjid di jaman Abraham, Musa atau Yesus? Tentu tidak (umat Yahudi beribadah di Sinagoga).
3. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya untuk berhaji ke Mekkah di jaman Abraham, Musa dan Yesus? Tentu tidak
4. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya untuk pergi ke Mesjid pada hari Jumat di jaman Abraham, Musa dan Yesus? Tentu tidak (umat Yahudi beribadah di Sinagoga pada hari Sabtu)
5. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya puasa pada hari Ramadhan di jaman Abraham, Musa dan Yesus? Tentu tidak.
Dan lain-lain. Daftarnya bisa diperpanjang.
Quote: |
Buku encyclopedia of Religion mengakui:
"Theologians today are in agreement that the Hebrew Bible does not contain a doctrine of the Trinity".
(Para ilmuwan Kristen saat ini sepakat bahwa ajaran Trinitas tidak ada dalam Alkitab bahasa Ibrani /Perjanjian Lama.) |
Kutipan ini berasal dari buku Should You Believe in Trinity, bagian Is It Clearly a Bible Teaching?
Patut diperjelas apakah ajaran Trinitas yang tidak ada di Perjanjian Lama yang dimaksud para theolog tersebut adalah ajaran Trinitas secara eksplisit ataukah ajaran Trinitas secara implisit. Karena bila yang dimaksud para theolog adalah tidak adanya ajaran Trinitas secara eksplisit [tanpa terang Perjanjian Baru] tentunya kesimpulan tersebut bisa disetujui. Toh memang pada saat Perjanjian Lama terjadi Allah belum selesai mewahyukan diriNya.
Quote: |
Selanjutnya buku New Catholic Encyclopedia juga mengatakan:
"The doctrine of the Holy Trinity is not taught in thr Old Testament".
(Ajaran Trinitas tidak pernah diajarkan dalam Perjanjian Lama) |
Kutipan ini berasal dari buku Should You Believe in Trinity, dan masih dari bagian yang sama dengan yang diatas, Is It Clearly a Bible Teaching?
Tentu saja kita bisa dengan tenang mengamini tulisan dari New Catholic Encyclopedia tersebut bahwa memang ajaran akan Trinitas TIDAK diajarkan SECARA EKSPLISIT di Perjanjian Lama DENGAN EMBEL-EMBEL "Toh memang pada saat Perjanjian Lama terjadi Allah belum selesai mewahyukan diriNya."
Quote: |
Perhatikanlah apa yang disampaikan oleh para nabi yang diutus Allah dalam Perjanjian Lama:
"Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (ulangan 6:4) "Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku" (Yesaya 46:9) |
Seperti yang telah dijelaskan diatas, iman yang Katolik akan Trinitas tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan itu TIDAK Esa.
Moslem harus berhenti memfitnah, karena menurut Quran fitnah itu sangat dosa.
Quote: |
Andaikata Allah mewahyukan Trinitas kepada nabi-nabi Yahudi sebelum Yesus, sudah lama orang Yahudi menyembah Trinitas. |
Cara berpikir seperti ini sama salahnya dengan berpikiran: "Andaikata Allah mewahyukan sunat kepada nabi-nabi sebelum Abraham (Adam dan Nuh etc, yang diakui Islam sebagai nabi) tentunya sudah lama seluruh umat manusia didunia melakukan sunat (ini mengingat bahwa Adam adalah bapa semua manusia)." Nah, karena faktanya tidak semua orang didunia ini bersunat apakah kemudian Islam mau menerima konsekuensi logis dari cara pemikiran diatas dan mengakui bahwa sunat bukan hukum Allah (karena tidak diturunkan pada Adam, Nuh dan nabi lain sebelum Abraham)?
Tentunya orang Yahudi tidak mengimani Trinitas karena pada saat itu Trinitas belum diwahyukan secara eksplisit. Kepenuhan wahyu Trinitas baru ada di Perjanjian Baru (silahkan lihat berbagai kutipan dari entry-entry Catholic Encyclopedia diatas untuk menunjukan ke-ekplisit-an wahyu Trinitas di Perjanjian Baru). Setelah kepenuhan wahyu akan Trinitas didapat di Perjanjian Baru maka bisa dilihat bahwa ayat-ayat di Perjanjian Lama yang secara implisit mengajarkan Trinitas, menjadi terlihat sangat eksplisit.
Quote: |
Namun bagaimana mungkin Allah mewahyukan Trinitas kepada umat Yahudi, sementara Yesus, salah seorang anggotanya, baru lahir, lama setelah para nabi-nabi ternama seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Daud dan lain-lain tiada. |
Memang Yesus belum berinkarnasi (menjelma menjadi daging) di dunia pada jaman Perjanjian Lama, tapi itu bukan berarti Dia tidak ada sebelumnya. Adanya Yesus sebelum Dia lahir sekalipun sudah dinyatakan oleh Yesus sendiri (Yoh 8:57-58).
Lagipula, argumen "belum lahir = tidak diwahyukan Allah" ini konyol sekali. Mewahyukan sesuatu yang belum datang dan baru akan datang nantinya disebut nubuat. Islam pun mempunyai konsep nubuat (paling tidak Quran mengakui bahwa Yesus adalah Mesiah yang di-nubuatkan, Sura 4:157).
Quote: |
Tanya
Apakah Yesus mengajarkan dan mendefinisikan Trinitas kepada Murid muridnya?
Jawab
Yesus tidak pernah mengajarkan atau mendefinisikan Trinitas kepada muridmuridnya. Sebaliknya beliau mengajarkan keesaan Allah.
"Denqarlah hai oranq Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (Markus 12:29) |
Pertama-tama, ajaran Yesus dan ajaran Perjanjian Lama akan ke-esaan Allah sama sekali tidak berlawanan dengan ajaran Trinitas. Tidak seperti yang difitnahkan kebanyakan Moslem, iman Trinitas tidak menyembah TIGA ALLAH. Iman akan Trinitas menyembah Allah yang satu. Trinitas adalah tiga Pribadi dari Allah yang satu itu.
Kedua, mengenai apakah Yesus mengajarkan pada murid-muridNya iman yang Trinitas, silahkan lihat kutipan dari Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity dan Catholic Encyclopedia: The Character of Jesus Christ seperti yang telah diterjemahkan diatas.
Quote: |
Sejarawan Arthur Weigall dalam bukunya Paganism in Our Chrisrianity mengatakan :
"Jesus Christ never mentioned such a phenomenon, and nowhere in the New Testament does the word Trinity appear. The idea was only adopted by the Church three hundred years after the death of our Lord".
(Yesus Kristus tidak pernah menyinggung tentang fenomena seperti itu (Trinitas), dan kata Trinitas tidak di temukan dimana pun dalam kitab Perjanjian Baru. Ide ini baru dianut Gereja tiga ratus tahun setelah Yesus tiada) |
Bahan kutipan ini berasal dari buku Should You Believe in Trinity masih dari bagian yang sama dengan dua yang diatas yaitu dari Is It Clearly a Bible Teaching?.
Pertama-tama, istilah "Trinitas" memang bukan istilah yang ada di Kitab Suci. Namun karena wahyu ilahi tidak hanya bersumber dari Kitab Suci tapi juga dari Tradisi [lisan] Suci (seperti diimani Kitab Suci sendiri di 2 Tes 2:15) maka kalaupun kata "Trinitas" ada di Tradisi maka itu juga merupakan wahyu ilahi. Dan Tradisi Suci dari para Bapa Gereja dan Konsili Gereja menunjukkan bahwa istilah "Trinitas" adalah istilah yang sesuai wahyu ilahi. Tradisi [lisan] Suci memang tidak jarang, bahkan sangat sering, menjadikan penerang bagi Kitab Suci karena kedua-duanya adalah sama-sama berasal dari wahyu Ilahi. Back to Index
Kita bisa analogikan begini. Warna biru dulu cukup universal. Dahulu laut kita katakan berwarna biru. Telor asin, langit, seragam bawahan anak SMP, kaos home Chelsea juga semuanya dipanggil biru. Tapi kalau semua warna tersebut disejajarkan apakah warnanya benar-benar sama meskipun semuanya disebut biru? Tentu saja tidak. Biru pada laut disebut biru laut. Biru pada telor asin disebut biru telor asin, dan seterusnya. Jadi, seiring dengan berkembangnya jaman, khasanah warna kita semakin luas dan timbul suatu keperluan untuk memberi nama yang berbeda untuk warna yang mirip tapi berbeda.
Begitu juga dengan ajaran Gereja. Sebenarnya Allah mewahyukan suatu warna "biru." Semua orang kala itu, dan bahkan Kitab Suci, mengatakan, "Allah mewahyukan warna biru" titik tanpa lebih spesifik. Namun dengan berlalunya waktu muncul warna-warna lain yang mirip biru, dan bisa disebut biru, TETAPI tidak sama dengan biru yang diwahyukan Allah. Katakanlah biru yang diwahyukan Allah sebenarnya adalah biru yang identik (sama persis) dengan biru pada telor yang mengalami proses pengasinan. Kemudian ada satu orang yang mengatakan bahwa Allah mewahyukan biru yang lain, katakanlah biru Chelsea. Orang lain lagi mengatakan bahwa biru yang diwahyukan Allah adalah biru laut, dst. Nah, Gereja kemudian melakukan tugas yang diamanahkannya untuk memutuskan mana biru yang diwahyukan Allah dengan menggali dari iman para Bapa Gereja yang menjelaskan secara lebih spesifik wahyu ilahi yang tidak dijelaskan secara spesifik di Kitab Suci tersebut. Gereja lalu menetapkan bahwa biru yang diwahyukan Allah tersebut bukan biru Chelsea, atau biru laut atau biru seragam bawahan anak SMP, tetapi biru telor asin. Dan Gereja memformulasikan dalam keputusan tak bisa salahnya, "Biru yang diwahyukan Allah adalah biru telor asin."
Dari analogi ini bisa kita lihat bahwa sebenarnya biru yang diwahyukan Allah, biru yang dipahami umat yang menerima wahyu dan biru yang ditetapkan Gereja adalah biru yang sama. Langkah Gereja menambahkan kata "telor asin" bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan wahyu meskipun dalam Kitab Suci sendiri yang dikatakan hanya "biru" dan bukan "biru telor asin." Tambahan "telor asin" dipergunakan untuk lebih spesifik membedakan atau mengkontraskan apa yang pada jaman saat itu (saat timbul kerancuan biru yang mana yang diwahyukan Allah) diperdebatkan. Tapi, sekali lagi, biru yang dijelaskan Gereja sebagai biru telor asin adalah biru yang sama dengan yang diwahyukan Allah.
Dimungkinkan nanti orang-orang akan mempertanyakan lebih lanjut, "biru telor asin itu biru telor asin yang bagaimana? Kan proses pengasinan telor yang berbeda menghasilkan warna biru pada telor asin yang berbeda." Bila ini terjadi maka Gereja akan kembali memainkan perannya seperti yang selalu dilakukan olehnya (Mat 18:15-18; Kis 15) sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (1Tim 3:15). Gereja akan menggali dari Kitab Suci dan Tradisi Suci untuk menjelaskan biru telor asin yang mana yang sesuai dengan yang diwahyukan Allah.
Kedua, mengenai sang "sejarahwan" Arthur Weigall. Weigall adalah salah satu dari banyak sejarahwan yang mencoba mengkait-kaitkan setiap aspek Kristianitas dengan segala bentuk Paganism yang ada pada jaman dahulu. Orang yang mirip dengan Weigall adalah Alexander Hislop yang berupaya untuk mengkait-kaitkan praktek Katolik (ekaristi, devosi kepada Maria etc) dengan praktek-praktek Pagan (Rm Pidyarto O. Carm. membahas ini dalam buku Mempertanggungjawabkan Iman Katolik jilid kedua).
Tentu saja kalau ingin dikait-kaitkan tanpa melihat secara lebih teliti memang banyak kemiripan antara praktek-praktek dari tiap agama. Contoh yang paling klasik adalah penggunaan air. Hampir semua ritual agama-agama di dunia meng-inkorporasi-kan suatu upacara pembersihan yang menggunakan air. Dalam Kristen sendiri ada pembaptisan, dalam Kejawen ada siraman, dalam Hindu ada mandi di Sungai Gangga dan lain-lain. Semua agama memahami bahwa air mempunyai fungsi untuk membersihkan entah jiwa, tubuh, dosa, sial atau apapun. Namun apakah ini berarti bahwa ritual penggunaan air dalam Kejawen dipengaruhi Kristen? Apakah ritual Hindu dipengaruhi Kejawan? Apakah pembaptisan Kristen dipengaruhi Hindu? Dan seterusnya? Tentu tidak.
Kemiripan antar praktek satu agama dengan praktek agama yang lain sangat dimungkinkan karena umat dari agama-agama tersebut adalah sama-sama manusia dan pada dasarnya manusia mempunyai satu persamaan dalam berpikiran dan memahami fenomena-fenomena alam.
Namun disamping kemiripan tersebut praktek tiap agama tidaklah persis sama bila kita meneliti lebih lanjut secara detail. Dalam hal penggunaan air seperti yang dicontohkan diatas, ajaran Kristen (tentu saja Kristen sejati yaitu Katolik) mengajarkan bahwa baptisan tidak hanya sekedar membersihkan dari kotoran, sial, dll. Baptisan membersihkan dosa dan membuat seseorang menjadi kuil Roh Kudus dimana sang Allah tinggal didalamnya. Orang yang dibaptis juga dipenuhi rahmat pengudusan yang membuat dia layak bersekutu dengan Allah. Terbaptis juga menjadi satu manusia baru, penyerta dalam keilahian, diangkat menjadi anak Allah dan mendapatkan materai karakter Tuhan. Semua ini ada di Katekismus Gereja Katolik 1263-1268, 1272-1274. Tentunya point-point spesifik dari ajaran Kristen akan baptisan tersebut sangat lain dengan ritual pembersihan dengan air di Kejawen atau Agama Hindu atau agama lainnya.
Ketiga, Weigall juga membuat kekeliruan fatal, disamping banyak kekeliruan lainnya, dengan berkata bahwa iman akan Trinitas baru muncul 300 tahun setelah kematian Kristus. Diatas sudah ditunjukkan bagaimana Kitab Suci sendiri dan para Bapa Gereja sudah mengimani Trinitas sebelum tahun 300-an (abad ke IV).
Keempat, kalau mau dicocok-cocokkan banyak sekali praktek dan keyakinan Islam yang diambil dari budaya Pagan (atau disebut "Kafir" oleh Islam). Sebagai contoh: Ziarah ke Mekkah adalah praktek Pagan jaman pre-Islam. Ketika itu orang Arab pergi ke Mekkah dan berkumpul di Ka'bah dan berbaris sambil memanggil nama dewa mereka yang ada dalam bentuk patung berjumlah 360 buah di sekitar Ka'bah. (sumber: The Pagan sources of Islam – Silas). Praktek Berdoa 5 kali sehari adalah praktek dari aliran Sabean. (sumber: The Pagan sources of Islam – Silas dan bible.ca. Lihat #3). Beberapa persamaan keyakinan dan praktek Pagan/Kafir dalam Islam juga bisa dilihat dari dua link tersebut.
Back to Index
Quote: |
Dalam Al-Qur'an Allah menegaskan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-oranq yanq berkata: 'Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam', padahal Almasih (sendiri) berkata: 'Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu'.
'Sesungguhnya oranq yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan sorqa baginya, dan tempatnya ia(ah neraka, tidaklah ada bagi orang-oranq zalim itu seorang penolong pun." (Q.S. al-Maidah 5:72) |
Umat Kristen tidak pernah menganggap Quran sebagai Kitab Suci. Terserah Quran mau bilang apa.
Quote: |
Tanya
Bukankah Hamran Ambrie ketika ditanya oleh Prof. H.M.Rasyidi, apakah Trinitas diajarkan Yesus, menjawab Ya, dengan mengutip Matius 28:19? "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" . (Matius 28:19)
Jawab
Ayat yang dikutip Hamran Ambrie diatas adalah ayat palsu. Sebenarnya, Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15, sedangkan lima ayat berikutnya, Matius 28:16-20, adalah ayat-ayat yang baru ditambahkan oleh gereja kemudian. Mereka yang dikaruniai akal sehat dan membaca pasal 28 ini dengan cermat akan segera mendeteksi bahwa injil Matius 28:15 merupakan penutup Injil Matius.
"Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan cerita ini tersiar diantara orang Yahudi sampai saat ini". (Matius 28:15)
Perhatikan kata-kata yang tercetak tebal di atas, "cerita ini tersiar sampai saat ini" menunjukkan bahwa peristiwanya sudah lama berlaku. Ini memperlihatkan bahwa Injil ini sudah lama selesai ditulis. Cerita ini sudah menjadi cerita rakyat yang terus dipupuk selama puluhan tahun, baru kemudian ayat 16-20 ditambahkan.
Namun karena Gereja ingin menambahkan doktrin keimanan mereka dalam Injil, sehingga tanpa malu-malu mereka menambahkan ayat-ayat palsu tersebut, walaupun akhirnya janggal di kuping yang mendengarnya. |
Aku sama sekali gak tahu siapa itu Hamran Ambrie.
But anyway,
Argumentasi ini pernah di-post oleh member Moslem lain di forum ini. Aku juga sudah jawab. Agak lupa aku dimana tampatnya.
Frase "cerita ini tersiar sampai saat ini" ditulis karena memang penulisan injil Matius tersebut dilakukan SETELAH kebangkitan Kristus (menurut Catholic Encyclopedia: Gospel of St. Matthewtulisan dari Bapa Gereja Awal menunjukkan bahwa Injil Matius dikarang pada 40-45 masehi). Karena itu tentunya wajar saja penggunaan frase "cerita ini tersiar sampai saat ini."
Namun argumen si moslem tersebut ingin membuat seakan-akan penulisan injil Matius terjadi JAAAUUUUHHH setelah peristiwa kebangkitan. Dari sini moslem ingin agar orang berkesimpulan bahwa karena lamanya waktu yang berlalu sejak peristiwa kebangkitan dan penulisan Injil Matius, maka sangat dimungkinkan terjadi tambahan-tamabahan yang tidak otentik. Kesimpulan seperti itu sangat gegabah.
Pertama-tama, kalaupun injil Matius ditulis SATU HARI setelah kebangkitan Yesus maka frase "cerita ini tersiar sampai saat ini" tentunya sah-sah saja. Kedua, sekalipun Injil Matius ditulis pada tahun 2000 apakah ini berarti argumen si moslem bahwa Mat 28:16-20 adalah karangan menjadi benar? Tentu tidak. Penulisan pada saat sekarang akan suatu peristiwa yang sudah terjadi puluhan atau bahkan ribuan tahun yang lalu tidak harus secara apriori dianggap sebagai isapan jempol. Sebagai misal, Jenderal Sun Tzu sudah mati ratusan tahun yang lalu, lalu apakah tulisan mengenai Sun Tzu dan strategi perangnya yang dipublikasikan baru-baru ini langsung bisa kita anggap sebagai satu karya tulis yang sama sekali tidak benar karena dibuat ratusan tahun setelah orangnya meninggal? Tentu tidak.
Singkatnya, kebenaran dan juga kepalsuan suatu tulisan (atau ayat) tidak dapat dibuktikan hanya dengan berargumen bahwa tulisan tersebut dibuat jauh setelah peristiwanya sendiri terjadi.
Quote: |
Mengenai ayat-ayat palsu yang baru ditambahkan oleh Gereja ini, perlihatkanlah pernyataan para pakar Alkitab dan sejarah Kristen seperti Hugh J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament, hal 124:
"This (Matthew 28:15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) from the nature of what is said, would the be a latter addition"
(Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian. ) |
Kita bisa bertanya kepada Schonfield (dan si Moslem yang mengutip Schonfield) "kandungan isi" yang mana yang membuat dia berkesimpulan bahwa Mat 28:16-20 hanyalah tambahan dan bukan bagian asli injil Matius? Karena memang mudah untuk membuat sembarang kesimpulan tapi untuk membuktikan kebenaran kesimpulan itu jauh lebih susah.
Embel-embel "pemenang nobel" yang dimiliki Schonfield pun sama sekali tidak membuat setiap kata yang dia tulis sebagai kebenaran. Kredibilitas dari apa yang ditulisnya harus dibuktikan terlebih dahulu. Terutama karena dijaman sekarang ini banyak para "ahli," bahkan dari kalangan Gereja sendiri, yang mempunyai pandangan yang tidak sesuai dengan iman ilahi Gereja. Back to Index
Patut diketahui bahwa Matius 29:16-20, terutama ayat 19-20, adalah ayat yang paling sering diserang tidak hanya oleh modernist atau liberal, tapi juga oleh Protestant denominasi tertentu. Ini karena sebagian Protestant (Calvinist, Baptist, Pentacostal, Charismatics) tidak mengimani baptisan sebagai sakramen. Mereka menganggap baptisan hanyalah satu ritual yang tidak menyelamatkan apalagi menghapuskan dosa (karena itulah ada sebagian Protestant ada yang berdiam diri ketika "aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa" diucapkan dalam syahadat Nicea-Konstantinopel). Sedangkan di sisi lain seruan Yesus di Mat 28:19-20 merupakan pukulan telak atas ajaran manusiawi mereka bahwa baptisan tidak diperlukan.
Bukti awal akan ajaran baptisan yang sudah sesuai dengan Mat 28:19-20 didapat dari kitab Didache yang ditulis tahun 70 masehi. Berikut juga disertakan bukti-bukti dari Bapa Gereja Awal, perhatikan tahunnya:
Setelah instruksi berikut, baptislah dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam air yang hidup [mengalir]. Jika engkau tidak mempunyai air hidup, maka baptislah dengan air lain, dan kalau kau tidak bisa [membaptis] dalam [air] dingin, [lakukan dengan air] panas. Jika kau tidak punya semuanya, tuangkanlah air tiga kali diatas kepala, dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Sebelum pembaptisan, biarlah yang membaptis dan yang akan dibaptis berpuasa, dan juga siapapun yang mampu. Perintahkan yang dibaptis untuk berpuasa sebelumnya selama satu atau dua hari (Didache 7:1 [A.D. 70]).
Kemudian mereka dibawa kepada kita dimana ada air, dan diregenerasikan dengan cara yang sama seperti kita dulu di regenerasi. Karena dalam nama Allah, sang Bapa dan Tuhan semesta Alam, dan dalam [nama] penyelamat kita Yesus Kristus, dan [dalam nama] Roh Kudus, mereka kemudian menerima pencucian oleh air. Karena Kristus juga berkata, "Kecuali engkau lahir kembali, kamu tidak akan memasuki Kerajaan Allah." (Justin Martyr, First Apology,61[A.D. 155]),
Kemudian kata Yesus kepada mereka, "Aku telah diberi semua kuasa di surga dan Bumi; dan seperti BapaKu yang mengirim aku, aku juga akan mengirim kalian. Pergilah sekarang ke seluruh dunia dan kabarkanlah injilKu (kabar baik-Ku) kepada semua ciptaan; dan ajarlah semua orang, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka untuk mentaati semua yang sudah Aku perintahkan kepada kalian; dan lihatlah, Aku bersama kalian di semua hari, sampai akhir dunia (Tatian The Syrian, The Diatesseron 55 [A.D. 170]).
Kami telah menerima baptisan... bagi pengampunan dosa-dosa dalam nama Allah Bapa, dan dalam nama Yesus Kristus sang Anak Allah, yang menjelma menjadi daging dan mati dan bangkit kembali, dan dalam [nama] Roh Kudus" (Irenaeus, Presentation of the Apostolic Preaching,41[A.D. 190])
|
Semua diatas adalah dari Bapa Gereja Awal yang mengamini perintah Mat 28:19-20 di tahun 100-an. Suatu tahun yang dekat dengan jaman Yesus dan rasuli dimana para saksi hidup segala perbuatan dan perkataan Yesus masih ada.
Tentunya masih banyak yang lain diatas tahun 100-an. Silahkan mengunjungi link berikut untuk melihat iman para Bapa Gereja Awal akan pembaptisan dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus seperti diperintahkan di Mat 28:19-20 (kutipan yang aku terjemahkan diatas juga berasal dari dua sumber dibawah):
http://www.cin.org/users/jgallegos/tribap.htm
http://www.catholic.com/library/Trinitarian_Baptism.asp
|
Quote: |
Selanjutnya, Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvards, dalam bukunya The Five Gospels, mengomentari ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut :
"The great commission in Matthew 28:16-20 have been created by the individual evangelist...reflect the evangelist idea of launching a word mission of the church. Jesus probab(y had no idea of launching a world mission and certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct instruction from jesus".
(Perintah utama dalam Matius 28:18-20....diciptakan oleh para penginjil....memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk menganjarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). Ayat ini tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus.) |
Robert Funk adalah tokoh yang cukup terkenal karena dia adalah.......... pelopor dari The Jesus Seminar yang super bidat!!! Fakta ini saja membuat kita tak perlu repot-repot menanggapi apapun yang dia tulis mengenai Kristianitas.
Namun memang sebaiknya kita tidak terjerumus ke Ad Hominem, yaitu menyerang orangnya dan bukan argumennya. Sayangnya kutipan Funk yang dipakai si Moslem tersebut sama sekali tidak menjelaskan argumen apa yang dipakai Funk untuk tiba pada kesimpulan-kesimpulan bahwa Yesus tidak mungkin memiliki ide untuk mengajarkan ajaranNya ke seluruh dunia, Yesus bukan pendiri agama Kristen dan Mat 28:16-20 sama sekali bukan omongan Yesus tapi tambahan si penulis Injil (ie. Matius).
Nah, karena si Moslem yang mengutip Funk merasa bahwa dengan mengutip tulisan Funk diatas, tanpa menunjukkan argumen apa yang diajukan Funk, orang akan yakin akan kesalahan ajaran Trinitas [apalagi Funk kan seorang "Professor Ilmu Perjanjian Baru" dari "Universitas Harvards" yang terkenal] maka si Moslem mencoba untuk berargumen berdasarkan otoritas dan kredibilitas seorang Funk. Dan karena ternyata terbukti bahwa Funk tidak punya kredibilitas apalagi otoritas mengenai Kristianitas, maka bukanlah Ad Hominem untuk menunjukkan kecacatan dari seorang Funk.
Berikut adalah terjemahan satu artikel mengenai Robert Funk dan Jesus Seminar-nya dari majalah This Rock:
Ketika para pelajar dari Jesus Seminar mengadakan konferensi mereka di Canada beberapa bulan yang lalu, beberapa dari mereka diwawancarai oleh Canadian Broadcasting Corporation di studio stasiun tersebut di Ottawa. Salah satu yang diwawancarai adalah Robert Funk, seorang professor Perjanjian Baru yang adalah pengatur utama dari konferensi tersebut. Beberapa dari komentar-komentarnya di depan kamera menyingkapkan [beberapa hal penting].
Sang pewawancara, Marguerite McDonald, bertanya kepadanya bagaimana para pelajar Jesus Seminar memutuskan satu point yang terpelajar. "Kami biasanya melakukan pemungutan suara atas pertanyaan-pertanyaan penting yang diajukan" dalam kertas-kertas yang ada di konferensi tersebut. "Pemungutan suara adalah satu cara bagi kita untuk menentukan apakah ada kemufakatan yang terpelajar atas suatu topik tertentu."
Funk berkata bahwa para pelajar "memiliki sekitar empat puluh aturan pembuktian yang kami ikuti" ketika memutuskan apakah satu perkataan yang digunakan oleh Yesus benar-benar diucapkan olehNya. Salah satu aturan menyebutkan bahwa "tradisi akan Yesus ditransmisikan untuk dua atau tiga dekade secara lisan sebelum apapun dituliskan" (penekanan kata oleh dia sendiri).
Sebuah aturan yang sia-sia, tentunya, dan suatu aturan yang secara psikologi keliru. Ingat bahwa para pelajar Jesus Seminar harus berpatokan: bahwa Injil ditulis jauh-jauh hari, didasarkan atas ingatan yang bisa keliru, dan dibumbui oleh umat Kristen yang terlalu saleh. Jika kita menyetujui semua itu maka kita akan berkesimpulan bahwa Injil-injil tidak reliabel dan hampir tidak memberitahukan kita apapun yang bisa kita label sebagai fakta.
Jadi kenapa aturan sia-sia mereka ini keliru? Karena manusia tidak berlaku seperti itu. Manusia TIDAK mendengar firman-firman sang Putra Allah dan TIDAK menuliskan satupun darinya bagi generasi berikutnya…
Adalah suatu keanehan sifat manusia bila beberapa saat waktu Yesus berbicara tidak adaseorangpun yang mencatat satupun perkataan Yesus ketika kata-kata tersebut masih segar di ingatan. Perhatikan juga bagaimana para pengikut guru-guru [spiritual] modern mencatat setiap perkataan paling sederhana yang dikatakan mereka; tentunya kita tidak begitu terkejut akan tindakan mencatat mereka, jadi kenapa kita tidak meyakini bahwa murid-murid Yesus tidak berlaku seperti itu?
Ketika diminta untuk memberi contoh perkataan Yesus yang pasti tidak benar-benar diucapkan Yesus, Robert Funk berkata, "satu yang kita semua setuju adalah perintah besar yang kita temukan di akhir injil Matius, dimana Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk pergi dan mentobatkan dunia. Kami hampir pasti bahwa Yesus tidak mengorganisasikan sebuah institusi; Dia tidak punya rencana akan suat misi dunia."
Hal paling ramah yang bisa dikatakan [atas ucapan tersebut] adalah bahwa [ucapan tersebut] hanyalah sebuah prasangka. Lihat saja cara berpikirnya: Kita tahu bahwa Yesus tidak mendirikan Gereja, dan kita tahu bahwa Dia tidak tertarik supaya semua orang menjadi Kristen, jadi Dia tidak mungkin mengatakan apa yang dituliskan Matius.
Funk berkata bahwa selama di universitas dia menyadari "bahwa hal-hal yang aku pelajari dari gerejaku tidaklah benar.... Aku membutuhkan beberapa tahun untuk pulih dari kejutan keras tersebut, dan aku memutuskan untuk mengabdikan hidupku untuk membantu yang lain untuk melaluinya secara sama." Sungguh baik sekali dia—dan sungguh baik sekali bagi Jesus Seminar untuk meletakkan kepada umat Kristen tak bersalah keraguan-keraguan, kebingungan-kebingungan dan fantasi-fantasi mereka.
|
Quote: |
Meskipun seandainya ayat tersebut diucapkan Yesus, belum dapat dianggap sebagai rumusan Trinitas, sebab ayat ini hanya menyebut tiga oknum, dan tidak pernah mengatakan bahwa yang tiga tersebut adalah satu. |
Untuk bukti-bukti ajaran Trinitas dimana ada tiga pribadi dalam Allah yang satu silahkan melihat ke kutipan-kutipan dari entry-entry Catholic Encyclopedia yang sudah diterjemahkan diatas. Untuk yang lebih spesifik akan ajaran yang Trinitas dari Mat 28:20 berikut aku copy/paste dari kutipan entry The Blessed Trinity dari Catholic Encyclopedia. Agar tidak scroll-up and down, ini aku kutip lagi bagian yang relevan:
Bukti dari Injil terkulminasi pada perintah pembaptisan di Matius 28:20. Ini menjadi jelas dari narasi para Penginjil bahwa ristus hanya membuat kebenaran agung diketahui oleh para dua belas [rasul] langkah demi langkah. Pertama Dia mengajarkan mereka untuk mengenali dalam diriNya sendiri sang Putra Abadi Allah. Ketika pelayananNya hampir berakhir, Dia menjanjikan bahwa sang Bapa akan mengirimkan Pribadi Ilahi yang lain, sang Roh Kudus, sebagai gantiNya. Pada akhirnya setelah kebangkitanNya, Dia mewahyukan ajaran tersebut secara eksplisit, dengan berpesan kepada mereka "pergi dan ajaralah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus" (Matius 28:18). Kekuatan dari perikop ini sangat berketetapan. Bahwa "Bapa" dan "Putra" adalah Pribadi yang berbeda dapat disimpulkan dari kalimat itu sendiri, yang [bersifat]mutually exclusive. Penyebutan Roh Kudus dalam seri yang sama, dimana namanya dihubungkan dengan kata penghubung "dan. . . dan" adalah bukti bahwa kita punya seorang Pribadi Ketiga yang ber-koordinasi dengan Bapa dan Putra, dan ini mengecualikan anggapan bahwa para rasul memahami Roh Kudus tidak sebagai pribadi yang berbeda, tapi [para rasul malahan menganggap Roh Kudus] sebagai Allah dipandang dari tindakanNya atas mahkluk-mahkluk
Frase "dalam nama" (eis to onoma) mengkonfirmasi ke-Allah-an dari pribadi-pribadi dan kesatuan mereka dalam kodrat. Diantara para umat Yahudi (ie. penganut Yudaisme) dan dalam Gereja Rasuli, nama Ilahi adalah perwalian dari Allah. Dia yang punya hak untuk menggunakannya (nama Ilahi) diberi kekuasaan yang sangat besar: karena dia bersenjatakan kuasa adikodrati (supernatural) dari dia yang namanya diwakilkan. Adalah sangat menakjubkan bahwa frase "dalam nama" dipergunakan disini, kalau tidak dimaksudkan bahwa semua Pribadi sama-sama Ilahi. Terlebih, penggunaan kata tunggal "nama," dan bukan kata jamak, menunjukkan bahwa Tiga Pribadi ini adalah Satu Allah yang Maha Kuasa yang dipercayai semua Rasul. Dan memang kesatuan Allah adalah satu ciri fundamental dari orang Ibrani dan agama Kristen, dan dikonfirmasi oleh banyak perikop dari Perjanjian Lama dan Baru, sehingga sembarang penjelasan yang tidak konsisten dengan ajaran ini (ie. ajaran akan kesatuan Allah) sama sekali tidak bisa diterima.
|
Quote: |
Tanya
Apakah murid-murid Yesus mengajarkan Trinitas?
Jawab
Murud-murid Yesus adalah orang-orang Yahudi. Mereka tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada golongan mereka. Apa yang mereka ajarkan adalah ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus kepada mereka. Dari ratusan Injil yang tertulis di abad pertama sampai awal abad keempat, tidak satu pun yang mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus di sembah. Pemimpin murid-murid Yesus sepeninggal Yesus adalah adiknya sendiri, Yakobus, yang mengajarkan Tauhid sebagaimana yang diajarkan Yesus. |
Si Moslem mencoba berargumen bahwa karena dari ratusan "injil" yang tertulis di abad pertama sampai awal abad keempat tidak ada satupun yang mengatakan Yesus adalah Tuhan, maka ajaran akan Trinitas (dimana termasuk didalamnya ke-Tuhan-an yesus) bukanlah ajaran para rasul.
Sebelum kita menyanggah argumen Moslem sebaiknya kita jelaskan pada si Moslem apa itu "injil" karena sepertinya dia tidak mengerti beda antara "injil" dan Alkitab. Ini terlihat dari ucapannya bahwa ada ratusan injil. Ini sangat keliru. Disamping injil-injil asli, Injil yang palsu pun jaman dahulu tidak sampai ratusan. Kalau tulisan-tulisan Kristen awal (termasuk buku tentang kisah kehidupan Yesus [ie, injil], kisah rasul-rasul, surat-surat rasuli, buku-buku apokaliptik dan lain-lain baik yang kanon maupun tidak) mungkin memang jumlahnya ratusan lebih.
Kebanyakan Moslem menyamakan "injil" dengan "Alkitab," padahal keduanya beda. Injil hanyalah buku yang berkisah tentang kehidupan Yesus. Dalam Alkitab sendiri buku yang berkisah tentang kehidupan Yesus hanya ada empat buah. Sedangkan buku-buku Perjanjian Lama, surat-surat apostolik dan wahyu apostolik (kitab Wahyu) sama sekali bukan injil, tapi, seperti injil, sama-sama dianggap sebagai tulisan yang diilhami atau diinspirasikan Allah.
Namun karena si Moslem secara salah mengklaim bahwa diantara ratusan "injil" tidak ada yang menyebutkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang patut disembah, maka biarlah kita anggap yang dia maksudkan memang benar-benar injil dalam artian buku mengenai kisah kehidupan Yesus. Nah, dengan mengkoreksi definisi "injil" dari Moslem tersebut maka tentunya aku akan sangat terbatasi dalam upaya menyanggah argumen si Moslem. Kenapa? Karena buku kanonik atau non kanonik yang benar-benar injil (menuliskan kisah kehidupan Yesus) lebih sedikit daripada total seluruh tulisan Kristen awal yang didalamnya termasuk buku tentang kisah kehidupan Yesus (ie, injil), kisah rasul-rasul, surat-surat rasuli, buku-buku apokaliptik dan lain-lain. Jadi sumber dimana aku harus membuktikan kesalahan argumen moslem menjadi lebih terbatas. Namun tidak masalah. Kebenaran akan tertunjukkan.
Sekarang kita akan lihat apakah klaim Moslem bahwa tidak satupun injil (yang kanonik maupun tidak) menyebutkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang patut disembah adalah klaim yang benar.
Well, pertama-tama, paling tidak empat injil ASLI, seperti yang diimani Gereja, menunjukkan bahwa para rasul mengajarkan doktrin Trinitas. Bukti-bukti ajaran Trinitas di empat injil asli bisa dilihat di kutipan Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity. Matius, penulis Injil Matius adalah rasul Yesus.Markus, penulis Injil Markus, adalah semacam sekretaris dan murid dari Rasul Petrus sendiri. Lukas, penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, adalah murid Paulus yang adalah seorang dokter medis (Kol 4:14). Yohanes, penulis Injil Yohanes adalah rasul Yesus sendiri. Jadi paling tidak 2 rasul Yesus (Matius dan Yohanes) plus dua pengikut Rasul Yesus yang menulis keempat injil, mengajarkan ajaran Trinitas. Yang paling gamblang adalah dari Rasul Thomas sendiri yang langsung meyebut Yesus Allah (Yoh 20:28)
Kedua, selain empat injil ASLI ada banyak sekali injil-injil palsu. Injil-injil palsu tersebut biasanya dibuat oleh para bidat untuk membenarkan bidat mereka. Tapi kadang-kadang banyak juga umat Kristen yang Katolik membuat injil palsu. Mengapa? Agar ketika serdadu Romawi atau Yahudi memerintahkan mereka untuk menyerahkan Kitab Suci, mereka bisa menyerahkan injil-injil palsu tersebut dan bukannya yang asli.
Beberapa injil palsu yang bisa ditemui di NewAdvent.org, ada di bagian "Apocrypha." Disitu ada enam injil yang tidak termasuk kanon Kitab Suci (tidak diakui Gereja karena ditulis para bidat atau tidak apostolik): Gospel of Peter (c. 190) yang dibuat para bidat Docetist, Gospel of Thomas (c. 200) yang dibuat para bidat Gnostik, Gospel of Nicodemus (c. 150-400), Gospel of Pseudo-Matthew (c. 400),arabic Gospel of the Infancy of the Saviour (c. 600) dan terakhir Gospel of the Nativity of Mary (tahun tidak diketahui)
Nah, benarkah argumen Moslem bahwa dari ratusan injil (asli atau palsu) tidak ada yang mengatakan bahwa Yesus itu Tuhan yang harus disembah? Setelah aku selidiki dari enam injil non-kanonik diatas paling tidak ada SATU injil dibawah tahu 400-an yang jelas-jelas menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, satu-satunya yang patut disembah (yang lainnya sebenarnya secara implisit juga menyatakan seperti itu dengan penggunaan gelar "Anak Allah" atas Yesus, tapi karena nanti si Moslem cerewet, dan karena satu saja sudah cukup untuk menyanggah klaim Moslem, maka aku tidak akan menyebut yang lainnya):
Gospel of Thomas (c. 200) Bab 8. Bagaimana Yesus menyembahkan kaki seorang bocah laki-laki. Dan beberapa hari sesudahnya, seorang bocah laki-laki di desa tersebut sedang memecah kayu, dan [dia tidak sengaja] mengenai kakinya. Dan banyak kerumunan pergi ke dia, dan Yesus pergi bersama mereka. Dan dia menyentuh kaki yang terluka, dan dengan segara kaki itu menjadi utuh. Dan Yesus berkata kepadanya: Bangun, dan pecahlah kayu tersebut, dan ingatlah aku. dan ketika kerumunan itu melihat keajiaban yang dilakukan olehya, mereka meng-adorasi Yesus (catatan: "adorasi" adalah pemujaan yang hanya diperuntukkan bagi ilah), dan berkata: Memang kami benar-benar yakin bahwa engkaulah Allah.
|
Nah, dari injil yang tidak kanonik pun ternyata bisa dibuktikan betapa salahnya klaim si Moslem bahwa tidak ada injil yang menyatakan bahwa Yesus itu Tuhan.
Quote: |
Sejarah memperlihatkan bahwa ajaran tentang Trinitas mulai berkembang setelah Paulus mengawinkan ajaran Yahudi dengan ajaran penyembah berhala, agar cocok dan dianut oleh penyembah berhala di bangsa-bangsa selain Israel. |
Sejarah yang mana?
Sudah dibuktikan bahwa para rasul pun mengimani trinitas sehingga trinitas tidak berasal dari Paulus saja.
Dan patut diketahui bahwa pemikiran bahwa Paulus-lah yang merusak pesan Yesus dengan mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan yang diajarkan Yesus adalah pemikiran yang diwarisi Islam dari sebuah sekte Ebionit. Quran sendiri tidak pernah menuduh Paulus yang mendistorsi ajaran Yesus. Nama Paulus sendiri tidak ada di Quran.
Quote: |
Ajaran Trinitas menuju dan mencapai formulasi akhir setelah orang-orang Romawi dan Mesir memasukkan ajaran penyembah berhala ke dalam ajaran Kristen. |
Sudah ditunjukkan diatas bahwa agama polytheist Romawi dan Mesir sama sekali berbeda dengan ajaran yang Katolik dan Apostolik akan trinitas.
Quote: |
Perhatikanlah khotbah Petrus di Tripoli, Libia, yang diabadikan kedalam kitab Pseudoclementine Homilies 11:35.
"Our Lord and Prophet (Yesus), who has sent us, declared to us that the Evil One, having disputed with him forty days, but failing to prevail against him, promise He would send Apostles from amonq his subjects to device them. Therefore, above all, remember to shun any Apostle, teacher, or prophet who does not accurately compare his teachinq with (that of) James....the brother of our Lord....and this, even if he comes to you with recommendations"
("Tuan dan nabi kita (Yesus), yang mengirim kami, menyatakan kepada kami bahwa Setan berdebat dengannya selama 40 hari, tetapi gagal mengalahkannya, dia berjanji (setan) akan mengirim rasul-rasul dari golongannya untuk menyesatkan mereka (pengikut-pengikut Yesus). Oleh karena itu sangat penting untuk di ingat, agar menghindari rasul, guru, atau (yang mengaku) nabi yang ajarannya tidak sesuai dengan ajaran (tauhid) Yakobus....saudara tuan saya (Yesus)....walaupun dia datang kepadamu dengan mengatakan bahwa dia sudah direstui".)
Dengan memperhatikan khotabah Petrus diatas dengan mudah kita menebak siapa rasul, guru dan nabi palsu yang dia maksudkan. |
Aku lacak dengan google dan menemukan bahwa orang yang menggunakan Pseudo Clementine untuk berargumen bahwa Yesus bukan Allah namun hanya nabi, adalah seseorang bernama Allan Cronshaw (lihat disini, disini dan disini). Di tiga link tersebut tulisan Allan Cronshaw di copy/paste lengkap. Dua link pertama adalah dari website Ebionite. Link ketiga adalah milik seorang Protestant bernama James pemimpin dan pendiri New Covenant Movement yang juga dikenal sebagai TheWay (The Way). Dia merasa bahwa umat kristen sekarang telah keluar dari ajaran "Yeshua" dan dia datang untuk mengembalikan ajaran yang hilang tesebut. IMO seorang yang sakit jiwa.
Dari Catholic Encyclopedia: Clementine diketahui bahwa Pseudo Clementine sendiri adalah semacam kitab roman yang mengajukan ide-ide fiksi tentang berbagai isu Kristianitas. Kitab ini digunakan oleh sekte Ebionit yang sangat anti Paulus dan ingin agar pengikut Kristus tetap mengikuti Perjanjian Lama. Bahkan di Pseudo Clementine, Paulus diidentikkan dengan Simon Magus (Kis 8:9-24). Ini karena menurut sejarah dan tradisi Simon Magus ternyata tidak benar-benar bertobat dan kembali kepada jalannya yang sesat.
Tentunya para sekte bidat suka membuat kitab-kitab sendiri (sekte Gnostik dengan Injil Thomas-nya, sekte Docetist dengan Injil Petrus-nya, para Nestorian dengan Kisah Bartolomeus-nya dan lain-lain) dan tentunya kitab-kitab seperti itu sama sekali bukan Kitab Suci. Pseudo Clementine adalah satu dari banyak macam tulisan-tulisan yang bukan Kitab suci yang beredar di kalangan sekte-sekte purba (sekte Ebionit pembenci Paulus menggunakan Pseudo Clementine).
Pengarang dari Pseudo Clementine adalah seorang Katolik yang Arian. Ke-Katolik-an si pengarang terlihat dari tulisannya akan sistem hierarkhi Gereja Katolik (dimana Petrus menempatkan Uskup-uskup di setiap kota dengan Romo dan Diakon dibawah para Uskup), eksistensi Yesus sebelum Dia dilahirkan, Inkarnasi, mukjijat Yesus yang dikandung dari Roh Kudus oleh perawan Maria dll.Semuanya adalah point-point iman yang berlawanan dengan ajaran Islam. Sehingga merupakan tindakan bunuh diri jika Moslem bersikeras bahwa Pseudo Clementine menunjukkan iman Islam yang sejati. Terlebih Pseudo Clementine juga mengatakan bahwa Allah mempunyai bentuk dan tubuh. Ini juga sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Namun memang karena penulisnya yang Arian, Pseudo Clementine sendiri banyak mengandung materi-materi yang Arian. Antaranya menyebut Yesus sebagai "true prophet." Dan inilah yang membuat si Moslem, tanpa pikir panjang, mengajukan Pseudo Clementine sebagai bukti bahwa ajaran Kristus adalah anti-Trinitas.
Dan tampaknya si moslem berusaha mengarahkan kita bahwa rasul, guru dan nabi palsu yang mengacaukan ajaran Kristus adalah Paulus, persis dengan sikap Ebionit. Padahal dalam Quran sendiri nama Paulus tidak pernah diucapkan. Jadi terlihat bahwa moslem hanya mewarisi kebencian tak beralasan akan Paulus dari sebuah sekte, sementara Quran sendiri tidak pernah mengajarkan untuk membenci apalagi mengecam Paulus. Ini adalah sebuah sikap yang sama sekali tidak masuk akal dan menggelikan.
Quote: |
Encyclopedia of Religion and Ethics menjelaskan berikut ini :
"At first the Christian faith was not Trinitarian....lt was not so in the apostolic and sub aposto(ic ages, as reflected in the (New Testament) and other early Christian writings".
(Pada mulanya keimanan Kristen bukan Trinitas....Tidak ada ajaran Trinitas di zaman murid-murid Yesus maupun sesudahnya, sebagaimana yang dapat dilihat dalam (Kitab Perjanjian Baru) maupun karya para penulis Kristen (saat itu).) |
Lagi-lagi materi dari Should You Believe in Trinity di bagian Is It Clearly a Bible Teaching.
Untuk ini aku sajikan terjemahan dari materi di website bible.ca yang menunjukkan konteks dari kutipan Encyclopædia of Religion and Ethics karangan James Hasting tersebut. Melihat konteksnya kita akan sadar bagaimana Saksi Yehuwa, yang dikutip si Moslem, telah melakukan kutipan yang tidak bertanggungjawab:
Ekonomi dan esensial dari trinitas: - (a) Transisi dari Trinitas dari pengalaman kepada Trinitas dari dogma bisa digambarkan dengan istilah lain sebagai suatu transisi dari trinitas ekonomik atau dispensasional ke Trinitas yang esensial, immanent atau ontologikal. Pada mulanya iman Kristen tidaklah Trinitas dalam artian yang ontologis yang kaku. Tidaklah begitu di jaman-jaman kerasulan dan jaman sesudah kerasulan, seperti dicerminkan dalam Perjanjian Baru yang Apostolik dan tulisan-tulisan Kristen awal lainnya. Juga tidaklah begitu di jaman para apologist Kristen (catatan: maksudnya yang "tidaklah begitu" adalah kegamangan dari ajaran Trinitas di jaman apologis Kristen. Jadi di jama apologist Kristen awal Trinitas tidaklah gamang. Yang dimaksud apologist Kristen adalah para apologis Kristen awal seperti Justin Martyr, Tertullian dll). Dan bahkan Tertullian, yang meletakkan dasar-dasar ajaran yang orthodoks,mengetahui cukup sedikit akan Trinitas yang ontologis begitu juga para apologist lainnya; [pengetahuan Tertullian akan Trinitas] masih dalam ekonomi atau suatu konsepsi yang relatif dari theologi Yohanes [penginjil] dan [rasul] Paulus. Begitu Harnack berpegang, dan dia (Harnack) berkata lebih lanjut bahwa sejarah keseluruhan dari dogma Kristologis dan Trinitas yang berawal dari Athanasius sampai Agustinus adalah sejarah penggantian konsep Logos oleh sang Putra, oleh substitusi dari Trinitas yang immanent dan absolut dari [pemahaman awal akan] Trinitas [secara] ekonomi dan relatif. Bagaimanapun doktrin [yang] ortodoks dalam bentuknya yang telah berkembang adalah esensi Trinitas dan bukannya perwujudan [Trinitas], [maksud esensi Trinitas] adalah berkaitan dengan Entitas Allah sebagai sesuatu yang subyektif dan bukannya obyektif. Dan, hanya karena dua artian Trinitas –[yang juga bisa disebut] artian teoritis dan praktis- diperbedakan secara tajam di pemikiran Kristen modern, akan lebih baik bila istilah "Trinitas" digunakan pada Trinita dari wahyu [ilahi] (atau doktrin akan tiga-lapis perwujudan satu diri Allah), dan istilah 'Triunity' (cf. Jerman Dreienigkeit) diadopsi sebagai Triniti yang esensial (atau doktrin akan tiga-persona kodrat Allah). (Encyclopædia of Religion and Ethics, James Hastings, Trinity, p 461)
|
Terus terang memang cukup membingungkan, namun pada dasarnya yang dikatakan Hasting adalah iman akan Trinitas adalah suatu iman yang mengalami perkembangan dari jaman Alkitabiah (PL dan PB) ke jaman Gereja Awal. Suatu perkembangan bukan berarti sesuatu yang sama sekali baru. Maksudnya, wahyu akan Trinitas sendiri tidaklah baru tapi pemahaman akan wahyu yang tidak baru tersebut mengalami perkembangan. Perkembangan ini diakibatkan oleh semakin majunya pengetahuan filsafat dan secara tidak langsung juga diakibatkan oleh pergolakan Gereja dengan ajaran-ajaran yang bidaah. Karena itu pemahaman Trinitas jemaat awal tidak se-spesifik dan secermat pemahaman Trinitas dari jemaat yang lebih lanjut. Namun pemahaman yang lebih lanjut pun tidak boleh bertentangan dengan esensi dari pemahaman awal, karena bila terjadi pertentangan maka itu disebut suatu "perubahan" bukan "perkembangan" (silahkan lihat kembali analogi "biru telor asin" yang aku tuliskan diatas).
Hasting dengan tepat menuliskan ini dalam Encyclopædia of Religion and Ethics tulisannya. Namun Saksi Yehuwa secara tidak jujur menghilangkan bagian-bagian tertentu sehingga seakan-akan Hasting berpendapat bahwa Trinitas adalah sesuatu yang benar-benar baru muncul setelah jaman apostolik.
Konteks lebih luas dari tulisan Hasting yang dikutip Saksi Yehuwa bisa dibaca di link bible.ca.
Quote: |
Tanya
Apakah Paulus sebagai pendiri agama Kristen mengajarkan dan memformulasikan Trinitas?
Jawab
Paulus (5-67M) tidak pernah mengajarkan dan memformulasikan Trinitas . silahkan baca surat-suratnya kepada orang-orang Romawi di Roma, Korintus, Filipi, Efesus dan lain-lain, anda tidak akan menemukan secuil pun ajaran Trinitas di dalamnya. Malah sebaliknya Paulus menekankan keesaan Tuhan. |
Silahkan lihat Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity untuk melihat bagaimana dalam tulisannya pun Paulus mengimani doktrin Trinitas. Agar pembaca tidak bolak-balik, maka berikut dikutipkan kembali bagian yang relevan:
Pada sisa dari tulisan Perjanjian Baru berbagai perikop menunjukkan bagaimana jelas dan definitif keyakinan Gereja Rasuli dalam tiga Pribadi Ilahi. Dalam beberapa teks, koordinasi antara Bapa, Putra, dan Roh menghilangkan keraguan mengenai apa yang dimaksudkan sang penulis. Karena itu di II Korintus 13:13, St. Paulus menulis: "rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan dengan Roh Kudus bersamamu semua." Disini struktur kalimat menunjukkan bahwa sang rasul berbicara mengenai tiga Pribadi yang berbeda. Terlebih, karena nama Allah dan Roh Kudus adalah sama-sama nama Ilahi, maka Yesus Kristus juga dipandang sebagai Pribadi Ilahi. Begitu juga di 1 Korintus 12:4-11: "Ada rupa-rupa rahmat, tapi Roh yang satu; dan ada rupa-rupa pelayanan, tapi Tuhan yang sama; dan ada rupa-rupa operasi, tapi Allah yang sama, yang mengerjakan semua[nya] dalam semua [pribadi-pribadi]." (Cf. juga Efesus 4:4-6; 1 Petrus 1:2-3.)
Tapi terlepas dari perikop-perikop seperti ini, dimana ada penyebutan jelas akan Tiga Pribadi, ajaran Perjanjian Baru mengenai Kristus dan Roh Kudus bebas dari semua ambiguitas. Mengenai Kristus, para rasul menggunakan gaya bahasa [dalam berbicara denganNya] yang bagi orang yang dibesarkan dalam iman Ibrani, jelas-jelas menunjukkan keyakinan akan Ke-IlahianNya. Contohnya adalah penggunaan Doksologi kepadaNya. Doksologi, "KepadaNya kemulian selamanya" 9cf. 1 Tawarikh 16:38; 29:11; Mazmur 103:31; 28:2), adalah sebuah ekspresi pujian yang hanya diberikan kepada Allah. Di Perjanjian Baru kita menemukan [doksologi tersebut] digunakan tidak hanya kepada Allah Bapa, tapi juga pada Yesus Kristus (2 Timotius 4:18; 2 Petrus 3:18; Wahyu 1:6; Ibrani 13:20-21), dan juga kepada Allah Bapa dan Kristus bersamaan (Wahyu 5:13; 7:10). Tidak kurang meyakinkannya adalah penggunaan gelar Tuhan (Kyrios). Istilah ini mewakili kata Ibrani adonai, seperti juga Allah (theos) mewakili Elohim. Dua-duanya (Adonai danElohim) adalah nama yang sama ilahinya (cf. 1 Korintus 8:4). Dalam tulisan-tulisan rasuli Theoshampir dapat dikatakan mendapat perlakuan sebagai satu nama yang layak untuk Allah Bapa, danKyrios [adalah nama yang layak] bagi sang Putra (lihat, sebagai contoh, 1 Korintus12:5-6); hanya di beberapa perikop kita temukan penggunaan Kyrios bagi Bapa (1 Korintus 3:7; 7:17) ataupun [penggunaan] theos bagi Kristus. Para rasul waktu demi waktu mengenakan kepada Kristus perikop-perikop Perjanjian Lama dimana Kyrios digunakan, sebagai contoh, 1 Korintus 10:9 (Bilangan 21:7), Ibrani 1:10-12 (Mazmur 101:26-28): dan mereka (para rasul) menggunakan ekspresi "takut akan Allah" (Kis 9:31: 2 Korintus 5:11; Efesus 5:21), [dan istilah] "memanggil nama Tuhan," tanpa pembedaan kepada Allah Bapa dan Kristus (Kis 2:21; 9:14; Roma 10:13). Pernyataan bahwa "Yesus adalah Tuhan" (Kyrion Iesoun, Roma 10:9; Kyrios Iesous, 1 Korintus 12:3) adalah pengakuan akan Yesus sebagai Yahwe. Teks-teks dimana St. Paulus menegaskan bahwa dalam Kristus bersemayan kepenuhan ke-Allah-an (Kol 2:9), bahwa sebelum inkarnasiNya Dia memiliki kodrat esensial dari Allah (Filemon 2:6), bahwa Dia "diatas segala sesuatu, Allah terpuji selamanya" (Roma 9:5) tidak menunjukkan kepada kita apa yang tidak diimplikasikan dari perikop-perikop lain di suratnya (catatan "tidak menunjukkan bahwa Kristus bukan Allah," adalah ungkapan yang juga berarti "menunjukkan bahwa Kristus itu adalah Allah")
Ajaran tentang Roh Kudus juga sama jelasnya. Bahwa Roh Kudus adalah personalitas tersendiri ditunjukkan oleh banyak perikop. Karenanya Dia (Roh Kudus) mewahyukan perintahNya kepada pelayan-pelayan Gereja: "Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus kepada mereka: khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu..." (Kis 13:2). Dia (Roh Kudus) mengarahkan perjalanan misionari para Rasul; "Mereka mencoba masuk ke Bitinia. Tetapi RohYesus tidak mengijinkan mereka" (Kis 16:7; cf. Kis 5:3; 15:28; Roma 15:30). Atribut-atribut Ilahi ditegaskan [sebagai milik]Nya.
* Dia memiliki [kuasa Ilahi] omniscience (ie. Maha Tahu) dan mewahyukan kepada Gereja misteri-misteri yang hanya diketahui Allah (I Korintus 2:10);
* Adalah Dia yang mendistribusikan kharismata (ie. karunia-karunia) (1 Kor., 12:11);
* Dia adalah pemberi kehidupan supernatural (2 Kor., 3:8);
* Dia bersemayan dalam Gereja dan dalam jiwa-jiwa individu manusia, sebagai kuilNya (Roma 8:9-11; 1 Korintus 3:16, 6:19).
* Karya pembenaran dan pengudusan di atributkan kepadaNya (1 Kor., 6:11; Rom., 15:16), sama seperti bagaimana operasi yang sama tersebut (ie. pembenaran dan pengudusan) di atributkan kepada Kristus (I Kor., 1:2; Gal., 2:17).
|
Sebagai kesimpulan dari semuanya: berbagai unsur akan ajaran Trinitas semuanya jelas tertulis di Perjanjian Baru. Keilahian dari Tiga Pribadi diakui dan diimplikasikan dalam banyak perikop yang terlalu banyak untuk dihitung. Kesatuan esensi tidak hanya di-postulasikan oleh monoteisme ketat dari orang-orang yang dibesarkan dalam agama Israel, [yang berkeyakinan] bahwa "ilah-ilah yang subordinat (lebih rendah)" adalah sesuatu yang tak terpikirkan; tapi [monoteisme ketat], seperti yang kita lihat, terlibatkan dalam perintah untuk membaptis di Matius 28:19, dan, dalam hal [kesatuan] Bapa dan Putra, tertulis secara jelas di Yohanes 10:38. Bahwa para Pribadi adalah bersama-sama abadi (co-eternal) dan bersama-sama setara (co-equal) adalah konsekuensi logis dari ini. Dalam kaitan akan prosesi Ilahi, ajaran akan prosesi pertama terkandung dalam istilahBapa dan Putra: prosesi Roh Kudus dari Bapa dan Putra diajarkan dalam sambutan Yesus seperti yang dilaporkan St. Yohanes (14:17) (lihat Roh Kudus)
|
Quote: |
"Memang benar ada banyak "Allah" (Tuhan) dan banyak "tuhan" (tuanlpemimpin) yang demikian namun bagi kita hanya ada satu "Allah" (Tuhan) Saja yaitu bapa, yang dari padaNya berasa( segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu tuhan (tuanlpemimpin) saja, yaitu Yesus Kristus" (1 korintus 8:5-6) |
Sekali lagi Moslem memfitnah Kristen dengan mengajukan argumen bahwa karena Paulus menyebut bahwa hanya ada satu Allah maka umat Kristen telah sesat karena mengimani Tiga Allah.
Padahal iman Trinitas sama sekali tidak mengimani Tiga Allah. Iman Trinitas mengimani SATU ALLAH.
Quote: |
Memang jelas kelihatan bahwa Paulus berusaha sekuat tenaga untuk mengkultuskan Yesus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat, walaupun mendapat tantangan yang hebat dari umat Yahudi yang mengharamkan istilah "Anak Allah" kepada Yesus. Namun paulus belum sampai pada taraf mempertuhankan Yesus atau menyamakannya dengan Tuhan Allah. |
Paulus memang berusaha sekuat tenaga untuk mengkultuskan Yesus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat, bahkan lebih dari itu, Paulus berusaha sekuat tenaga untuk memberitakan kabar baik bahwa Yesus adalah Allah yang tinggal diantara manusia, disiksa, mati dan bangkit untuk dosa-dosa dunia.
Dan mengenai apakah Paulus mengimani Trinitas silahkan scroll-up dan lihat kutipan yang baru saja aku copy/paste diatas.
Quote: |
Tanya
Kalau demikian,apakah kita masih dapat menemukan Trinitas dalam Alkitab?
Jawab
Ajaran Trinitas tidak ditemukan baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God menjelaskan:
"The Old Testament.... tells us nothing explicitly or by necessary implication of a Triune God who is Father, Son and Ho(y Spirit.... There is no evidence that any sacred writer ever suspected the existence of a (Trinity) whitin the Godhead.... Even to see in (the Old Testament) suggestion or foreshadowing or veiled siqn of the Trinity of persons, is to qo beyond the words and inent of the sacred writers".
(Kitab Perjanjian Lama....tidak pernah mengatakan sesuatu secara jelas atau sekedar petunjuk tentang adanya Kesatuan Tiga Tuhan yakni Bapa, anak dan Roh Kudus....Tidak ada bukti tentang adanya penulis kitab suci yang memperkirakan adanya Kesatuan Tiga Tuhan.....Dugaan, adanya pendapat pendapat, bayangan, atau tanda-tanda terselubung tentang kesatuan tiga oknum dalam Kitab Perjanjian Lama, sama sekali di luar dari pengertian katakata maupun maksud para penulis kitab-kitab tersebut. ) |
Kutipan dari Jesuit Edmund Fortman ini diambil dari Should You Believe in Trinity bagian, Is It Clearly a Bible Teaching?.
Disini Saksi Yehuwa sekali lagi melakukan ketidakjujuran dalam mengutip sumber. Dari website bible.ca didapat konteks dari tulisan Rm Edmund Fortman S.J.. Kutipan si Moslem yang dia ambil dari Saksi Yehuwa sendiri sangat kacau karena si Moslem menyatukan kutipan-kutipan Saksi Yehuwa menjadi satu. Karena terlalu panjang maka aku tidak akan menerjemahkan dan aku anjurkan para pembaca untuk meng-klik link dan melihat sendiri.
Beberapa observasi yang ingin aku sampaikan adalah:
Pertama-tama kita bisa melihat satu kalimat kunci dari pemahaman Rm. Edmund Fortman S.J. atas iman Trinitas. Dia berkata, "Dengan keyakinan[ku] bahwa ajaran [Trinitas] ini adalah ajaran Kristen yang memang dan hanya dapat berasal dari wahyu ilahi, aku melanjutkan studi-ku terhadap catatan otentik dari wahyu ilahi yang ditemukan dalam tulisan suci Perjanjian Lama dan Baru." Bisa kita lihat disini bahwa keyakinan sang Romo memang sudah sangat Katolik. Dan ini perlu dijadikan catatan dalam memahami apapun yang ditulisnya. Dan pada awal sekali di tulisannya, perlu juga dicatat bahwa sang Romo berkata, "[tulisanku ini] bukanlah suatu studi yang luas dan definitif, tapi hanya dimaksudkan untuk menjadi lebih dari sekedar survey yang dangkal, dan diharapkan [tulisanku] ini menstimulasi studi-studi lain yang lebih penuh.[/i]" Nah, berpegang pada omongan sang Romo tersebut kita bisa tahu bahwa sang Romo merasa bahwa tulisannya bisa salah dan dapat dikoreksi. Sehingga, kalaupun ada tulisan sang Romo yang tidak sesuai dengan iman Katolik, yang tentunya tidak hanya lebih definitif dan luas tapi juga tidak bisa salah, maka Romo Edmund Fortman S.J. tentunya sangat tidak keberatan untuk dikoreksi.
Kedua, Rm. Fortman berpendapat bahwa para penulis PL tidak pernah berpikiran bahwa sang Messiah adalah Allah sendiri. Para penulis PL juga tidak pernah berpikiran akan suatu Peranakan Ilahi (Bapa-Putra). Pendapat-pendapat ini bukan pendapat mayoritas Bapa Gereja Awal (seperti terlihat diCatholic Encyclopedia: The Blessed Trinity) dan sama sekali bukan pendapat mayoritas umat Katolik terpelajar. Bahkan penulis entry The Blessed Trinity di Catholic Encyclopedia, G.H. Joyce, merasa bahwa para Nabi dan Orang Kudus mungkin punya pengetahuan samar akan iman Trinitas mengingat penggunaan istilah "Imanuel" (Yes 7:14) dan "Allah yang perkasa" (Yes 9:6).
Ketiga, Rm Fortman juga mempunyai pendapat yang sangat tidak umum dengan berkata bahwa personifikasi "Hikmat" (Amsal 8; Kebijaksanaan Solomo 7) sama sekali tidak memberi bayangan akan suatu iman Trinitas. Pendapat ini sangat bertentangan dengan iman para Bapa Gereja Awal dan mayoritas umat Katolik selama 2,000+ tahun ini. Ini karena dalam berbagai tulisan selama 2,000+ tahun, putra-putri Gereja dengan entengnya menganggap bahwa personifikasi "hikmat" adalah gambaran samar akan Pribadi Ilahi selain Bapa (dan menjadi tidak samar lagi berkat terang Perjanjian Baru). Peng-identik-an "hikmat" dengan Kristus (meskipun beberapa Bapa mengidentikkan "hikmat" dengan Roh Kudus) begitu nyata sampai-sampai para bidat Arian pun berkeyakinan bahwa sang "hikmat" adalah Kristus (lihat terjemahan dari entry Incarnation di Catholic Encyclopedia diatas)
Keempat, entry The Blessed Trinity di Catholic Encyclopedia bahkan menyebutkan adanya sekelompok Yahudi di era PL yang merasa bahwa gelar-gelar sang "Hikmat" yang tinggi punya arti bahwa penciptaan juga diatributkan ke sang Hikmat. Meskipun kemudian dalam entry tersebut juga disebutkan bahwa "dalam Yudaisme lebih lanjut, ajaran yang mengagungkan ini [ajaran yang memahami Hikmat sebagai Pribadi lain] terlupakan dan sepertinya hilang ke kepunahan." Jadi tidak benar bahwa tidak ada satu orang Yahudi pun yang merasa bahwa personifikasi "Hikmat" bermakna lebih.
Kelima, terlepas dari beberapa pendapat kontroversial Rm. Fortman, dia masih berada dalam batas-batas ortodoksi seorang Romo Katolik yang mencoba melakukan satu studi kritis. Pendapat-pendapatnya seperti yang aku sebut diatas, meskipun tidak umum, bukanlah pendapat-pendapat yang dianathema oleh Gereja.
Quote: |
Mengenai kitab Perjanjian Baru, buku Encyclopedia of Religion mengatakan :
"Theologians agree that the New Testament a(so does not contain an explicit doctrine of the Trinity".
(Para ilmuwan Krisren sependapat bahwa ajaran Trinitas, juga tidak ada dalam Perjanjian Baru.) |
Diambil dari Should You Believe in Trinity bagian Is It Clearly a Bible Teaching?
Argumen yang sama yang sudah dikutip si Moslem diatas. Diatas si Moslem mengutip materi Saksi Yehuwa yang mengutip New Catholic Encyclopedia, sekarang si Moslem mengutip materi Saksi Yehuwa yang mengutip Encyclopedia of Religion. Keduanya pada dasarnya mengatakan bahwa ajaran trinitas tidak diajarkan secara eksplisit di Perjanjian Lama.
Karena argumen dari kutipan Encyclopedia of religion ini sama dengan argumen dari kutipan New Catholic Encyclopedia yang sudah aku tanggapi diatas, maka aku tinggal copy/paste apa yang aku tulis diatas dengan sedikit modifikasi:
Tentu saja kita bisa dengan tenang mengamini tulisan dari Encyclopedia of religion tersebut bahwa memang ajaran akan Trinitas TIDAK diajarkan SECARA EKSPLISIT di Perjanjian Lama DENGAN EMBEL-EMBEL "Toh memang pada saat Perjanjian Lama terjadi Allah belum selesai mewahyukan diriNya."
Quote: |
Pernyataan tentang Trinitas (tiga dalam satu) ditemukan dalam Alkitab berbahasa Indonesia (I Surat Yohanes 5:7) & (Yohanes 5:8)
"Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu". (I Yohanes 5:7)
Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi}: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
(I Yohanes 5:8) * * *
Ini adalah satu-satunya formulasi Trinitas tentang Tuhan, Yesus dan Roh Kudus yang dianggap sempurna yang ada dalam Alkitab. Namun kemudian ternyata bahwa ayat ini (perhatikan tanda "{" yang di bubuhkan oleh penterjemah Alkitab LAI) adalah ayat palsu yang baru diselipkan atas restu Gereja, ketika Alkitab dicetak di Frankfurt, Jerman pada tahun 1574. Perhatikan catatan kaki dari Alkitab New International Version, h. 907 yang mengatakan:
"(Ayat ini) tidak ditemukan di semua naskah Alkitab yanq ditulis sebelum abad XVI ".
Sangat disayangkan bahwa Lembaga Alkitab Indonesia tidak mau jujur menjelaskan bahwa ayat dalam kurung tesebut ayat palsu.
Dengan demikian, baik istilah Trinitas maupun ajaran tentang Trinitas tidak ada dalam Alkitab.
catatan:
* * * Ayat I Yohanes 5:8, sengaja saya tambahkan agar lebih memperjelas.. |
Bagian "[di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di Bumi]" dikenal dengan nama Comma Johanninum (Latin). Ayat ini memang bukan bagian asli dari Surat Yohanes yang Pertama. Bukti paling awal akan keberadaan ayat ini adalah dari tulisan Liber Apologeticus yang ditulis sekitar akhir abad ke empat. Lalu bagaimana tanggapan yang Katolik?
Pertama-tama, Gereja tidak berusaha membohongi karena memang ada tanda "[]" untuk ayat tersebut. Setiap ada tanda seperti itu di Alkitab itu berarti keasilian ayat tersebut belum dapat dipastikan.
Kedua, sekalipun Comma Johanninum hanyalah tambahan, ini bukan berarti bahwa iman akan Trinitas tidak ada di ayat-ayat lain. Di bagian atas sudah ditunjukkan ayat-ayat lain di Kitab Suci dimana iman akan Trinitas terlihat eksplisit (lihat kutipan yang telah aku terjemahkan dari Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity). Sehingga bila Comma Johanninum dibuang, itu tidak akan membuat ajaran Trinitas perlu direvisi.
Ketiga, iman yang dinyatakan oleh Johannine Comma adalah iman yang sesuai dengan Tradisi lisan. Dan karena baik Tradisi lisan maupun tertulis (ie. Kitab Suci) sama-sama adalah sumber iman Gereja yang tidak bisa salah, maka Johannine Comma tetaplah pernyataan iman yang punya otoritas tidak bisa salah sama seperti ayat Kitab Suci lain.
Dan sebelum si moslem sok merasa bahwa Quran lebih hebat karena asli, moslem sebaiknya membaca tulisan dari Luthfi Assyaukanie, dosen Universitas Paramadina Jakarta, yang menunjukkan bahwa Quran yang beredar di Indonesia sekarang adalah satu dari banyak versi Quran yang ada. Jadi tidak akan pernah diketahui pasti mana versi yang identik dengan yang diterima Mohammad. Dan karena Islam tidak mempunyai pengajar berotoritas yang memiliki kharisma tidak bisa salah, maka fakta tersebut [bahwa Quran yang sekarang mungkin tidak identik dengan yang diterima Mohammad] merupakan satu cacat besar dalam mengimani ajaran Islam. Masalah ini sebenarnya juga dihadapi oleh para Protestant karena mereka tidak mengimani hierarkhi Gereja yang berotoritas.
Quote: |
Tanya
Bukankah Hamran Ambrie dalam ceramahnya tanggal 22 Juli 1979 mengatakan bahwa Trinitas itu ada dalam Kitab Kejadian 1:1-4?
"Pada mulanya Allah (Tuhan) menciptakan langit dan bumi ". (Kejadian 1:1) "....dan Roh Allah meayang-layang di atas permukaan air". (Kejadian 1:2)
" Berfirmanlah Allah..." (Kejadian 1:3)
Bukankah ayat-ayat diatas menggambarkan adanya Tuhan Allah, Firman (Yesus) dan Roh Kudus yang bergotong royong mencipta alam semesta?
Jawab
Itu hanya sekedar maunya Hamran Ambrie untuk menyesatkan umat. Bayangkan! Kitab Kejadian adalah kitab umat Yahudi mulai Nabi Musa sampai dengan Nabi Isa (Yesus). Mana ada nabi Yahudi yang pernah mengatakan bahwa ada yang namanya Yesus yang kemudian menjadi Logos lalu menjadi Tuhan, yang turun kebumi mengambil bentuk manusia yang bergotong royong bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus, menciptakan jagat raya ini. Ketika Yesus berkhotbah dari satu rumah ibadah ke rumah ibadah lainnya, beliau tidak pernah mengatakan kepada umatnya, bahwa beliau bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan alam semesta sebagaimana yang ditafsirkan oleh para pemuka Gereja. Sebaliknya Yesus secara transparan menyatakan bahwa bukan dia yang mencipta, tetapi Tuhan Allah satu-satunya pencipta.
"Jawab Yesus: 'Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan manusia sejak semu(a menjadikan mereka laki-laki dan perempuan"' (Matius 19:4)
Dengan demikian pernyataan Hamran Ambrie bahwa Trinitas ada dalam Kitab Kejadian 1:1-4 adalah tidak benar. |
Pertama, mengajukan Kej 1:1-4 sebagai ayat yang menyiratkan ajaran Trinitas kepada yang belum mendapat terang iman kurang bijaksana. Masih banyak ayat lain yang lebih eksplisit akan Trinitas.
Kedua, kuasa Yesus untuk mencipta bersama Allah terlihat jelas di Yoh 1:3, 14:10-11; Kol 1:16-17; 1Kor 8:6; Ibr 1:2.
Ketiga inkarnasi sang Sabda sangat jelas di Yoh 1:1-3.
Keempat, Yesus tidak menjadi Logos dan tidak menjadi Tuhan. Yesus itu sejak dahulu adalah Logos (Logos dalam pengertian Katolik dan bukan Hellenistik/Yunani) dan sejak dahulu adalah Allah, ini sudah terlihat dari kesaksian buku-buku Sapiential seperti yang tertulis diatas. Dibawah akan dibahas lebih mendalam mengenai perbedaan Logos Katolik dan Logos Hellenistik.
Kelima, argumen "para Nabi sebelum Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas" sudah diajukan oleh artikel Moslem diatas dan sudah aku jawab diatas dengan kutipan panjang dari Catholic Encyclopedia:Incarnation. Berikut beberapa point singkat untuk sekedar mengingat kembali:
- Nabi Yahudi Perjanjian Lama sebelum Yesus mungkin hanya mendapat gambaran implisit akan misteri Trinitas. Toh Trinitas belum diwahyukan secara penuh kepada mereka.
- Paling tidak Yesaya berkata bahwa sang Mesiah adalah "Imanuel" yang berarti Allah diantara kita. Begitu juga personifikasi "hikmat" di buku-buku Sapiential menunjukkan iman yang samar akan Pribadi Ilahi yang lain. Terlihat bagaimana "hikmat" disebut dilahirkan sebelum segala sesuatu (Sirakh 24:9) dan mencipta (Kebijaksanaan Solomo 7:22, "seniwati." Gender katanya adalah feminim karena "hikmat" adalah kata sifat. )
- Yohanes Pembaptis, yang jelas-jelas dianggap Islam sebagai salah satu dari nabi mereka (Sura 3:39), ketika ditanya oleh para imam Yahudi siapakah dirinya menjawab, "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan Yesaya" (Yoh 1;23). Disini Yohanes Pembaptis mengutip nubuat Yesaya. Ayat lengkap dari nubuat Yesaya yang dikutip Yohanes berbunyi sebagai berikut, "Ada suara yang berseru-seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yes 40:3). Ini berarti bahwa Yohanes Pembaptis sadar bahwa dialah yang harus mempersiapkan jalan bagi Kristus yang adalah seorang TUHAN ALLAH.
- Sekali lagi Yohanes Pembaptis, yang adalah seorang Nabi Yahudi, berkesaksian langsung akan sang Roh Kudus (3:16). Tidak hanya itu, Yohanes bahkan melihat langsung perwujudan Roh Kudus dalam rupa burung ketika dia membaptis Yesus (Mat 3:16-17; Yoh 1:32-34).
- Untuk selebihnya silahkan baca kutipan panjang yang dari Catholic Encylopedia Incarnationyang sudah aku terjemahkan diatas.
|
Quote: |
Tanya
Kitab Kejadian 1:3 mengatakan "Berfirmanlah Allah (Tuhan): `Jadilah Terang"'. Apakah Firman dalam ayat ini bukan berarti Yesus?
Jawab
Siapa yang menagatakan demikian? Tidak seorang pun nabi dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa pada saat Tuhan berfirman ada oknum lain yang ikut besama Tuhan Allah mencipta alam semesta. |
Sang Firman yang mencipta bersama Allah terlihat di Perjanjian Lama lewat tulisan buku-buku Sapiential seperti yang telah dituliskan di Catholic Encyclopedia: Incarnation yang sudah diterjemahkan diatas. Berikut disajikan potongan yang relevan supaya tidak scroll-up:
KESAKSIAN DARI BUKU-BUKU SAPIENTIAL (KEBIJAKSANAAN) (catatan: yang termasuk buku-buku kebijaksanaan adalah Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon] dan Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon])
... Perlu dicatat bahwa bahwa dalam buku-buku [yang ditulis] sebelum buku-buku Sapiential di Perjanjian Lama, Logos yang tidak diciptakan, atau hrema, adalah prinsip aktif dan kreatif dari Yahwe (Lihat Mazmur xxxiii, 4; xxxiii, 6; cix, 89; ciii, 20; Yesaya., xl, 8; lv, 11). Setelah itu sangLogos menjadi sophia, Sabda yang tak terciptakan menjadi Hikmat yang tak terciptakan. Kepada Hikmat di atributkan semua karya penciptaan dan Penyelenggaraan Ilahi (lihat Ayub, xxviii, 12: Amsal., viii and ix; Sirakh., i,1; xxiv, 5 to 12; Kebijaksanaan Solomo., vi, 21; ix, 9). Di Kebijaksanaan Solomo., ix, 1, 2, kita melihat satu contoh yang mengagumkan atas atribusi aktivitas Allah kepada Sabda dan Logos. ...
... Buku Kebijaksanaan Solomo juga berkata dengan jelas akan Hikmat sebagai "the worker of all things . . . a certain pure emanation of the glory of the almighty God . . . the brightness of eternal light, and the unspotted mirror of God's majesty, and the image of his goodness." (Keb., vii, 21-26.) (catatan: kata "worker of all things" di Alkitab LBI diterjemahkan "seniwati." Maksud dari kata ini sebenarnya adalah sang Hikmat itu adalah "penggerak" atau "pemberdaya" dari semua hal). ...
|
Quote: |
Para nabi sebelumnya tidak pernah mengajarkan Logos filsafat Yunani. |
Para Nabi memang tidak pernah mengajarkan Logos sebagaimana dipahami oleh budaya Yunani. Tapi paling tidak di Perjanjian Lama terdapat tulisan-tulisan yang mirip tapi tidak identikdengan konsep Logos Yunani, yaitu personifikasi "Hikmat" di buku-buku Sapiential.
Sekali lagi dari Catholic Encyclopedia: Incarnation:
… Perlu dicatat bahwa bahwa dalam buku-buku [yang ditulis] sebelum buku-buku Sapiential di Perjanjian Lama, Logos yang tidak diciptakan, atau hrema, adalah prinsip aktif dan kreatif dari Yahwe (Lihat Mazmur xxxiii, 4; xxxiii, 6; cix, 89; ciii, 20; Yesaya., xl, 8; lv, 11). Setelah itu sangLogos menjadi sophia, Sabda yang tak terciptakan menjadi Hikmat yang tak terciptakan. Kepada Hikmat di atributkan semua karya penciptaan dan Penyelenggaraan Ilahi (lihat Ayub, xxviii, 12: Amsal., viii and ix; Sirakh., i,1; xxiv, 5 to 12; Kebijaksanaan Solomo., vi, 21; ix, 9). Di Kebijaksanaan Solomo., ix, 1, 2, kita melihat satu contoh yang mengagumkan atas atribusi aktivitas Allah kepada Sabda dan Logos. Pengidentikan Logos pre-Mosaic dengan Hikmat di buku-buku Sapiential dan dengan Logos di tulisan Yohanes penginjil (lihat: Logos) adalah bukti bahwa kecohan para rationalist tidaklah efektif. Hikmat di buku-buku Sapiential dan Logos di tulisan Yohanes penginjil bukanlah perkembangan Aleksandrian dari ide-ide Platonik, tapi adalah perkembangan-perkembangan Ibrani dari Logos atau Sabda yang tak terciptakan dan mencipta di jaman pre-Mosaic.
|
Quote: |
Apalagi mereka akan mengatakan bahwa yang berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya ini akan lahir dari rahim seorang perawan. Yesus sendiri tidak pernah mengatakan kepada siapa pun bahwa dia ikut bergotong royong bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan jagat raya ini yang kemudian diabadikan dalam Kitab Kejadian 1:1-3. |
Pertama, sekali lagi ajaran Trinitas diajarkan di ayat lain, bukan di Kej 1:1-3.
Kedua, partisipasi sang Sabda dalam penciptaan terlihat dari buku-buku Sapiential seperti yang dituliskan tepat diatas.
Ketiga, di Perjanjian Baru keterlibatan Yesus terhadap karya penciptaan Bapa telihat di Yoh 1:3, 14:10-11; Kol 1:16-17; 1Kor 8:6; Ibr 1:2.
Quote: |
Malah sebalaiknya dengan tegas Yesus mengatakan bahwa Tuhan Allah sendirlah yang mencipta tanpa kerterlibatan dirinya maupun Roh Kudus.
"Jawab Yesus: 'Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan"' (Matius 19:4)
Berdasarkan ayat ini, jelas bahwa yang dimaksud dengan firman adalah firman yang diucapkan Allah dalam menciptakan segala sesuatu, yakni : "Kun" (Jadilah) |
Mengenakan tindakan tertentu kepada Pribadi tertentu dari Trinitas (ex. Bapa mencipta, Anak menebus, Roh Kudus menyucikan etc) disebut Appropriation (lihat, Catholic Encyclopedia:Appropriation. Pada dasarnya kegiatan seperti mencipta, menebus dan menyucikan adalah karya dari Allah yang satu, sehingga juga merupakan karya dari Tiga Pribadi tersebut. Dalam karya tersebut Tiga Pribadi berperan aktif dalam kepenuhannya (1 Kor 12:4-11). Jadi tidak bisa dipikirkan bahwa yang mencipta itu hanya Pribadi Bapa seorang, yang menyucikan itu hanya Pribadi Roh Kudus seorang dan seterusnya. Namun tiap pribadi memang punya preferensinya dalam kharakteristik-kharakteristik tertentu, misalnya, hikmat pada sang Putra, cinta pada sang Roh Kudus dst. Yang tidak sesuai dengan iman yang Katolik tentunya adalah berpikiran bahwa karena satu Pribadi ilahi punya preferensi terhadap kharakteristik tertentu maka pribadi lain dikecualikan dari karakteristik tersebut.
Quote: |
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari Tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : "Jadilah" (seorang manusia) maka jadilah dia." (Ali Imran 3:59) |
Umat Kristen tidak menganggap Quran sebagai Kitab Suci. Terserah Quran mau bilang apa.
Quote: |
Tanya
Dari mana bibit ide Ketuhanan Yesus itu?
Jawab
Ide itu berasal dari paham penyembah berhala bahwa Tuhan beranak pinak di bumi. Diberbagai wilayah dan kota-kota besar di kerajaan Romawi di luar Palestina orang menyembah "Tuhan beserta keluarganya", mulai dari Tuhan tiga sampai ratusan. Mereka menganggap bahwa setiap tindakan Tuhan menjadi oknum lain di samping Tuhan. Misalnya firman Tuhan menjadi oknum lain (Anak Allah) yang namanya Yesus. Tindakan Tuhan memberi hidup, menjadi oknum lain yang namanya Roh Kudus. |
Ilah atau dewa-dewa yang beranak pinak menurut mitos-mitos bangsa-bangsa selain Yahudi sama sekali tidak mirip dengan iman Katolik akan keperanakan sang Putra oleh Bapa. Diatas sudah ditunjukkan bagaimana iman yang Katolik akan hubungan antar Bapa dan Anak dan juga ditunjukkan mitos-mitos dari Mesir, Babilonia dan Yunani. Sama sekali tidak ada kemiripan.
Mengenai tindakan-tindakan Tuhan yang kemudian menjadi oknum. Hal ini sendiri sudah tercermin dari Kitab-Kitab Perjanjian Lama, jadi bukan sesuatu yang didapat umat Kristen dari mitos-mitos bangsa lain.
Quote: |
Tanya
Siapa pencetus ide "Anak Allah (Tuhan)"?
Jawab
Ide Anak Tuhan merupakan hal yang lumrah di masyarakat Yahudi. Mereka menganggap bahwa bangsa Israel adalah "Anak-anak Tuhan". Bagi mereka istilah "Anak Tuhan" bukan untuk individu. "Anak-anak Tuhan" dalam pengertian individu merupakan paham penyembah berhala yang menganggap bahwa Tuhan beranak di dunia. (Tillich 1968) |
Aku sama sekali tidak keberatan atas kutipan dari Paul Tillich diatas. Bahkan kutipan dari Paul Tillich tersebut semakin menguatkan argumen bahwa Yesus sendiri menunjukan bahwa Dia adalah Allah di Injil.
Tapi patut dicatat bahwa kesetujuanku dengan kutipan Paul Tillich diatas tidak berarti aku setuju dengan pandangan Paul Tillich. Paul Tillich adalah seorang Protestant yang liberal penganut eksistensialisme, jadi aku tidak akan pernah setuju dengan seluruh pandangannya.
Mengapa ucapan Tillich diatas menguatkan argumen bahwa dalam injil, Yesus sendiri menunjukan bahwa Dia adalah Allah? Well, silahkan baca Mat 26:63-66 dan Luk 22:70-72. Ketika itu Yesus ditanya oleh Kaiphas, "Apakah kamu Anak Allah?" Yesus bilang, "Kamu sendiri yang berkata begitu [bahwa Aku Anak Allah]." Nah, seperti yang dikatakan Tillich bangsa Israel menganggap diri mereka sebagai anak-anak Allah. Jadi bila ada orang Israel yang meng-klaim sebagai anak Allah dalam artian yang umum bukankah itu sah-sah saja? Jika Yesus, sebagai seorang Israel, hanya meng-klaim bahwa Dia adalah anak Allah dalam pengertian umum, bukankah itu sah-sah saja? Toh semua orang Israel punya hak untuk mengklaim diri sebagai anak Allah (dalam artian umum tentunya).
Namun kenapa Yesus disidang? Kenapa Kaiphas menanyakan kepada Yesus "Apakah kamu anak Allah?" Kenapa jawaban Yesus kepada Caiphas membuat Caiphas merobek jubahnya dan berkata bahwa Yesus telah menghujat dan patut dihukum mati (hukuman bagi penghujat adalah mati, Imamat 24:17)?
Tentu saja karena Yesus meng-klaim sebagai Anak Allah dalam artian yang lebih khusus, bukan dalam artian umum seperti yang bisa di-klaim oleh sembarang orang Israel. Yesus meng-klaim bahwa Dia adalah benar-benar Anak dari Bapa, Bapa memperanakkan Dia. Maka jelaslah bahwa Yesus sendiri mengimani bahwa Dia adalah Anak Allah dalam arti sepenuh-penuhnya.
|
Quote: |
Drapper dalam bukunya Conflict between Religion and Science menceritakan bahwa Plato lahir di Athena tahun 429 SM. Ibunya adalah Paraction yang bertunangan dengan Arus. Namun sebelum mereka menikah, Paraction telah dihamili oleh Tuhan Apollo yang merupakan "Roh Kudus" dalam ketuhanan bangsa Yunani. Tuhan Appolo mengancam Arus untuk menghormati Roh Kudus dan tidak mendekati Paraction yang telah dihamilinya. Oleh sebab itu Plato di sebut "Anak Tuhan". Pythagoras yang lahir tahun 575 SM yang dianggap lahir tanpa ayah, juga disebut "Anak Tuhan". |
Moslem sebaiknya mengecheck dulu sumbernya. Aku benar-benar tidak tahu darimana Moslem bisa menuangkan ide yang carut-marut seperti diatas. Terlalu banyak kesalahan disini.
Pertama, nama orangnya adalah "Draper" ("p"-nya satu bukan dua). Nama lengkapnya John William Draper, MD, LL.D. seorang Professor dari University of New York.
Kedua, bukunya berjudul, "History of the Conflict Between Religion and Science" dan diterbitkan pada 1875 (375 halaman). Buku ini bisa dibaca online dengan mengklik paragraph ini.
Ketiga, nama ibu Plato adalah "Perictione" bukan "Paraction."
Keempat, Draper adalah seorang Atheist. Tentu fakta ini saja tidak berarti bahwa argumennya pasti salah, tapi aku rasa point ini ada gunanya buat diketahui.
Kelima, dan kesalahan yang paling fatal, informasi diatas sangat salah kaprah. Paragraph dimana informasi tersebut didapat berbunyi sebagai berikut:
Sementara persiapan untuk kampanye [perang] final dibuat, dia [Alexander Agung] melakukan perjalanan ke kuil Jupiter Amon, yang terletak di sebuah Oasis di padang gurun Libia dengan jarak dua ratus mil. Peramal [dari kuil tersebut] menyatakan bahwa dia (Alexander Agung) adalah anak dari Ilah tersebut (Jupiter Ammon) yang dalam rupa ular telah menggauli Olympias, ibunya (Alexander Agung). Konsepsi tanpa noda (catatan: maksudnya hamil tanpa campur tangan pria) dan keturunan langit adalah hal-hal yang biasa diterima saat itu, siapapun yang menjadi spesial dalam perkara manusia dunia dianggap memiliki garis keturunan yang supernatural. Bahkan di Roma, berabad-abad kemudian, tidak seorangpun yang bisa aman kalau dia menyangkal bahwa kota tersebut berhutang budi kepada pendirinya, Romulus, yang [dilahirkan berkat] pertemuan yang tidak sengaja antara dewa Mars dan perawan Rhea Sylvia ketika dia (sang perawan) pergi membawa tempayan untuk membawa air dari mata air. Murid-murid Plato dari Mesir tentu akan memandang dengan marah orang-orang yang menyangkal legenda bahwa Perictione, ibu dari filsuf besar tersebut, adalah seorang perawan murni dan mengalami konsepsi tanpa noda melalui pengaruh Apollo, dan bahwa sang dewa (Apollo) telah menyatakan kepada Ariston, orang yang menikahi Perictione, silsilah [sejati] dari anak tersebut (ie. Plato). Ketika Alexander Agung mengeluarkan surat-suratnya, perintah-perintahnya dan dekrit-dekritnya, mengandaikan dirinya "Raja Alexander, putra Jupiter Ammon," [surat, perintah dan dektrit tersebut] datang kepada penduduk Mesir dan Syria dengan suatu otoritas yang tidak pernah ada saat ini. Namun para pemikir-bebas Yunani, meletakkan [klaim] keturunan supernatural tersebut pada nilai yang sebenarnya. Olympias, yang tentunya lebih tahu tentang fakta sebenarnya (bahwa dia tidak pernah digauli ular perwujudan Jupiter Ammon) sering dengan gurau berkata bahwa, "dia (Olympias) berharap agar Alexander berhenti dari terus-menerus mempertentangkan dia dengan istri [sejati] Jupiter [Ammon]." Arrian, sejarahwan dari ekspedisi Makedonia, menyebut, "Aku tidak bisa menyalahkannya karena mencoba untuk membuat rakyatnya percaya akan asal-muasal ilahinya, [dan aku juga tidak bisa] berpikiran bahwa hal tersebut adalah satu kejahatan yang besar, karena sangat mungkin untuk membayangkan bahwa dia hanya bermaksud untuk mendapatkan otoritas yang lebih besar diantara para prajuritnya."
|
Jadi, Alexander Agung, ketika mengunjungi kuil Jupiter Ammon, dianggap sebagai putra dari dewa kuil tersebut oleh para peramal kuil (mungkin karena takut). Dan bukannya membetulkan kesalahan, Alexander Agung membiarkan kesalahan tersebut dan malahan membumbuinya supaya dia lebih disegani. Dan karena legenda-legenda akan asal-usul ajaib dari seorang yang mahsyur cukup sering tersebar ke pikiran rakyat biasa, maka kebohongan Alexander Agung tersebut mudah sekali di terima.
Nah, lalu apa hubungannya dengan Plato? Well, di tulisan Draper diatas legenda akan asal-usul ilahi Plato yang diyakini oleh para murid-muridnya yang berkebangsaan Mesir secara keliru, merupakan salah satu dari banyak legenda yang beredar di masyarakat Mesir, Syria etc. Dan Draper mengatakan bahwa karena banyaknya legenda-legenda seperti itu (termasuk legenda tentang asal-usul ilahi Romulus, pendiri kota Roma), maka masyarakat sangat mudah percaya akan kebohongan Alexander Agung yang meng-klaim sebagai anak Jupiter Ammon.
Terlihat jelas bahwa paragraph dari Moslem diatas sungguh kacau dan mencarut-marutkan apa yang dikatakan Draper.
Back to Index
Quote: |
Paulus yang menganggap Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus, memperkenalkannya kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi sebagai "Anak Tuhan (Allah)". |
Tentunya tidak hanya Paulus yang beranggapan bahwa Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus, para penginjil pun berkesaksian demikian. Dia memang benar-benar Anak Allah. Dan karenanya tidaklah salah untuk mengenalkan Yesus sebagai Anak Alah kepada para penyembah berhala Romawi, Dia memang Anak Allah.
Quote: |
"Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yanq Maha Tinqqi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35).
"Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah" (Kisah Para Rasul 9:20) |
Tepat
Quote: |
Pekerjaan Paulus yang mulai merusak ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus ini dikutuk oleh Allah dalam surah Maryam 19:88-92:
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munqkar. Hampir-hampir lagit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yanq Pemurah mempunyai anak" (Surah Maryam 19:88-92) |
Umat Kristen tidak menganggap Quran sebagai Kitab Suci. Terserah Quran mau bilang apa.
Quote: |
Tanya
Apa arti "Anak Tunggal Allah (Tuhan)"?
Jawab
Umat Kristen dengan bangga menjelaskan bahwa Yesus diperanakkan bukan dicipta. Menurut mereka, semua mahluk dicipta oleh Tuhan, demikian pula Nabi Adam. Tetapi Yesus lahir dari intervensi Roh Kudus yang datang menaungi perawan Maria sehingga hamil. Dari berbagai legenda, Tuhan menghamili seorang perempuan hanya sekali, sehingga disetiap zaman hanya ada seorang Anak Tuhan (anak tunggal).
"Jawab malaikat itu kepadanya: 'Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). |
Kalimat "Tuhan menghamili perempuan" tentunya kurang tepat larena "menghamili" berarti suatu perbuatan biologis. Sementara itu campur tangan Allah atas kehamilan perawan Maria sendiri bukan dalam artian biologis. Quran sendiri berkata, Sura 3:47, "She said, 'My Lord, how can I have a son, when no man has touched me?' He said, 'GOD thus creates whatever He wills. To have anything done, He simply says to it, 'Be,' and it is.'" Jadi Quran sendiri mengimani kehamilan Yesus yang tanpa campur tangan proses biologis.
Dan tidak benar bahwa berbagai legenda mengatakan bahwa Tuhan menghamili seorang perempuan hanya sekali. Zeus sendiri punya banyak sekali putra-putri hasil hubungan dengan wanita bukan dewa. Dewa-dewi Hindu punya banyak sekali putra-putri hasil hubungan dengan mahkluk non-dewa. Dewa-dewi kebudayaan China dan Jepang pun begitu.
Quote: |
Tanya
Apakah anak Allah (Tuhan) setara dengan Allah (Tuhan)?
Jawab
Dalam filsafat Yunani, kedudukan Anak Tuhan dan dewa-dewa lainnya lebih rendah dari Tuhan. Sesuai ajaran filsafat Yunani, ketika Tuhan yang suci tidak dapat berhubungan dan menyelamatkan dunia serta manusia yang berdosa, dia mengirim anaknya atau dewa lain untuk mengatasi persoalan di dunia. |
Dari mitos-mitos Mesir, Babilonia dan Yunani yang sudah aku tuliskan diatas terlihat bahwa posisi para Dewa bisa berubah-ubah. Satu dewa yang menjadi pemimpin bisa diturunkan oleh dewa lainnya. Tidak peduli apakah yang menurunkan itu anaknya atau bukan (bahkan kebanyakan yang menurunkan pemimpin dewa dari tahtanya adalah anaknya sendiri).
Dan meskipun dewa pemimpin biasanya tidak turun sendiri ke dunia untuk mengintervensi masalah kemanusiaan, tidak jarang mereka melakukan ini. Sebagai contoh Zeus sendiri turun ke dunia untuk mengawini beberapa manusia.
Quote: |
Para pemimpin Gereja yang bermaksud untuk menaikkan kedudukan Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan) agar setara dengan Tuhan Bapa menghadapi berbagai kendala. |
Yesus sudah sejak awal adalah Allah yang tertinggi dan kedudukanNya tidak bisa lebih tinggi lagi. Jadi para pemimpin Gereja tidak pernah bermaksud untuk menaikkan apa yang memang sudah tertinggi dan tidak dapat dinaikkan lagi.
Quote: |
Pertama, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa sehingga secara otomatis bapa memiliki kekuasaan untuk memerintahkan Anak, tetapi tentu anak tiada punya kuasa untuk memerintahkan Bapa. |
Benar, bahwa Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa. Pribadi-pribadi Trinitas memang terbedakan.
Argumen atas ketidaksetaraan Bapa dan Anak (Bapa > Anak) diatas didasarkan pemahaman bahwa yang memerintah lebih besar dari yang diperintah (Yoh 14:31; Yoh 10:18).
Untuk menanggapinya perlu dijelaskan bahwa Yesus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat Ilahi dan kodrat manusiawi. Kedua kodrat ini sempurna ada dalam diri Yesus, tapi tak terbaurkan. Nah, sepanjang kodrat manusiawi-nya maka Yesus bisa dikatakan melakukan segala apa yang berkaitan dengan kodrat manusiawi itu secara penuh dan sempurna. Jadi Yesus benar-benar tidur, makan, minum, tertawa, merasa sakit, punya jiwa layaknya manusia (yang berbeda dengan keIlahianNya) dan lain-lain. Sehingga tindakan-tindakan dari Yesus yang menunjukkan bahwa Dia seakan-akan lebih rendah dari Allah harus dipahami sebagai tindakan-tindakan yang berdasarkan kodrat manusiawiNya. Oleh karena itu Yesus bisa berdoa kepada Bapa, meyembah Bapa, dan diperintah oleh Bapa, semua ini karena Yesus, selain benar-benar Allah, juga benar-benar manusia.
Terlebih, sikap merendah ini memang dikehendaki Yesus sendiri. Di Fil 2:6-10 dijelaskan bagaimana Yesus tidak memandang kesetaraanNya dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Dari sini kita tahu bahwa Yesus memang benar-benar setara dengan Allah. Dan salah satu tujuan [sikap merendah tersebut] tentunya adalah sebagai teladan bagi umatNya manusia bagaimana mereka tidak meninggikan diri, sederhana, punya sikap melayani dan harus taat kepada Allah.
Quote: |
Kedua, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa, ada suatu saat dimana Bapa sudah ada, sedangkan Anak belum ada. Kalau kedua-duanya sama-sama ada, tentu tidak ada Bapa dan Anak, saudara pun tidak. |
Kesalahan argumen diatas terletak dari menganalogikan Peranakan Ilahi Bapa dan Putra dengan sistem peranakan yang terjadi pada manusia. Dan tentu saja kedua hal (peranakan Ilahi dan peranakan manusiawi) tersebut tidak bisa dianalogikan.
Kemampuan seorang manusia untuk memperanakkan terjadi setelah satu periode waktu (setelah seseorang dewasa). Allah tentu saja tidak punya keterbatasan seperti itu. Keperanakan sang Sabda terjadi sejak selamanya. Sejak Bapa ada begitu pula Anak (Yoh 1:1-2).
Quote: |
"....AnakKu Enqkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini". (Kis. 13:33)
Ayat di atas memperlihatkan bahwa kemarin Bapa sudah ada, sedangkan Anak belum ada. Jadi pernyataan Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa", ha1.116 yang mengatakan: "Tidak ada yang terdahulu atau terkemudian diantara satu dengan yang lainya", adalah tidak benar. |
Allah tidak dibatasi ruang dan waktu. Kutipan dari Mazmur 2:7 yang dikutip di berbagai tempat di Perjanjian Baru tersebut (Mat 3:17; Kis 13:33; Ibr 1:5, 5:5; 2Pet 1:17) termasuk gaya bahasa Anthropomorphism, yaitu mengenakan atribut manusia kepada Allah. Contoh lain dari Anthropomorphism adalah, Allah melihat, Allah marah, Allah sedih, Allah berbicara etc. Tentunya Allah tidak perlu "melihat," Dia langsung tahu segalanya, etc.
Kekekalan Peranakan Ilahi bisa terlihat di Sirakh 24:9 (dimana sang Hikmat adalah sang Sabda sendiri). Mungkin ada yang protes, "Lho, bukannya diSirakh 24:9 ada kata 'diciptakan'?" Mengenai hal ini diatas sudah dijelaskan di entry Incarnation dari Catholic Encyclopedia bahwa para Bapa Gereja sudah menanggapinya jauh-jauh dahulu
[para Arian ini] mencoba membuktikan dari kata ektise, [yang berarti] dibuat atau diciptakan, di ayat 14 (catatan, ini berarti Sir 24:9 di Alkitab yang beredar sekarang), bahwa Hikmat yang berinkarnasi terciptakan [karena kata yang digunakan adalah ektise]. Para Bapa [Gereja Awal] tidak menjawab [sanggahan para Arian dengan mengatakan] bahwa kata "Hikmat" tidak dimengerti sebagai Kristus, tapi [para Bapa Gereja] menjelaskan bahwa kata ektise harus ditafsirkan dalam kesatuan dengan perikop-perikop lain di Kitab Suci dan tidak sesuai dengan makna umumnya,--seperti makna dari versi Septuaginta dari Kej., i, 1. Kita tidak tahu kata asli Ibrani atau Aramaic [dari terjemahan Yunani ekstise tersebut] (catatan: Buku Sirakh yang asli dipastikan berbahasa Ibrani atau Aramaic. Namun terjemahan buku Sirakh yang ada di Kitab Suci sekarang tidak didasarkan dari buku Sirakh yang asli, tapi dari manuskrip kopi-an yang berbahasa Yunani. Faktanya, semua buku di Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru didasarkan bukan dari manuskrip asli tapi dari manuskrip kopi-an. Fakta ini membuat mereka yang berpegangan pada prinsip Sola Scriptura mempunyai dasar yang rapuh atas doktrin bidaah tersebut, tapi tidak bagi umat Katolik dimana ada Gereja yang merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran [1Tim 3:15] yang punya otoritas untuk menentukan apakah kopi-an sekalipun sudah tepat dengan iman Kristus); mungkin saja [kata asli di buku Sirakh yang berbahasa Ibrani atau Aramaic] adalah kata seperti yang ada di Amsal viii, 22: "The Lord possessed me (Ibrani, menghasilkan aku melalui kepenurunan; lihat Kej., iv, 1) in the beginning of His ways, before He made anything from the beginning, I was set up from eternity." (catatan: bhs Inggrisnya tidak aku terjemahkan). [Karenanya] Hikmat yang berbicara mengenai dirinya sendiri di buku Sirakh tidak dapat berkontradiksi dengan apa yang dikatakan Hikmat [juga] tentang dirinya di Amsal dan tempat lain. Karena itu, para Bapa [Gereja Awal] memang cukup benar dalam menjelaskan bahwa ektise tidak berarti dibuat atau diciptakandalam artian yang kaku (lihat St. Athanasius, "Sermo ii contra Arianos", n. 44; Migne, P. G., XXVI, 239).
|
Quote: |
Ketiga, karena para pemimpin Gereja mengatakan bahwa Bapa 100% Tuhan, sedangkan Anak (Yesus) adalah 100% Tuhan dan sekaligus 100% manusia sehingga keduanya tidak sama atau setara. |
Tidak ada pemimpin Gereja yang mengatakan "Bapa 100% Tuhan."
Dalam kalangan umat Katolik Indonesia sendiri sering orang berkata bahwa Yesus itu 100% manusia dan 100% Allah. Padahal pemahaman numerik seperti itu tidak pernah diimani Gereja. Alasannya tentu saja karena me-numerik-kan kesempurnaan kodrat Yesus membuat pemahaman kesatuan dan kesempurnaan kodrat Yesus ter-reduksi kedalam pemahaman numerik.
Sebaiknya dikatakan bahwa Yesus itu benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Atau Yesus itu sungguh-sungguh Allah dan sungguh sungguh manusia.
Katekismus BHS Indonesia yang merupakan terjemahan dari Katekismus Jerman (mestinya Katekismus itu ya diterjemahkan dari teks resminya yang Latin, aku sendiri tidak tahu kenapa Gereja Katolik Indonesia memilih untuk menerjemahkan dari Katekismus Jerman) menyatakan:
464 Peristiwa inkarnasi Putra Allah yang unik dan yang terjadi hanya satu kali, tidak berarti bahwa Yesus sebagiannya Allah dan sebagiannya manusia atau bahwa persitiwa ini adalah pencapuradukan yang tidak jelas antara yang ilahi dan yang manusiawi. Ia dengan sesungguhnya telah menjadi manusia dan sementara itu dia tetap Allah dengan sesungguhnya. Yesus Kristus adalah Allah benar dan manusia benar (Katekismus Inggris: "truly God and truly man"). ...
|
Quote: |
Tanya
Kapan SK yang memutuskan Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan?
Jawab
Hal itu diputuskan pada konsili di Efesus Juni 431 (400 tahun setelah Yesus tiada) yang disponsori oleh Kaisar Romawi, Theodosius II.
"We confess therefore our Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God to be perfect (100%) God and perfect (100%) man".
(Oleh Karena itu kita mengakui bahwa Tuan Yesus Kristus, Anak Tunggal Tuhan, sebagai Tuhan yang sempurna (100%) sekaligus manusia yang sempurna (100%).
Keputusan ini kemudian diperkuat lagi olah SK yang diterbitkan dalam konsili di Chalcedon, Oktober 451 yang juga disponsori oleh Kaisar Romawi saat itu, Marcion.
"Followinq the holy fathers we confess with one voice that the one and only Son, our Loard Jesus Christ, is perfect in Godhead and perfect in manhood truly God and truly man..."
(Sesuai dengan ajaran para pemimpin Gereja, kami bersaksi dengan suara bulat bahwa satu-satunya Anak, Tuan kita Yesus Kristus, adalah Tuhan yang sempurna (100%) dan manusia yang sempurna (100%), Tuhan yang sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya) |
Disini moslem seakan-akan mencoba berargumen bahwa karena keputusan "Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia" (sebenarnya tidak pernah ada kata "100%" dalam dokumen resmi Gereja mana pun) di tetapkan oleh suatu konsili beratus-ratus tahun setelah Yesus mati, maka sebenarnya pengakuan iman tersebut ("Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia") adalah sesuatu yang dibuat-buat.
Cara pikir ini berangkat dari ketidak mengertian si moslem akan bagaimana Gereja menghayati dan menjaga wahyu ilahi yang satu dan selamanya.
Apa yang dilakukan konsili-konsili Gereja Katolik hanyalah mendefinisikan secara jelas dan definitif kebenaran iman yang sudah ada sejak dahulu. Dengan berlalunya waktu kadang-kadang timbul pertanyaan spesifik akan iman yang dilakukan oleh orang yang tulus, maupun tidak tulus. Untuk menjawab pertanyaan iman ini maka Gereja, sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (1Tim 3:15) dan banding tertinggi (Mat 18:15-17), akan memberikan jawaban yang definitif dan tidak bisa salah atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul.
Cara kerja ini juga terbaca di Alkitab, tepatnya di Kisah Para Rasul bab 15. Ketika itu timbul pertanyaan-pertanyaan apakah para umat Kristen non-Yahudi harus mengikuti hukum-hukum Musa yang diantaranya adalah sunat dan menjauhi makanan haram. Dan seperti yang kita ketahui akhirnya diputuskan bahwa sunat dan hukum Musa tidak perlu ditaati oleh umat Kristen non-Yahudi maupun Yahudi. Hasil keputusan ini masih berlaku kepada umat Kristen sekarang.
Nah, di abad ke 4 sampai 6, pertanyaan-pertanyaan yang timbul adalah mengenai Trinitas dan Inkarnasi. Dan sesuai dengan tugasnya Gereja pun lewat Paus dan Uskup, dimana Paus adalah penerus Petrus dan para Uskup adalah penerus rasul-rasul, bertemu dalam suatu konsili untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara definitif berdasarkan wahyu ilahi yang telah sekali dan selamanya diberikan pada para kudus (Yud 3). Para hierakhi disini tidak membuat suatu ajaran baru tapi menggali dari wahyu yang sudah diberikan Allah, apa jawaban definitif atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Hasil dari keputusan Konsili Ekumenis Ephesus dan Chalcedon merupakan keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah dan Tradisi. Silahkan klik link ke masing-masing konsili tersebut untuk melihat bagaimana Gereja melalui hierarkhinya menunjukkan kebenaran iman yang sesuai dengan Kitab Suci dan Tradisi para bapa [Gereja Awal terdahulu] (pada jaman itu Kitab suci belum diberi penomoran ayat sehingga kutipan Kitab Suci yang ada di dua link diatas tidak ada penomoran ayatnya).
Quote: |
Namun pendirian yang mengatakan bahwa Yesus 100% manusia dan 100% Tuhan saat ini mendapat tantangan yang luas dari para ilmuwan dan pakar Alkitab. |
Dari dulu sampai sekarang dan terus sampai kiamat nanti akan selalu ada orang dengan embel-embel "ilmuwan" atau "pakar Alkitab" yang memutar balik kebenaran iman yang Katolik Apostolik. Ini sesuatu yang tidak mengejutkan sama sekali.
Namun apakah argumen mereka tepat dan apakah argumen mereka sesuai dengan Kitab Suci dan Tradisi, itulah yang masih harus dibuktikan.
Quote: |
Prof. John Hick dalam bukunya The Myth of God Incarnate mengatakan:
"What the orthodoxy developed as the two natures of Jesus, divine and human coinherinq in one historical Jesus Christ remains a form of words without assiqnable meaning.... for to say without explanation that the historical Jesus of Nazareth was also God is adevoid of meaning...That Jesus was God the Son incarnate is not literally true since it has no literal meaninq but it is an application to Jesus of a mythical concept whose funtion is analogous to that of the notion of divine sonship ascribed in ancient world to aking"
(Apa yang diciptakan oleh golongan Kristen Orthodoks tentang ke-dwi sifat-an (dua kodrat) Yesus sebagai Khalik dan makhluk dalam diri Yesus hanyalah merupakan kata-kata tanpa arti....karena dengan mengatakan tanpa penjelasan bahwa manusia Yesus adalah juga Tuhan, adalah sesuatu yang tidak memiliki makna....Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan Anak secara harfiah tidak benar, karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya diterapkan kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda) |
John Hick adalah sumber yang pernah digunakan oleh apologist moslem, salah satunya yang dikenal adalah Jamal Badawi (Info dari answering-islam.org). Lebih lanjut website answering-islam.org juga menyebutkan bahwa Hick yang begitu modernist dan liberal sampai sampai berkeyakinan bahwa Allah itu sebegitu jauh dan tak tercapai sehingga tidak ada satu sabda pun yang terterima dari Dia. Tentu saja seorang moslem seperti Badawi, yang mengakui Quran sebagai sabda Allah akan kebakaran jenggot atas pemikiran Hick tersebut. Tapi tampaknya Badawi dan moslem lain tidak peduli. Mentalitas mereka, pokoknya ada materi yang bisa menyanggah iman Kristen pakai saja, apalagi kalau sumbernya berpendidikan tinggi dan berasal dari budaya barat (moslem sering berpikiran sempit bahwa semua orang barat itu Kristen yang taat, padahal bayak yang tidak Kristen dan lebih banyak yang Kristen tapi mempercayai iman yang seenak perutnya).
Paus Benediktus XVI saat masih menjabat sebagai prefek dari Konggregasi Ajaran Iman berkali-kali mengkritik keyakinan Hick yang ter-racuni oleh relativisme. Kritikan tajam dan akurat Cardinal Joseph Ratzinger (ie. nama aslli Paus Benediktus XVI) bisa dibaca dengan mengklik paragraph ini.
Sebenarnya apa yang dituduhkan Hick? Hick berkata bahwa artikel iman yang menyatakan bahwa dua kodrat Yesus, ilahi dan manusiawi, adalah suatu artikel iman yang tanpa artian yang pasti. Kenapa Hick sampai berkesimpulan seperti itu? Well, alasannya karena tidak ada penjelasan bahwa Yesus dari Nazareth adalah Allah juga. Hal lain yang dikritik Hicks adalah pernyataan iman bahwa Yesus adalah Allah Putra yang berinkarnasi. Hick berkata ini tidak benar secara literal karena pernyataan tersebut tidak punya makna literal (agak membingungkan memang, tapi mungkin karena konteks dari kutipan tidak dikutip). Hick berkata bahwa pernyataan tersebut hanyalah sebuah aplikasi suatu konsep mithology kepada Yesus yang mirip dengan bagaimana raja-raja dulu meng-klaim sebagai peranakan satu dewa.
Nah, bagaimana kita menjawab tuduhan Hick tersebut? Untuk menjawab tuduhan Hick pertama bahwa iman akan Yesus yang benar-benar Allah dan benar-benar manusia adalah suatu artikel iman yang tanpa arti yang pasti maka kita tinggal melihat definisi-definisi tak bisa salah Gereja yang dikeluarkan konsili-konsili Gereja dimana yang paling spesifik mendefinisikan artikel iman ini adalahKonsili Ekumenis Chalcedon. Tempat dimana terletak definisi yang sangat spesifik didasarkan argumen dari Kitab Suci dan Tradisi adalah bagian Tome of Leo dimana Paus Leo Agung dengan segala otoritas apostoliknya mendefinisikan secara tidak bisa salah artikel iman tersebut. Karena terlalu panjang aku tidak terjemahkan, tapi bisa dilihat bahwa dari Tome of Leo sudah terdefinisi secara jelas bahwa Yesus adalah Allah Putra yang berinkarnasi.
Dan atas definisi dari Paus Leo Agung tersebut para Uskup (600 orang) berkata:
Ini adalah iman para bapa [Gereja], ini adalah iman para rasul. Begitu juga kami semua mempercayai, begitulah kepercayaan yang ortodoks. Anathema kepada mereka yang tidak mempercayai seperti itu. Petrus telah berbicara melalui Leo. Begitulah yang diajarkan rasul-rasul. Saleh dan benar-lah ajaran Leo, begitu juga yang diajarkan Cyril (Sirilius). Ingatan akan Cyril akan kekal. Leo dan Cyril mengajarkan yang sama, anathema kepada dia yang tidak mempercayai. Inilah iman sejati.
|
Mengenai tuduhan Hick bahwa konsep Anak Allah hanyalah aplikasi mythology setempat dimana kala itu banyak orang yang mengklaim sebagai keturunan Dewa, kita bisa katakan bahwa Hick telah membuat kesalahan logika (logical falacy) dalam berargumen yang disebut argumentum ad populumatau disebut juga appeal to majority. Hick berpikiran bahwa karena mayoritas klaim raja jaman dulu sebagai Anak Allah adalah klaim palsu maka klaim Yesus sebagai Anak Allah hanyalah mengikuti trend saat itu (trend meng-klaim sebagai Anak Allah) dan karenanya palsu. Well, pertama-tama sekalipun klaim akan keturunan ilahi adalah klaim yang mayoritas adalah palsu di jaman itu hal ini tidak berarti bahwa klaim Yesus pasti palsu juga. Sebagai misal, para cowok kelas 3-4 SMU St. Thomas banyak yang mengklaim bahwa Cecilia, anak paling cantik, pintar dan santun di seluruh SMU St. Thomas, yang kebetulan juga anak 3-4, adalah pacar mereka. Namun ini tidak berarti bahwa klaim Yudi, yang sudah tunangan sejak lulusan kelas dua dengan Cecilia, adalah klaim yang palsu. Jadi, hanya karena waktu itu banyak yang menyatakan klaim palsu bahwa mereka berketurunan Ilahi, tidak berarti bahwa klaim bahwa Yesus adalah Putra Allah juga pasti palsu.
Quote: |
Huston Smith, pakar perbandingan agama dalam bukunya The Word's Religion hal 340 mengomentari ke-dwi sifat-an Yesus:
"To be fully divine mean one has to be free of human limitation. If he has only one human limitation then he is not God. But according to the creed, he has every human limitation. How, then can he be God?"
(Untuk sepenuhnya ilahi, berarti dia harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau dia memiliki satu kelemahan manusia, berarti dia bukan Tuhan. Tetapi berdasarkan kredo, dia (Yesus) memiliki segala keterbatasan sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin dia Tuhan?) |
Materi ini berasal dari artikel "Jesus – God & Man?" tulisan apologist moslem Shabir Ally.
Menurut wikipedia Huston Cumming Smith adalah seorang Protestant yang menekuni praktek Hindu.
Kesalahan dari argumen Smith diatas adalah mencampur-baurkan antara kodrat Yesus yang ilahi dan yang manusiawi. Smith berargumen, jika Yesus Allah maka mestinya Dia tidak memiliki kelemahan-kelemahan manusiawi. Kenapa? Karena kelemahan manusiawi tersebut tidak cocok atau bertentangan dengan keilahian yang serba sempurna.
Lebih lanjut, orang punya pemikiran sama dengan Smith mungkin akan berargumen, "bagaimana mungkin Allah kencing dan sakit ketika dipukuli?" dan "bagaimana mungkin manusia ada bersama Allah sebelum dunia diciptakan?"
Untuk menanggapi keberatan yang cukup lumrah dan memang sudah diutarakan sejak dahulu oleh para putra-putri Gereja dengan tulus maupun tidak, harus dimengerti, sekali lagi, tentang dua kodrat Yesus.
Yesus memiliki dua kodrat. Yang ilahi dan yang manusiawi. Kedua kodrat ini meskipun bersatu secara paling dekat ("The two natures of Christ exist in the closest union [Sent. Communis]" – Fundamentals of Catholic Dogma, p161, Ludwig Ott), sehingga tidak terpisahkan, namun kedua kodrat tersebut terbedakan, tak terbaurkan dan masing-masing punya operasinya sendiri ("Each of the two natures in Christ possesses its own natural will and its own natural mode of operation [De Fide]" - Fundamentals of Catholic Dogma, p148, Ludwig Ott).
Karena itu, untuk menjawab kebingungan Smith, segala kelemahan manusiawi dari Kristus hanya terjadi pada kodrat manusiawiNya. Kodrat ilahiNya tidak terpengaruh. Kodrat Ilahi Kristus tidak pernah merasakan kelemahan manusia seperti sengsaraNya di kayu salib.
Meskipun kedua kodrat Kristus punya operasi berbeda-beda, namun pribadinya tetap satu. Karena itu meskipun kita tidak bisa mengatakan "kodrat ilahi mengalami kesakitan ketika ditusuk paku" tapikita bisa mengatakan "Kristus mengalami kesakitan ketika ditusuk paku." Begitu juga kita tidak bisa mengatakan "kodrat manusiawi setara dengan Bapa" tapi kita bisa mengatakan bahwa "Kristus setara dengan Bapa."
Singkatnya, bila kita berbicara mengenai sisi kodrat, maka yang ilahi dan yang manusiawi harus terpisahkan karena dua kodrat tersebut punya operasi masing-masing. Namun bila kita berbicara dari sisi Pribadi dari kodart-kodrat tersebut, ie, Yesus Kristus sang Sabda, maka kita bisa mengatribusikan perkara-perkara ilahi atau manusiawi kepada sang Pribadi.
Quote: |
Randolph Ross dalam bukunya Command Sense Christiannity dengan tegas mengatakan:
"Not because it is difficult to understand, but because it cannot be meaningfuly be said....not only impossible according to our understanding of the laws of nature....but impossible according to tha rule of logic upon which all our reasoning is based"
(Bukan hanya karena sulit dimengerti, tetapi karena tidak ada maknanya....tidak hanya mustahil berdasarkan hukum alam....tetapi juga mustahil berdasarkan akal sehat dimana loqika berpikir kita didasarkan) |
Materi ini juga berasal dari artikel "Jesus – God & Man?" tulisan apologist moslem Shabir Ally.
Dalam bukunya Common Sense Christianity Ross berusaha mengkotakkan yang ilahi dalam "akal sehat" (common sense) manusia. Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang sesat bagi semua agama termasuk Islam. Ini karena pemilik "akal sehat" adalah manusia sementara manusia adalah ciptaan Alah yang maha kuasa. "Akal sehat" manusia saja tanpa bantuan iman tidak akan pernah bisa menjangkau misteri-misteri ilahi (bdk. Katekismus 36-38).
Salah satu pe-resensi buku Ross di amazon.com, Brian Albert, mengatakan:
"Dia (Ross) membuat aku kehilangan arah di bab 3 ketika dia berargumen bahwa karena akal sehatnya tidak mengijinkan dia untuk mempercayai bahwa seorang Allah yang pengasih memperbolehkan penderitaan maka Allah tidak seharusnya mempengaruhi dan tidak patut berkuasa atas perkara-perkara duniawi. Setelah membuat asumsi tersebut dia (Ross) kemudian berkata bahwa Alkitab telah salah ketika Alkitab menuliskan bahwa Allah itu mahakuasa, Bapa yang pengasih (Bapa macam apa yang tidak terlibat dalam kehidupan anak-anakNya), atau penasihat yang bersemayan. Dia meyakini bahwa Yesus tidak pernah melakukan mukjijat kecuali beberapa penyembuhan spiritual."
|
Kalau dilihat dari komentar pe-resensi buku diatas patut kita bertanya kepada si moslem apakah dia benar-benar mau mengamini buku karangan Ross tersebut. Ini karena buku Ross juga akan sangat bertentangan dengan keyakinan Islam tentang Allah. Bahkan Islam pun akan kebakaran jenggot ketika Ross berkata bahwa Yesus tidak pernah melakukan keajaiban karena Quran sendiri menunjukkan Yesus kecil sudah bisa melakukan keajaiban. Di sura 3:46 Allah mengatakan bahwa Yesus berbicara seperti dewasa sejak di palungan. Sedang di Sura 5:110 dikatakan bahwa selain Yesus mampu berbicara sejak di palungan, Dia juga menghidupkan burung-burungan dari tanah liat, menyembuhkan secara ajaib orang lepra dan buta dan menghidupkan yang mati.
Namun tampaknya bagi kebanyakan moslem, "yang penting ada bahan untuk menunjukkan kesalahan Kristen." Sungguh sifat ini sangat destruktif bagi mereka sendiri dan tidak mengindikasikan suatu kehendak baik.
Lalu bagaimana tulisan Ross ditanggapi? Well, kurang jelas sebenarnya apa yang dikomentari Ross. Apakah Trinitas, Inkarnasi atau apa. Namun melihat alur dari artikel Shabir Ally tampaknya yang dikomentari Ross adalah inkarnasi. Baiklah aku asumsikan demikian.
Tuduhan Ross bahwa inkarnasi tidak bisa diungkapkan secara berarti adalah tuduhan yang sama dengan yang dilontarkan John Hick, yang diatas sudah dibahas.
Mengenai tuduhan bahwa inkarnasi tidak mungkin menurut pengertian kita [manusia] akan hukum alami, well kita bisa menanggapi dengan enteng bahwa inkarnasi bukan hanya semata-mata perkara yang berkenaan dengan hukum alami tapi suatu perkara ilahi yang misterius dan jauh dari jangkauan akal sehat.
Ross lebih lanjut menuduh bahwa menurut aturan logika peristiwa inkarnasi tidak mungkin. Namun tidak dijelaskan aturan logika mana yang dilanggar. Apakah pelanggaran logika terjadi karena cara pikir seperti si Huston Smith yang mencampur-adukkan operasi dua kodrat ilahi Yesus (menurut alur dari artikel Shabir Ally tampaknya memang itulah yang dimaksudkan)? Bila memang begitu maka semuanya sudah terjelaskan diatas.
Quote: |
Namun walaupun ajaran yang tidak masuk akal ini mendapat tantangan dari para ilmuwan dan pakar Alkitab, Gereja tetap mempertahankannya matimatian karena umat Kristiani sudah terlanjur diajari bahwa dua kodrat Yesus merupakan syarat untuk menjadikannya sebagai Juru Selamat sesuai ajaran agama Yunani. |
Si Moslem ini sebaiknya mengecheck kembali tulisan para "ilmuwan" dan orang-orang yang mereka sebut "pakar" tersebut. Hick dan Ross, disamping argumen mereka melawan iman Kristen akan inkarnasi sangat salah, mereka ternyata juga punya keyakinan yang melawan keyakinan Islam. Huston Smith sendiri tampaknya tidak belajar banyak ketika dia dengan gegabah mengklaim bahwa karena Allah tidak mungkin punya kelemahan manusia maka Allah tidak mungkin berinkarnasi. Padahal sebagai penulis dia seharusnya cermat dan sadar akan dua kodrat Kristus yang sudah diimani dan dijelaskan sejak dari dulu.
Dan tentu saja Gereja akan terus mati-matian, sampai titik darah penghabisan, sampai akhir jaman bahkan sesudahnya, untuk mengajarkan iman akan dua kodrat Yesus. Dan iman ini sama sekali bukan sesuatu dari kebudayaan Yunani karena tidak pernah ada dari budaya Yunani konsep dua kodrat seperti yang diimani Gereja ini.
Quote: |
Tanya
Apakah Paulus pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan?
Jawab
Paulus (5-67M) yang hidup di zaman Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan Allah. |
Pada Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi terbaca:
Fil 2:5-6 ... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allahitu sebagai milik yang harus dipertahankan
|
Selebihnya silahkan baca bukti-bukti mengenai keyakinan Paulus akan ke-Allah-an Yesus dari kutipan entry-entry catholic Encyclopedia yang sudah aku kutip dan aku terjemahkan diatas.
Quote: |
Tanya
Apa upaya yang dilakukan Gereja untuk menjadikan Anak Allah setara dengan Allah?
Jawab
Dengan mengatakan bahwa Anak Allah (Tuhan) adalah Logosnya filsafat Yunani. |
Rasanya masalah Logos ini harus dijelaskan panjang lebar.
Untuk membuktikan bahwa iman akan Trinitas, dimana salah satu bagian darinya adalah iman akan keilahian Yesus dan eksistensiNya sebelum segala sesuatu, aku sudah mengutipkan bukti-bukti dari Perjanjian Lama (Mazmur, buku-buku Sapiential dan buku-buku Nabi) dari entry incarnation dari Catholic Encyclopedia. Dari buku-buku Perjanjian Lama tersebut, salah satunya di Amsal 8:22-23, kita melihat personifikasi dari sang Hikmat dan Sang Sabda (keduanya adalah satu pribadi yang sama terlihat di Keb 9:1-2). Dari sang Hikmat dan Sabda inilah terlihat Allah melakukan tindakan-tindakanNya seperti mencipta (Mzm 33:6; Yes 40:8; Am 8:27-31; Sir 24:3-4, 42:15), memelihara ciptaan (Keb 7:22, 8:6), menghukum (Zak 5:1-4), membebaskan dan menyembuhkan (Mzm 107:20).
Sementara itu dalam kebudayaan Yunani saat itu terdapat suatu teori yang disebut Logos.
Teori Logos muncul pertama kali dari seorang Yunani bernama Heraclitus. Baginya Logos, yang dia identikkan sebagai api, adalah prinsip universal yang menggerakkan dan memerintah dunia. Dalam perkembangan selanjutnya muncul para dualist, yaitu filsuf Plationist yang beranggapan bahwa dunia dibagi menjadi dua yaitu roh dan materi yang saling terpisah dan saling tidak terakses bagi masing-masing. Karena Allah yang berasal dari dunia roh tidak bisa diakses oleh manusia dari dunia materi, sedangkan semua hal berasal dari Allah dan perlu kuasa Allah agar tetap eksis, maka diperlukan suatu penghubung atau penyambung untuk berfungsi sebagai penengah. Penghubung ini punya daya ilahi tapi lebih rendah dari Allah dan diciptakan Allah. Penghubung tersebut punya berbagai sebutan dan salah satunya adalah Logos.
Dari sini kita lihat sedikit kemiripan antara peran sang Sabda (ie. Yesus Kristus) dengan Logos meskipun banyak sekali perbedaannya (yang akan dibahas sebentar lagi).
Apakah masyarakat Yahudi pernah merasakan kemiripan antara Logos dengan personifikasi Hikmat dan Sabda di Perjanjian Lama? Meskipun tidak sampai pada suatu iman Trinitas akan adanya pribadi Ilahi lain dalam Allah yang satu tapi ada beberapa orang Yahudi yang berspekulasi tentang suatu yang mirip dengan konsep Logos. Informasi tentang ini kita dapat dari tulisan Philo Judæus atau disebut juga Philo dari Alexandria (25 SM – 41 M), seorang Yahudi dari garis keturunan imam. Dia adalah seorang Yahudi yang berkependidikan dan berasal dari keluarga yang terpandang di kalangan para umat Yahudi yang tinggal di Alexandria (pemukiman Yahudi non-Israel yang terbesar dan sangat berpengaruh). Entry Logos dari catholic Encyclopedia mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisannya, Philo mengutip pemikiran-pemikiran dari para umat Yahudi Aleksandria terdahulu yang ber-spekulasi atas suatu Logos (umat Kristen awal juga menyimpan dan mengutip beberapa tulisan lain dari Yahudi Aleksandria yang berkenaan dengan Logos). Kharakter dari tulisan Philo akan Logos adalah sebagai berikut:
* Kadang-kadang, karena dipengaruhi tradisi Yahudi, Philo menggambarkan Logos sebagai Sabda Allah yang kreatif ("De Sacrific. Ab. et Cain"; cf. "De Somniis", I 182; "De Opif. Mundi", 13);
* di saat lain dia menggambarkan Logos sebagai yang menyingkapkan Allah, yang disimbolkan di Kitab Suci sebagai Malaikat Yahwe ("De Somniis", I, 228-39, "De Cherub.", 3; "De Fuga", 5; "Quis rer. divin. haeres sit", 201-205).
* Lebih sering lagi, Philo menerima bahasa spekulasi Yunani dan menganggap bahwa Logos, sesuai konsep Platonis, adalah jumlah total dari gagasan-gagasan dan dunia yang bisa dimengerti ("De Opif. Mundi", 24, 25; "Leg. Alleg.", I, 19; III, 96),
* atau, [Philo] setuju dengan teori Stoic [bahwa Logos adalah] kuasa yang menyangga dunia, pengikat yang memastikan kesatuan dunia, hukum yang menentukan perkembangan [dunia] ("De Fuga", 110; "De Plantat. Noe," 8-10; "Quis rer. divin. haeres sit", 188, 217; "Quod Deus sit immut.", 176; "De Opif. Mundi", 143).
|
Melalui berbagai konsep yang berbeda bisa dikenali satu ajaran yang fundamental: [bagi Philo] Logos adalah penghubung antara Alah dan dunia; melalui [Logos] Allah menciptakan dunia dan memerintahnya; melalui [Logos] pula manusia mengenal Allah dan berdoa kepadaNya ("De Cherub.", 125; "Quis rerum divin. haeres sit", 205-06.) Dalam tiga tempat Logos disebut Allah ("Leg. Alleg.", III, 207; "De Somniis", I, 229; "In Gen.", II, 62, dikutip oleh Eusebius, "Praep. Ev.", VII, 13); tapi, seperti yang dijelaskan oleh Philo sendiri dalam salah satu teks (De Somniis), [penyebutan Logos sebagai Allah] adalah penamaan yang tidak tepat dan dikenakan secara keliru, dan dia (Philo) menggunakan [penyebutan tersebut] karena dia dituntun [untuk melakukan] tindakan tersebut (ie, menyebut Logos sebagai Allah) oleh Teks Suci (ie. Kitab Suci) yang dia komentari. Terlebih Philo tidak menganggap Logos sebagai satu pribadi; [baginya Logos adalah] suatu gagasan, suatu kuasa/daya, dan, meskipun kadang diidentifikasikan dengan malaikat di Kitab Suci, hal tersebut (pengidentifikasian dengan malaikat) hanyalah personifikasi yang bersifat simbolis.
|
Dari eksposisi diatas kita tahu bahwa ada umat Yahudi sebelum Yesus yang menghubungkan personifikasi atribut Allah (ie. Hikmat dan Sabda) dengan teori Logos Yunani meskipun tidak sampai pada peng-identik-an Logos dengan Allah. Tapi paling tidak kita tahu perenungan umat Yahudi sebelum Kristus akan personifikasi atribut Allah (ie. Hikmat dan sabda) membuat mereka menghubungkan dengan teori Logos karena memang keduanya memiliki kemiripan.
Sekarang kita menuju jaman Perjanjian Baru. Aku langsung kutip dan terjemahkan dari Catholic Encyclopedia: Logos.
III. SANG LOGOS DALAM PERJANJIAN BARU
Istilah Logos hanya ditemukan di tulisan-tulisan Yohanes: di Wahyu (19:13), di Injil St. Yohanes (1:1-14), dan di suratnya yang pertama (1:1; cf. 1:7 - Vulgate). Tapi didalam surat-surat St. Paulus teologi akan Logos terasa pengaruhnya. Ini terlihat dari surat kepada umat Korintus, dimana Kristus disebut "kuasa Allah, dan hikmat Allah" (I Kor., 1:24) dan "rupa Allah" (II Cor., 4:4); lebih terlihat di surat kepada umat Kolose (1:15 dst); diatas semuanya adalah surat kepada umat Ibrani, dimana teologi akan Logos [ada, namun] hanya istilah ["Logos"] saja yang [tidak ada], [tapi istilah tersebut] akhirnya muncul di tulisan St. Yohanes. Dalam surat [kepada umat Ibrani ini] kita melihat pengaruh yang sangat jelas dari buku Kebijaksanaan Solomo, terutama dalam penggambaran yang diberikan atas hubungan antara Anak dan Bapa: "pancaran murni dari kemulian yang maha kuasa... dan gambar kebaikan-Nya"(cf. Wis., vii, 25-26). Kemiripan ini menunjukkan proses bagaimana ajaran Logos masuk kedalam teologi Kristen, petunjuk lain di berikan di Wahyu, dimana istilah Logos muncul pertama kali (19:13), tanpa mengacu pada satu ajaran teologi apapun, tapi pada satu penglihatan apokaliptis, isi [dari penglihatan apokaliptis tersebut] tidak mengacu pada [pemikiran atau tulisan] Philo tapi mengingat pada Kebijaksanaan Solomo 18:15.
Dalam Injil St. Yohanes, Logos muncul dalam ayat pertama tanpa penjelasan, sebagai suatu istilah yang sudah sangat akrab bagi pembaca, St. Yohanes menggunakannya pada akhir sebuah prolog (i, 14), dan tidak menyebutnya lagi di injilnya. Dari sini Harnack (catatan: Harnack adalah seorang Protestant liberal) menyimpulkan bahwa penyebutan sang Sabda hanyalah suatu titik awal bagi sang Penginjil, dan dia [St. Yohanes] melewati konsep Hellenistik Logos tersebut langsung ke ajaran Kristen akan Putra tunggal ("Ueber das Verhältniss des Prologs des vierten Evangeliums zum ganzen Werk" dalam "Zeitschrift fur Theol. und Kirche", II, 1892, 189-231). Hipotesis [Harnack] ini dibuktikan salah dengan [membaca] kekerapan sang Penginjil kembali kepada gagasan akan sang Sabda, lagipula, cukuplah alami bahwa istilah teknis ["Logos"], yang digunakan dalam prolog dimana sang Penginjil sedang menerjemahkan satu misteri Ilahi, memang tidak harus muncul dalam kelanjutan narasi karena karakternya bisa mengalami perubahan.
Apakah nilai yang pasti atas konsep [Logos] ini dalam tulisan-tulisan St. Yohanes? Bagi [St. Yohanes] Logos bukanlah seperti pemahaman Stoic seperti yang sering diamini Philo: Logos bukanlah kuasa/daya tak-berpribadi yang menjaga dunia, atau hukum yang mengaturnya; kita juga tidak menemukan dalam tulisan-tulisan St. Yohanes konsep Platonist akan Logos sebagai model ideal dari dunia; bagi St. Yohanes sang Sabda adalah sang Sabda Allah, dan karenanya dia bersandar pada tradisi Yahudi, [yaitu] teologi pada buku Kebijaksanaan Solomo, teologi pada buku Mazmur, teologi pada buku-buku Nabi, dan [buku] Kejadian; dia menyempurnakan gagasan [akan Logos] dan mentransformasikan [gagasan tersebut] dengan menunjukkan bahwa Sabda berdaya kreatif yang dari selamanya berada dalam Allah dan adalah Allah, menjadi daging dan berada diantara manusia.
Perbedaan ini tidak hanya satu-satunya yang membedakan teologi Yohanes dengan teologi Logos menurut konsep Philo, dimana tidak sedikit yang menyukai [Logos konsep Philo tesebut]. Logos Philo mempunyai sifat tak-berpribadi, adalah sebuah gagasan, sebuah kuasa, sebuah hukum; maksimal [Logos bagi Philo] bisa diandaikan sebagai sesuatu entitas yang separuh abstrak dan separuh konkrit, yang oleh mythologi Stoic dipinjami satu bentuk pribadi. Bagi Philo inkarnasi Logos pastilah sesuatu yang tanpa arti, begitu juga pengidentifikasian Logos dengan sang Messiah. Bagi St. Yohanes, sebaliknya, sang Logos terlihat dalam terang penuh pribadi yang konkrit dan hidup; Logos itu adalah Anak Allah, sang Mesiah, Yesus. Perbedaan yang sama besarnya [antara pemahaman Logos St. Yohanes dengan Philo] adalah ketika kita mempertimbangkan peran dari sang Logos. Logos-nya Philo adalah satu penghubung: "Sang Bapa yang adalah muasal segalanya telah memberikan kepada sang Logos suatu signal privilege (catatan: tidak aku terjemahkan) sebagai sebuah penghubung (methorios) antara mahkluk dan pencipta . . . [sang Logos] tidaklah tanpa awal (agenetos) seperti Allah, ataupun diperanakkan (genetos) seperti kamu semua [umat manusia], tapi menghubungkan (mesos) antara dua ekstrim" (Quis rer. divin. haeres sit, 205-06). Sabda-nya St. Yohanes bukanlah sebuah penyambung, tapi adalah satu perantara; Dia (Yesus) bukanlah penyambung antara dua kodrat, Ilahi dan manusiawi, tapi Dia menyatukannya dalam PribadiNya; tidaklah bisa dikatakan kepadaNya (Yesus), seperti bisa dikatakan pada Logos-nya Philo, bahwa Dia tidaklah agenetos dan juga tidak genetos, karena Dia pada saat yang sama satu dan yang lainnya (catatan: maksudnya sebagai sang Sabda yang selalu bersama Allah tentunya Yesus adalah agenetos, tapi bila memperhitungkan peristiwa inkarnasi sang Sabda maka Yesus bisa dikatakan agenetos dan genetos).
Dalam sejarah selanjutnya dari teologi Kristen banyak konflik timbul secara alami karena konsep-konsep yang saling ber-rival ini, dan spekulasi Hellenistik mendasari suatu godaan yang berbahaya bagi penulis Kristen. Namun [para penulis Kristen] tidak tergoda, tentu saja, tapi kadang-kadang mereka tergerakkan, sadar atau tidak, untuk mempertimbangkan sang Sabda sebagai suatu penyambung antara Allah dan dunia. Karena itulah muncul kecenderungan subordinationis yang diketemukan di beberapa penulis sebelum Konsili Nicea I (325 M); karena itulah muncul juga bidaah Arianisme.
|
Point penting dari kutipan diatas adalah perbedaan antara Logos versi Yunani dan Logos versi Philo dengan konsep Logos Katolik; inspirasi akan Logos dari iman Perjanjian Lama yang telah diterangi kepenuhan wahyu Perjanjian Baru; dan transformasi serta penyempurnaan gagasan Logos yang berasal dari budaya Yunani kepada iman Kristen.
Setelah penjelasan panjang lebar ini berikut dua diagram sederhana untuk menempatkan semua yang kita pelajari dalam perspektif:
1. (Yesus + Hellenistik Logos) --> Anak Allah
2. Yesus --> Anak Allah --> Perjanjian Lama <--> Logos Hellenistik ...........................………………………………………………...….↓………………….. ...........................………………………………………………Logos Katolik…………...
Diagram No:1 adalah apa yang dituduhkan Islam. Moslem menuduh seakan-akan umat Katolik purba mencampurkan wahyu akan Kristus dengan Logos Helenistik (budaya Yunani) dan menghasilkan pengangkatan derajat seorang Yesus sebagai Anak Allah yang setara dengan Allah. Diagram No:2 adalah apa yang sebenarnya terjadi. Wahyu akan Yesus menunjukkan bahwa diriNya adalah seorang Anak Allah sejati yang benar-benar berasal dari Allah dan setara dengan Allah. Dengan pengetahuan akan wahyu baru tersebut maka para umat Katolik melihat kembali tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat di Perjanjian Lama dalam terang wahyu baru tersebut dan menemukan bahwa personifikasi sang Hikmat dan sang Sabda di Perjanjian Lama bukan sekedar gaya bahasa tapi memang menunjukkan adanya Pribadi lain dari Allah yang satu tersebut. Kemudian Wahyu baru dan pemahaman baru akan Perjanjian Lama bertemu dengan teori Logos Hellenistik (karena memang filsafat Yunani pada saat itu sudah sangat berkembang dan mereka yang berpendidikan telah terdidik oleh filsafat Yunani). Umat Katolik, ketika menyadari kemiripan antara Logos Hellenistik dengan iman akan Yesus sang Sabda, kemudian mentranformasi dan menyempurnakan teori Logos sesuai dengan wahyu akan Yesus dan pemahaman baru akan Perjanjian Lama. Hasilnya adalah suatu pemahaman Logos yang sama sekali lain dari Logos Hellenistik dan bisa disebut sebagai Logos Katolik.
Kemudian mungkin muncul keberatan, "Mengadopsi suatu teori yang bukan berasal dari wahyu Allah sendiri tapi berasal dari pemikiran manusia yang tidak kenal Allah (ie. orang Yunani) akan mendistorsi atau bahkan menodai wahyu Allah itu sendiri."
Benarkah keberatan tersebut? Sama sekali tidak. Kesalahan dari keberatan diatas sebenarnya adalah mengasumsikan bahwa sesuatu yang berasal dari bangsa yang tidak menerima wahyu secara langsung (seperti bangsa Yahudi) pasti murni berasal dari manusia dan sama sekali bukan berasal dari Allah. Padahal semua manusia adalah mahkluk Allah. Allah bekerja, menjaga dan mencintai mereka semua. Allah pun ingin agar semua manusia terselamatkan dan tiba pada pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4) untuk itu kepada bangsa-bangsa non-Yahudi yang tidak menerima wahyu eksplisit Allah pun Dia sudah memberikan hukumNya di hati mereka (Rom 2:14-16). Karena itu adalah sangat konyol dan naif sekali untuk berpikiran bahwa selain bangsa Yahudi apapun yang dihasilkan oleh bangsa-bangsa lain adalah melulu dosa dan kejahatan. Apa yang baik dari bangsa non-Yahudi juga berasal dari sumber segala kebaikan yaitu Allah. Jadi tidak ada salahnya mengadopsi tradisi suatu bangsa asalkan tidak bertentangan dengan iman (kalaupun ada tradisi yang bertentangan kita masih bisa men-transformasi-nya agar tidak bertentangan dengan iman). Islam pun melakukan hal seperti ini. Misalnya kisah salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam dengan menggunakan seni pewayangan. Padahal pewayangan bersumber dari budaya Hindu India yang bagi Islam sangat bidat karena menyembah berhala. Berbagai ritual kedaerahan, seperti sesajen kepada "penunggu" laut, gunung, sungai etc pun dilakukan oleh para moslem Indonesia. Padahal ritual sesajen itu bukan berasal dari Quran. Namun tampaknya moslem membenarkan praktek tersebut atas dasar bahwa keyakinan akan mahkluk gaib toh merupakan keyakinan yang memang ada di Quran.
Quote: |
Tanya
Siapa yang mengatakan bahwa Logos (Firman) adalah anak Allah (Tuhan)?
Jawab
Yang mengatakan demikian adalah Philo dari Alexandria. Dia mendefinisikan Logos sebagai "Protogenes huios theou" (Anak sulung Tuhan). Paham penyembah berhala ini dianut mentah-mentah oleh Hamran Ambrie dalam bukunya: "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa" hal 19-20:
"Yesus, asal kejadiannya adalah dari zat Allah sendiri yaitu "Firman" atau kalam, dan Roh Kudus. (Matius 1:18). Firman dengan kata lain dikatakan juga "Anak Sulunq", ada sebelum segala makhluk diciptakan (Kolose 1:15) adalah zat Allah itu sendiri." |
Diatas sudah dijelaskan bagaimana berbedanya Logos-nya Philo, Logos-nya budaya Yunani (Hereclitus, Stoic, Platonist) dengan Logos Katolik.
Quote: |
Gelar anak Tuhan ini kemudian digunakan oleh Paulus untuk Yesus. Selanjutnya penyalin Injil yang umumnya adalah para pengikut Paulus juga ikut-ikutan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan), dengan menambahkannya kedalam ayat-ayat Injil.
"Inilah permulaan Injil tentanq Yesus Kristus, Anak Allah". (Markus 1:1) "Jawabnya (Sida-sida): 'Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah"' (Kis. 8:37)
Kata "Anak Allah" dari kedua ayat tersebut diatas adalah palsu. Kata-kata tersebut tidak ada dalam teks Injil Markus maupun Kisah Para Rasul dari (Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus) yang diperkirakan ditulis tahun 325M. kata "Anak Allah" dalam kedua kitab diatas, baru diselipkan di akhir abad ke IV atau abad ke V. |
Selain kesalahan bahwa di Kis 8:37 tidak pernah ada frase "Anak Allah," si moslem juga keliru kalau berargumen bahwa gelar "Anak Allah" adalah gelar tambahan karena berasal dari Markus 1:1, yang di-klaim moslem sebagai ayat tambahan. Kenapa? Karena KALAUPUN Markus 1:1 adalah ayat tambahan masih banyak ayat lain di Injil Markus dan di Kitab Suci dimana gelar "Anak Allah" digunakan dan diaplikasikan ke Yesus (terlalu banyak untuk disebut ayat mana saja). Memang benar bahwa di beberapa manuskrip yang lebih tua frase "Anak Allah" tidak ditemukan di Markus 1:1. Tapi, lalu kenapa memangnya? Toh gelar "Anak Allah" banyak dituliskan di ayat-ayat lain yang jelas-jelas otentik. Jadi sekali lagi kesalahan logika si moslem telah mementahkan argumennya sendiri.
Lagipula kata "Anak Allah" tidak hanya ditulis oleh pengikut Paulus. Para penulis injil yang dua diantaranya adalah rasul Yesus sendiri, Matius dan Yohanes, mengenakan gelar "Anak Allah" kepada Yesus.
Quote: |
Tanya
Apakah yang dimaksud dengan Logos dalam filsafat Yunani?
Jawab
Logos adalah perantara antara Tuhan dan Manusia. Tuhan dipandang mulia, roh, dan baka, sedangkan manusia dianggap dosa and fana. Adanya perbedaan antara Tuhan dan manusia inilah yang menyebabkan Tuhan yang mulia tidak dapat berhubungan dengan dunia dan manusia yang berdosa. Untuk memenuhi keinginan Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia dan dunia yang berdosa, Tuhan memerlukan perantara yang kedudukannya berada di bawah Tuhan, tetapi diatas manusia. Perentara ini dalam Filsafat Yunani disebut Logos, yang kemudian oleh Lembaga Alkitab Indonesia disebut Firman. |
Pertama-tama harus ditekankan bahwa Logos Hellenistik adalah suatu penghubung sedangkan Logos Katolik adalah suatu perantara. "Perantara" mempunyai satu pribadi dan bukan sekedar alat, inilah yang membedakan "perantara" dengan "penghubung."
Dari entry Logos di Catholic Encyclopedia kita perbedaan pemahaman Logos yang dianut beberapa orang.
Heraclitus, yang pertama kali mengajukan teori Logos mengidentifikasikan Logos dengan prinsip universal yang menggerakkan dan memerintah dunia. Para Stoic (murid dari sekolah Stoicism) membagi Logos menjadi dua yaitu "Logos" sendiri dan suatu "Seminal Logos." Yang pertama (Logos) mirip dengan pemahaman Heraclitus, yang kedua (Seminal Logos) adalah daya atau hukum yang tidak terelakkan oleh semua mahkluk dan harus diikuti oleh semua manusia berakal. Neo-Platonist, yang dualist, memandang Logos sebagai satu penghubung antara Allah yang tak terjangkau dengan manusia. Dan tentunya masih banyak variasi yang lain.
Dan yang memparalelkan Logos dengan Firman bukan LAI tapi Yohanes Penginjil yang adalah murid Yesus sendiri (Yoh 1:1-4).
Quote: |
Padahal firman menurut Yesus sendiri adalah wahyu yang diterimanya dari Tuhan Allah:
"Tetapi Yesus menjawab: 'Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah"' (Matius 4:4)
"Baranqsiapa menolak aku, dan tidak menerima perkataanku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yanq telah kukatakan, itulah yanq akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus aku..." (Matius 12:48-49)
"Dan aku tahu, bahwa perintahNya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang aku katakan, aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh bapa kepadaku". (Yohanes 12:50) |
Pertama-tama, mengenai Mat 4:4. Karena Yesus sendiri adalah roti kehidupan yang turun dari surga yang lebih dari sekedar roti biasa (Yoh 6:31-35, 6:41), maka sungguh tepatlah bahwa Dia adalah sang firman sendiri.
Kedua, disini moslem mencoba berargumen bahwa karena Yesus mendapat "firman" dari BapaNya, maka tidak mungkin Dia adalah sang Firman sendiri. Kesalahan berpikir kali ini adalah menyamakan Yesus sebagai sang Firman (Sabda, Logos) dan firman Allah kepada Yesus. Dalam Trinitas antar tiga Pribadi Ilahi tersebut terjalin ikatan yang sangat intim. Dalam ikatan tersebutlah mereka saling berinteraksi dengan mencinta (Mat 3:16-17). Sehingga ketika Kitab Suci mengatakan seperti di Yoh 12:48-49 (BUKAN Mat 12:18-19 seperti yang ditulis moslem) dan di Yoh 12:50 ini hanya berarti bahwa Bapa, sebagai Pribadi Pertama, mengkomunikasikan satu hal kepada Anak, sebagai Pribadi Kedua.
Dan sebaiknya dibuang pemikiran manusiawi bahwa sang Firman itu adalah sekedar "omongan" atau "perkataan" Allah. Aku pikir pemikiran inilah yang menimbulkan kesalahan argumen moslem. Padahal menurut wahyu ilahi sang Firman itu adalah satu Pribadi yang setara dan sehakikat dengan Bapa.
Quote: |
Tanya
Mengapa tidak sekalian saja menyebut Yesus dengan panggilan Logos atau Firman Tuhan tanpa harus menyebutnya Anak Allah (Tuhan)?
Jawab
Permasalahan yang dihadapi Gereja adalah bahwa Logos dalam filsafat Yunani adalah roh, sementara Yesus adalah manusia yang lengkap dengan tulang dan daging. Oleh karena itu, agar Logos penyembah berhala dapat diterapkan pada diri Yesus, maka Gereja kemudian menyatakan bahwa Logos telah menjadi deging, turun ke dunia, lahir melalui rahim seorang perawan, dan menjadi Anak Allah dalam diri Yesus.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16)
"Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraanya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan dirinya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia". (Filipi 2:6-7)
Dengan demikian gelar "Anak Allah" dibutuhkan sebagai gerbang pertemuan antara Yesus dan Logos. Agar Yesus dapat tiba pada keilahian Logos, ia harus melalui "gerbang" Anak Allah. Sementara bagi Logos untuk menjadi manusia harus lahir dari perawan melalui intervensi Roh Kudus, sehingga anak yang dilahirkan menjadi Anak Allah.
"Jawab malaikat itu kepadanya: 'Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yanq Maha Tinggi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). |
Mengapa Yesus harus disebut Anak Allah meskipun bisa juga disebut Logos atau Firman? Well, pertama-tama sebutan Anak Allah tidak menghilangkan sebutan Firman/Logos kepada Yesus. Gelar tersebut masih bisa digunakan. Kedua, sang Sabda dipanggil Anak Allah karena Allah Bapa sendiri mewahyukan demikian (Mzm 2:7). Ketiga, Yesus sendiri di berbagai kesempatan menyebut dirinya Anak Allah. Kesemuanya itu membuat umat Kristen punya hak dan kewajiban untuk memberikan gelar Anak Allah dalam arti sepenuh-penuhnya kepada sang Sabda, sang Logos, Yesus Kritus.
Dan tampaknya cara pikir "(Yesus + Hellenistik Logos) --> Anak Allah" muncul lagi disini. Diatas sudah dijelaskan panjang lebar kesalahan cara pikir ini.
Kesalahan yang terakhir dari pemaparan moslem diatas adalah pernyataan yang ini:
"Sementara bagi Logos untuk menjadi manusia harus lahir dari perawan melalui intervensi Roh Kudus, sehingga anak yang dilahirkan menjadi Anak Allah."
Padahal tidak pernah ada pemahaman akan Logos seperti itu dalam budaya Yunani. Disini tampaknya si Moslem mengarang sesuatu yang tidak ada untuk dituduhkan kepada umat Kristen. Perilaku ini dikenal dengan nama "fitnah."
Quote: |
Tanya
Apakah Logos adalah Tuhan?
Jawab
Karena logos dalam filsafat Yunani adalah perantara antara Tuhan dan manusia, sehingga kedudukannya lebih rendah dari Tuhan oleh karena itu Logos bukan Tuhan. |
Catholic Encyclopedia membedakan peran Logos Yunani (Hellenistik) dengan Logos yang Katolik. Logos Yunani adalah suatu "intermediary" (aku terjemahkan "penghubung") sedangkan sang Logos, ie. Kristus, adalah "mediator" yang berarti perantara. Perbedaannya adalah intermediary hanya berfungsi sebagai suatu instrument penghubung tanpa mempunyai suatu kepribadian. Sedangkanmediator adalah satu pribadi yang menjembatani dua pihak secara pribadi.
Dan memang Logos dalam budaya Yunani tidak dipandang sebagai sang Allah itu sendiri.
Quote: |
Tanya
Lalu bagaiamana Logos yang kedudukannya lebih rendah dari Tuhan, kemudian dapat menjadi Tuhan atau setara dengan Tuhan?
Jawab
Philo dari Alexandria memperkenalkan ide Logos dari Tuhan tanpa iktikad mempersamakan Logos dengan Tuhan, jauh sebelum penulisan Injil Yohanes. |
Philo memang tidak mempunyai itikad untuk mempersamakan Logos dengan Allah. NAMUN bahasa di Perjanjian Lama sendiri, yang sangat eksplisit dalam menunjukkan bahwa sang Sabda/Firman adalah satu pribadi tersendiri, akhirnya membuat Philo dalam beberapa tulisannya "terpaksa" Logos sebagai Allah, meskipun dia sendiri tidak menganggap demikian:
entry Logos di Catholic Encyclopedia:
Dalam tiga tempat Logos disebut Allah ("Leg. Alleg.", III, 207; "De Somniis", I, 229; "In Gen.", II, 62, dikutip oleh Eusebius, "Praep. Ev.", VII, 13); tapi, seperti yang dijelaskan oleh Philo sendiri dalam salah satu teks (De Somniis), [penyebutan Logos sebagai Allah] adalah penamaan yang tidak tepat dan dikenakan secara keliru, dan dia (Philo) menggunakan [penyebutan tersebut] karena dia dituntun [untuk melakukan] tindakan tersebut (ie, menyebut Logos sebagai Allah) oleh Teks Suci (ie. Kitab Suci) yang dia komentari.
|
Quote: |
"Pada mulanya adalah Logos (Firman), Logos (Firman) itu bersama dengan Tuhan dan Logos (Firman) itu berasal dari Tuhan".
Dalam hymne Platonis (Yohanes 1:1-14) yang diperkenalkan oleh Philo ini, Logos bukan Tuhan, tetapi lebih tepat disebut "firman Tuhan". Penyalin Injil Yohanes kemudian memetik hymne ini dan menempatkannya sebagai pembukaan Injil Yohanes. Tidak hanya sampai disini. Penyalin kemudian merubah anak kalimat:
"Dan Logos itu berasal dari Tuhan" menjadi "Dan Logos itu adalah Tuhan". |
Banyak sekali kesalahan disini. Pertama-tama, Logos versi Philo dan Platonist tidak persis sama. Kedua, adalah sangat tidak jujur untuk menyebut Yohanes 1:1-4 (yang dimaksud mestinya Yoh 1:1-4 bukan Yoh 1:1-14) mengkopy hymne Platonist. Memangnya Platonist mana yang mempunyai hymne seperti itu? Silahkan moslem menunjukkan sumbernya yang aku pastikan tidak pernah ada.
Ketiga, darimana moslem mendapatkan ide bahwa penyalin Injil Yohanes merubah anak kalimat? Oh ini dibuktikan dari tulisan St. Augustinus, seperti yang disebut moslem dibawah berikut. Coba kita lihat...
Quote: |
Pencaplokan ajaran Platonis ini oleh penyalin Injil Yohanes dijelaskan oleh Santo Augustinus dalam bukunya The Confession of Saint Augustine di bawah sub judul : Kitab Suci dan Filsafat Penyembah Berhala.
"...Book of the Platonists that had been translated out of Greek into Latin. In them 1 read, not indeed in these words but much the same thought, enforced by many varied argumenents that: In the beginning was the word, and the word was with God. All things ware made by him, and without him nothing was made"
(...Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis tetapi jalan pikirannya mirip, didukung dengan berbagai argumen bahwa : Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Tuhan dan Firman itu adalah (dari) Tuhan. la (firman) pada mulanya bersama dengan Tuhan. Segala sesuatu dijadiakan oleh dia (firman) dan tanpa dia (firman) tidak ada yang di jadikan). |
Kutipan ini berasal dari tulisan St. Augustine, Confession, buku VII, bab IX, pargraph 13.
Moslem berusaha agar pembaca berpikiran bahwa ucapan St. Agustinus diatas membuktikan bahwa Yoh 1:1-4 sebenarnya adalah materi dari buku-buku Platonist. Benarkah itu? Aku akan kutip dan terjemahkan seluruh paragraph (13-15) dari bab IX agar tahu konteksnya, perhatikan yang ditebalkan:
13. Dan Engkau, berkehendak pada awalnya untuk menunjukkan kepadaku bagaimana Engkau "menolak orang tinggi hati, tapi memberi rahmat" (Amsal 3:34; Yak 4:6; 1Pet 5:5) dan oleh suatu tindakan kerahiman yang besar Engkau telah menunjukkan kepada manusia jalan ke ke-kerendah-hatian, yaitu dengan "SabdaMu yang menjadi daging" (Yoh 1:14) dan tinggal diantara manusia,-- Engkau mendapatkan bagiku, orang yang dipenuhi oleh kebanggaan amat besar, beberapa buku dari kaum Platonist, yang diterjemahkan dari Yunani kedalam Latin. Dan [dalam buku-buku tersebut], tidak dalam kata-kata yang sama, tapi dalam efek yang sama, dikuatkan oleh alasan yang berbeda dan banyak, bahwa, "pada awalnya adalah Firman, dan Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Yang sama (Firman) dulu pada awalnya bersama dengan Allah. Semua hal dibuat oleh Dia; dan tanpa Dia tidak ada yang dibuat menjadi terbuat." (Yoh 1:1-3) Apa yang dibuat olehNya adalah "hidup; dan hidup itu adalah cahaya bagi manusia. Dan cahaya itu bersinar di kegelapan; dan kegelapan tidak mengertinya (atau mengenalnya atau menguasainya)." (Yoh 1:4-5) Dan bahwa jiwa manusia, meskipun jiwa itu "memberi kesaksian akan cahaya," (Yoh 1:7) tapi jiwa itu sendiri "bukanlah cahaya tersebut; tapi Firman Allah, yang adalah Allah, adalah cahaya itu yang sebenarnya yang menyinari setiap manusia yang datang ke dunia" (Yoh 1:8-9). Dan bahwa "Dia berada di dunia, dan dunia dibuat olehNya, dan dunia tidak mengetahuiNya" (Yoh 1:10). Tapi bahwa: "Dia datang pada milikNya sendiri (maksudnya, umat manusia adalah milikNya karena Dia menciptakan mereka) dan milikNya tidak menerimaNya. Tapi bagi banyak yang menerimaNya, kepada mereka Dia memberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, bahkan sampai pada: bahwa percaya kepada namaNya" (Yoh 1:10-12). Ini tidak aku baca disana (maksudnya di buku-buku Platonist).
14. Dalam cara yang sama, aku membaca bahwa Allah sang sabda dilahirkan tidak dari daging atau darah, : juga tidak dari kehendak daging, tapi oleh kehendak Allah. Tapi bahwa "Firman dibuat menjadi daging dan tinggal diantara kita," (Yoh 1:14) aku tidak membacanya disana(maksudnya di buku-buku Platonist). Karena aku menemukan bahwa dalam buku-buku [Platonist] tersebut, dalam cara-cara yang berbeda dan bervariasi, bahwa sang Putra dulu berada dalam bentuk sang Bapa, dan "tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan," (catatan: tulisan sebenarnya adalah "thought it not robbery to be equal with God." Ini sebenarnya adalah kutipan dari Fil 2:6 jadi aku langsung kutip dari Fil 2:6) karena pada kodratnya Dia adalah substansi yang sama [dengan Bapa]. Tapi dia mengosongkan diriNya sendiri, "dan mengambil untuk diriNya rupa seorang hamba, dan dibuat dalam keserupaan dengan manusia: dan menjadi sama dengan manusia, Dia merendahkan diriNya dan menjadi taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib. Karenanya Allah juga telah meninggikan dia setinggi-tingginya" (Fil 2:7-10) dari yang mati, "dan memberi Dia nama diatas segala nama: sehingga pada nama Yesus semua lutut mahkluk Surga dunia, dan dibawah dunia akan bertekuk; dan setiap lidah harus bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, kepada kemulian Alah Bapa;" (Fil 2:10-11),[ini] tidak dipunyai buku-buku [Platonist] tersebut. Bahwa sebelum semua jaman, dan diatas segala jaman, PutraMu yang tunggal tetap abadi denganMu dan tidak berubah; dan bahwa dari "kepenuhanNya" (Yoh 1:16) jiwa-jiwa [manusia] menerima, sehingga mereka (manusia) diberkati; dan bahwa oleh partisipasi dalam hikmat yang berada dalam diri mereka, mereka diperbaharui, sehingga mereka menjadi bijak, ada disana (di buku-buku Platonist). Tapi bahwa "dalam waktu yang ditetapkan Kristus mati bagi orang tak ber-Allah," (Rom 5:6) dan bahwa Engkau tidak menyayangkan Putra tunggalMu tapi telah memberikanNya kepada kita semua, tidak ada disana (di buku-buku Platonist). "Karena engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari para bijak dan orang yang hati-hati, dan telah menyingkapkannya kepada para bayi (maksudnya orang yang awam);" (Mat 11:25; Luk 10:21) sehingga mereka yang "berbeban dan bekerja berat" bisa "datang" (Mat 11:28) kepadaNya dan Dia bisa menyegarkan mereka, karena Dialah yang sabar (meek) dan lembut hati." (Mat 11:29) "yang sabar (meek) akan dituntunNya dalam keputusan; dan yang sabar (meek) akan Dia ajari jalanNya;" (Mzm 25:9) melihat kesederhanaan kita dan kesusahan kita, dan mengampuni semua dosa kita. Tapi beberapa disombongkan oleh adanya pembelajaran lain, tidak mendengarkan Dia berkata, "Belajarlah dariku; karena aku sabar (meek) dan lembut hati; dan engkau akan menemukan peristirahatan bagi jiwa-jiwamu." (Mat 11:29) "Karena bahwa, ketika mereka mengenal Allah, mereka memuliakanNya tidak sebagai Allah, [mereka] juga tidak bersyukur; tapi menjadi sia-sia dalam imaginasi mereka, dan hati mereka yang bodoh tergelapkan. Menyatakan sebagai yang bijak, mereka menjadi bodoh." (Rom 1:21-22)
15. Dan juga aku baca disana (di buku-buku Platonist), bahwa mereka (para penulis buku-buku Platonist) telah merubah kemulian kodratMu yang tak bercacat menjadi berhala dan rupa-rupa yang berbeda, --"dalam rupa yang dibuat seperti manusia bercacat, seperti burung-burung, dan binatang-binatang kaki empat, dan [binatang-binatang] merayap," (Rom 1:23) yaitu, seperti makanan Mesir yang membuat Esau kehilangan hak [kesulungannya]; karena untuk itu umatMu yang pertama menyembah kepala binatang berkaki empat dan bukannya Engkau, memutar hati mereka kembali kepada Mesir, dan membungkukkan rupaMu sendiri--yaitu jiwa merekakehadapan gambar-gambar "seekor sapi jantan yang makan rumput." (Mzm 106:20) (catatan: maksudnya orang-orang Yahudi dahulu telah membuat ciptaan yang serupa dengan Allah, yaitu diri mereka sendiri, melakukan penyembahan terhadap berhala). Hal-hal ini aku temukan disana, tapi aku tidak melahapnya.Karena memang berkenan bagiMu, Oh Tuhan, untuk mengambil ketidaksukaan akan kerendahan [hati] dari Yakub, bahwa yang tua harus melayani yang muda; dan Engkau telah memanggil para orang non-Yahudi (Gentiles) kedalam warisanmu. Dan aku telah datang kepadaMu dari para orang non-Yahudi (Gentiles), dan aku berusaha keras untuk mendapatkan emas yang Kau kehendaki untuk diambil bangsaMu [Israel] dari Mesir, karena melihat apapun yang ada adalah milikMu? Dan kepada orang-orang Athena Engkau berkata lewat rasulMu, bahwa dalam diriMu "kami hidup, dan bergerak, dan mendapatkan keberadaan kami;" (Kis 17:28) seperti yang dikatakan salah satu penyair mereka. Dan memang buku-buku [Platonist] ini berasal dari mereka. Tapi aku tidak menambatkan pikiranku kepada berhala-berhala Mesir, yang mereka layani dengan emasMu "yang merubah kebenaran Allah menjadi sebuah kebohongan, dan menyembah dan melayani ciptaan lebih dari pencipta." (Rom 1:25)
|
Disini kita lihat bahwa St. Augustine menyadari apa yang disadari umat Katolik awal. Yaitu bahwa dalam filsafat Platonist akan Logos ada kemiripan-kemiripan dengan wahyu Allah. Terlihat jelas dari terjemahan diatas bagaimana St. Augustine menunjukkan bagian mana yang mirip dan bagian mana yang tidak.
Sebagai contoh di paragraph 13 St. Augustine mengatakan bahwa iman akan sang Logos yang bersama Allah dan menerangi manusia mirip, meskipun cara dan alasannya berbeda, dengan buku-buku Platonist. Yang tidak mirip adalah bahwa jiwa manusia, meskipun memberi kesaksian akan sang cahaya, tapi bukan cahaya itu sendiri, tapi Firman Allah itulah yang adalah cahayanya. Kemiripan lain yang dicermati St. Augustine (masih di paragraph 14) adalah bahwa sang Firman/Logos berada di dunia tapi dunia tidak mengenalNya. Tapi mengenai kedatangan sang Firman sesuai kehendakNya kepada ciptaanNya sementara ciptaanNya tidak menerimaNya, namun bagi siapapun yang menerimaNya dan percaya akan namaNya akan Dia berikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, hal-hal ini tidak dibaca St. Augustine dalam buku Platonist.
Dan begitulah seterusnya St. Augustine menunjukkan kemiripan dan ketidak miripan ajaran-ajaran dari buku Platonist dengan iman Kristen.
Tulisan-tulisan yang berada dalam tanda kutip diatas bukanlah tulisan-tulisan dari buku-buku Platonist yang ditambahkan ke Kitab Suci.Tulisan tersebut adalah kutipan atau parafrase dari ayat-ayat Kitab Suci.
Dan bila ada moslem yang protest dan bilang bahwa aku menambahi keterangan-keterangan dan elips ("[…]") untuk merubah konteks tulisan St. Augustine maka silahkan dia membuktikan bahwa keterangan-keterangan dan elips-elips yang aku tambahkan telah merubah konteks sebagaimana dia tuduhkan.
Sekali lagi terbukti bahwa moslem telah memfitnah (kalau sengaja) ataupun keliru (kalau tidak sengaja).
Quote: |
Catatan kaki Alkitab The New Testament of the New American Bible, 1970 hal 203, memberikan alasan yang memperkuat pendapat bahwa Yohanes 1:1-18 bukan merupakan bagian dari Injil Yohanes, tetapi merupakan karya lepas yang baru dimasukkan sebagai pembuka Injil Yohanes oleh penyalin:
John 1:1-18; "The prologue is a hymn, formally poetic in style - perhaps originally an independent composition and only later adapted and edited to serve as an overture to the gospel"
(Yohanes 1:1-18; Pembukaan ini merupakan hymne, berbentuk syair - mungkin berasal dari karya bebas, yang hanya belakanqan baru dikutip dan diedit untuk berperan sebagai intro (pembuka) dari Injil). |
Si Moslem berusaha berkesimpulan lebih dari apa yang dikatakan bagian introduction dari Injil Yohanes di New American Bible. Di introduction tersebut tidak disebutkan bahwa yang memasukkan Yoh 1:1-18 adalah penyalin. Bisa jadi yang memasukkan adalah rasul Yohanes sendiri. Bisa dibayangkan bahwa ketika itu St. Yohanes mengenal satu hymne dan kemudian dia adaptasi (terjemahan kata "adapted" menjadi "kutip" yang dilakukan moslem sangat salah dan mendistorsi pemahaman) dan menempatkannya di muka Injil-nya sebagai pembukaan yang puitis.
Quote: |
Kesengajaan Gereja untuk mempersamakan Logos dengan Tuhan diperlihatakan oleh Athanasius dalam bukunya "The Incarnation of the Word" yang ditulis pada tahun 318M hal.4, dengan mengatakan:
"For our salvation he loves us so much as to appear and be born in human body".
(Demi keselamatan kita dia mencintai kita sedemikian rupa sehingga dia hadir dan dilahirkan dalam bentuk manusia) |
Gereja memang dengan sengaja mengadopsi teori Logos Hellenistik dan mentransformasi dan menyempurnakannya menjadi Logos Katolik karena SEBELUMNYA wahyu tentang Hikmat dan sabda di buku-buku Sapiential mempunyai beberapa kemiripan dengan teori Logos Yunani.
Quote: |
Dengan demikian karena menurut Gereja Yesus adalah Logos, dan menurut Gereja pula, Loqos adalah Tuhan Allah sehingga sim salabim, Yesus adalah Tuhan Allah yang nampak, pesis seperti apa yang diinginkan Hamran Ambrie.
Semoga dengan penjelasan ini umat Islam tidak kaget lagi dan tahu persis dari mana asal-usul "Firman (Yesus) adalah Allah yang nampak", sebagaimana yang dituduhkan oleh Hamran Ambrie. |
Ini adalah hasil kesimpulan moslem dari fakta-fakta salah yang sudah aku tunjukkan kesalahannya diatas. Karena faktanya juga sudah sangat kacau dan penuh fitnah, maka tentunya nilai dari kesimpulan yang berdasarkan fakta tersebut adalah nol.
Dan tentunya umat Katolik sekarang moga-moga juga tidak kaget akan kegegabahan moslem dalam menyuguhkan fakta dan menarik kesimpulan.
Quote: |
Tanya
Mengapa filsafat Yunani tentang Logos menjadi fondasi doktrin keimanan Kristen tentang Yesus? |
Yang menjadi doktrin ke-iman-an Kristen bukanlah filsafat Logos Yunani. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, adanya sang Sabda yang mencipta bersama dengan Allah dan ada sebelum segala sesuatu sudah ada di Perjanjian Lama.
Quote: |
Jawab
Para pemimpin gereja dan penginjil di kerajaan Romawi adalah pemeluk ajaran filsafat Yunani atau setidaknya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani. Tony Lane dalam bukunya "Christian Thought" mengatakan:
"The view of the fall owes more to Greek philosophy and to Origen than to the Bible".
(Pandangan tentang kejatuhan (dalam dosa) lebih banyak dipetik dari filsafat Yunani dan Origen dibanding dari Alkitab)
"The Platonist element is not like the icinq on a cake or the currant in it which can remove, but like the sherry flavoring which is inseparable from the cake itself"
(Elamen Platonis (dalam Kristen) bukan seperti hiasan atau kismis pada kue yang dengan mudah ditinggalkan, tetapi seperti aroma yang sudah menyatu dengan kue itu sendiri) |
Moslem secara salah menyebut bahwa buku karangan Lane adalah Christian Thought, sedangkan yang benar adalah A Concise History of Christian Thought. Tanpa peduli apakah moslem keliru mengutip atau tidak aku akan menanggapi satu persatu apa yang di-klaim moslem berasal dari Tony Lane.
Pertama-tama, "The view of the fall owes more to Greek philosophy and to Origen than to the Bible," yang menurut moslem dikutip dari Tony Lane. Ada sedikit kebingungan disini. Apakah yang dimaksud dengan "the view of the fall?" Apakah peristiwa jatuhnya Adam kedalam dosa atau masalah dosa asal? Aku akan asumsikan bahwa yang dimaksud adalah mengenai pandangan Gereja mengenai dosa asal. Karena kalau yang dimaksud adalah pandangan Gereja mengenai kejatuhan Adam maka sedikit sekali yang bersifat filosofis dari kejadian tersebut. Yang sangat filosofis tentunya adalah konsekuensi dari kejadian tersebut, ie. munculnya dosa asal.
Berikut ajaran Gereja Katolik mengenai dosa asal, aku ambil dari Katekismus Gereja Katolik 396-421:
III. Dosa Asal
Percobaan Kebebasan
396 Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya dan menerimanya dalam persahabatan-Nya. Sebagai makhluk yang dijiwai roh, manusia hanya dapat menghayati persahabatan ini dalam kepatuhan bebas kepada Allah. Itu dinyatakan dalam larangan bagi manusia untuk makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat "sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej 2:17). "Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat" ini mengingatkan secara simbolis akan Batas-Batas yang tidak boleh dilewati, yang manusia sebagai makhluk harus akui dengan bebas dan perhatikan dengan penuh kepercayaan. Manusia bergantung dari Pencipta, ia berada di bawah hukum-hukum ciptaan dan norma-norma kesusilaan yang mengatur penggunaan kebebasannya.
Dosa Pertama Manusia 397 Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati di dalam hatinya, menyalahgunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia. Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidaktaatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya.
398 Dalam dosa manusia mendahulukan dirinya sendiri daripada Allah dan dengan demikian mengabaikan Allah: ia memilih dirinya sendiri melawan Allah, melawan kebutuhan-kebutuhan keberadaannya sendiri sebagai makhluk dan dengan demikian juga melawan kesejahteraannya sendiri. Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan. Digoda oleh setan, ia hendak "menjadi seperti Allah", tetapi "tanpa Allah dan sebelum Allah dan tidak sesuai dengan Allah" (Maksimus Pengaku iman, ambig.).
399 Kitab Suci menunjukkan akibat-akibat dari ketidaktaatan pertama yang membawa malapetaka. Adam dan Hawa langsung kehilangan rahmat kekudusan asli. Mereka takut kepada Allah, tentang Siapa mereka telah membuat karikatur seorang Allah, yang terutama mencari kepentingan-kepentingan-Nya sendiri.
400 Keselarasan yang mereka miliki berkat keadilan asli, sudah rusak; kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan, sudah dipatahkan; kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan; hubungan mereka ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa. Juga keselarasan dengan ciptaan rusak: ciptaan kelihatan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia. Karena manusia, seluruh makhluk "telah ditaklukkan kepada kesia-siaan" (Rm 8:20). Akhirnya akan jadilah akibatnya, yang telah diramalkan dengan jelas sebelum dosa ketidaktaatan: "manusia adalah debu, dan akan kembali menjadi debu" (Kej 3:19). Maut memasuki sejarah umat manusia.
401 Sejak dosa pertama ini, dosa benar-benar membanjiri dunia: Kain membunuh saudaranya Abel"; sebagai akibat dosa, manusia pada umumnya menjadi rusak sama sekali; dalam sejarah Israel dosa ini sering menampakkan diri - terutama sebagai ketidaksetiaan kepada perjanjian dengan Allah dan sebagai pelanggaran hukum Musa; dan juga sesudah penebusan oleh Kristus orang Kristen masih juga berdosa dengan berbagai macam cara. Kitab Suci dan Tradisi Gereja selalu mengingatkan lagi bahwa ada dosa dan bahwa ia tersebar luas dalam seluruh sejarah manusia.
"Apa yang kita ketahui berkat pewahyuan itu memang cocok dengan pengalaman sendiri. Sebab bila memeriksa batinnya sendiri manusia memang menemukan juga, bahwa ia cenderung untuk berbuat jahat, dan tenggelam dalam banyak hal yang buruk, yang tidak mungkin berasal dari Penciptanya yang baik. Sering ia menolak mengakui Allah sebagai dasar hidupnya. Dengan demikian ia merusak keterarahannya yang sejati kepada tujuannya terakhir, begitu pula seluruh hubungannya yang sesungguhnya dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan segenap ciptaan" (GS 13,1)
|
Akibat Dosa Adam untuk Umat Manusia
402 Semua manusia terlibat dalam dosa Adam. Santo Paulus mengatakan: "Oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa" (Rm 5: 19). "Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Rm 5:12). Rasul mempertentangkan universalitas dosa dan kematian dengan universalitas keselamatan dalam Kristus: "Sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang mendapat penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang mendapat pembenaran untuk hidup" (Rm 5:18).
403 Sehubungan dengan Santo Paulus Gereja selalu mengajar bahwa penderitaan yang sangat banyak membebani manusia, dan kecondongannya kepada yang jahat dan kepada kematian tidak dapat dimengerti tanpa hubungan dengan dosa Adam dan dengan kenyataan bahwa ia meneruskan kepada kita suatu dosa, yang kita semua sudah terima pada saat kelahiran dan yang "merupakan kematian jiwa". Karena keyakinan iman ini Gereja memberi Pembaptisan untuk pengampunan dosa juga kepada anak-anak kecil yang belum melakukan dosa pribadi.
404 Mengapa dosa Adam menjadi dosa bagi semua turun-temurunnya? Dalam Adam seluruh umat manusia bersatu "bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual" (Tomas Aqu., mal. 4,1). Karena "kesatuan umat manusia ini", semua manusia terjerat dalam dosa Adam, sebagaimana semua terlibat dalam keadilan Kristus. Tetapi penerusan dosa asal adalah satu rahasia, yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. Namun melalui wahyu kita tahu bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asli untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh kodrat manusia. Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakukan dosa pribadi, tetapi dosa ini menimpa kodrat manusia, yang selanjutnya diwariskan dalam keadaan dosa. Dosa itu diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan, yaitu melalui penerusan kodrat manusia, yang kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Dengan demikian dosa asal adalah "dosa" dalam arti analog: ia adalah dosa, yang orang "menerimanya", tetapi bukan melakukannya, satu keadaan, bukan perbuatan.
405 Walaupun "berada pada setiap orang secara pribadi", namun dosa asal tidak mempunyai sifat kesalahan pribadi pada keturunan Adam. Manusia kehilangan kekudusan dan keadilan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan "concupiscentia". Karena Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi, tetapi akibat-akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah dan cenderung kepada yang jahat, tetap tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani.
406 Ajaran Gereja mengenai penerusan dosa asal dijernihkan terutama dalam abad ke-5, teristimewa di bawah dorongan pikiran antipelagian dari santo Agustinus, dan dalam abad ke-16 dalam perlawanan menentang reformasi. Pelagius berpendapat bahwa manusia sendiri berkat daya alaminya dan berkat kehendak bebasnya dapat menghayati kehidupan susila yang baik, tanpa memerlukan bantuan rahmat Allah, dan dengan demikian membatasi pengaruh dosa Adam menjadi suatu contoh kehidupan yang buruk saja. Sebaliknya para reformator pertama mengajarkan bahwa manusia sudah rusak sama sekali oleh dosa asal dan bahwa kebebasan sudah ditiadakan. Mereka mengidentifikasikan dosa yang diwarisi oleh setiap orang dengan kecondongan kepada yang jahat, yaitu concupiscentia, yang dianggap sebagai tidak terkalahkan. Terutama pads tahun 529 dalam Sinode kedua Orange dan pada tahun 1546 dalam Konsili Trente Gereja menyatakan pendiriannya mengenai makna wahyu tentang dosa asal.
Perjuangan Berat ...
407 Ajaran mengenai dosa asal - dalam hubungan dengan ajaran mengenai penebusan oleh Kristus - memberi pandangan jelas, bagaimana keadaan manusia dan tindakannya di dunia ini. Melalui dosa nenek moyang kita, setan mendapat kekuasaan tertentu atas manusia, walaupun manusia tetap tinggal bebas. Dosa asal menghantar kepada "perhambaan di bawah kekuasaan dia, yang sesudah itu berkuasa atas maut, yaitu setan (Ibr 2:14)" (Konsili Trente: DS 1511). Tidak memperhatikan bahwa manusia memiliki kodrat yang terluka dan condong kepada yang jahat, akan mengakibatkan kekeliruan yang buruk dalam bidang pendidikan, politik, tingkah laku sosial, dan kesusilaan.
408 Akibat-akibat dosa asal dan semua dosa pribadi manusia membawa dunia secara menyeluruh ke dalam keadaan dosa, yang bersama penginjil Yohanes dapat dinamakan "dosa dunia" (Yoh 1:29). Dengan istilah ini orang menggambarkan pengaruh negatif atas diri manusia oleh situasi dan struktur kemasyarakatan yang adalah akibat dari dosa manusia.
409 Situasi dramatis "seluruh dunia" ini, yang berada "di bawah kekuasaan si jahat" (1 Yoh 5:19)3, membuat kehidupan manusia menjadi suatu perjuangan:
"Sebab seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuasaan kegelapan. Pergulatan itu mulai sejak awal dunia, dan menurut amanat Tuhan akan tetap berlangsung hingga hari kiamat. Terjebak dalam pergumulan itu, manusia tiada hentinya harus berjuang untuk tetap berpegang pada yang baik. Dan hanya melalui banyak jerih payah, berkat bantuan rahmat Allah, ia mampu mencapai kesatuan dalam dirinya" (GS 37,2).
|
IV. "Engkau Tidak Menyerahkan Dia kepada Kekuasaan Maut"
410 Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia, kemenangannya atas yang jahat dan kebangkitan dari kejatuhannya. Teks dalam buku Kejadian ini dinamakan "protoevangelium", karena ia adalah pengumuman mengenai permusuhan antara ular dan wanita dan kemenangan akhir dari turunan wanita itu.
411 Tradisi Kristen melihat dalam teks ini pengumuman tentang "Adam baru" yang oleh "ketaatan-Nya sampai mati di salib" (Flp 2:8) berbuat lebih daripada hanya memulihkan ketidaktaatan Adam. Selanjutnya banyak bapa Gereja dan pujangga Gereja melihat wanita yang dinyatakan dalam "protoevangelium" adalah Bunda Kristus, Maria, sebagai "Hawa baru". Kemenangan yang diperoleh Kristus atas dosa diperuntukkan bagi Maria sebagai yang pertama dan atas cara yang luar biasa: ia dibebaskan secara utuh dari tiap noda dosa asal dan oleh rahmat Allah yang khusus ia tidak melakukan dosa apa pun selama seluruh kehidupan duniawinya.
412 Tetapi mengapa Allah tidak menghalangi manusia pertama berdosa? Santo Leo Agung menjawab: "Lebih bernilailah apa yang kita terima melalui rahmat Tuhan yang tidak terlukiskan, daripada kehilangan yang kita alami karena iri hati setan" (serm. 73, 4). Dan santo Tomas dari Aquino: "Juga sesudah dosa masih terdapat kemungkinan pengangkatan kodrat. Allah hanya membiarkan yang jahat itu terjadi, untuk menghasilkan darinya sesuatu yang lebih baik: Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah (Rm 5:20). Karena itu waktu pemberkatan lilin Paska dinyanyikan: 'O kesalahan yang membahagiakan, yang dikaruniai seorang Penebus yang sekian besar'" (s.th. 3,1,3 ad 3).
TEKS-TEKS SINGKAT
413 "Maut tidak dibuat oleh Allah, dan Ia pun tidak bergembira karena orang yang hidup musnah lenyap ... Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia" (Keb 1:13; 2:24).
414 Setan atau iblis dan roh-roh jahat yang lain pada mulanya adalah malaikat, tetapi mereka jatuh, karena dengan kehendak bebas mereka menolak melayani Allah dan keputusan-Nya. Keputusan mereka melawan Allah bersifat definitif. Mereka berusaha untuk menarik manusia dalam pemberontakan mereka melawan Allah.
415 "Akan tetapi manusia, yang diciptakan oleh Allah dalam kebenaran, sejak awal mula sejarah, atas bujukan si Jahat, telah menyalahgunakan kebebasannya. Ia memberontak melawan Allah, dan ingin mencapai tujuannya di luar Allah " (GS 13,1).
416 Oleh dosanya, Adam sebagai manusia pertama kehilangan kekudusan dan keadilan aslinya, yang telah ia terima dari Allah tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk semua manusia.
417 Adam dan Hawa oleh dosa mereka yang pertama meneruskan kepada turun-temurunnya kodrat manusiawi yang terluka, jadi yang mengalami kekurangan kekudusan dan keadilan asli. Kekurangan ini dinamakan "dosa asal ".
418 Sebagai akibat dosa asal kodrat manusiawi diperlemah dalam kekuatannya, ditaklukkan kepada kebodohan, kesengsaraan, dan kekuasaan kematian, dan condong kepada dosa. Kecondongan ini dinamakan "concupiscentia ".
419 "Sambil mengikuti Konsili Trente, kami memegang teguh, bahwa dosa asal diturunkan bersama dengan kodrat manusiawi melalui pembiakan dan tidak hanya melalui peniruan, dan bahwa dosa asal itu berada di dalam diri setiap manusia sebagai keadaan pribadinya " (SPF 16).
420 Kemenangan Kristus atas dosa memberi kepada kita hal-hal yang lebih baik daripada yang diambil dari kita oleh dosa. "Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah " (Rm 5:20).
421 "Menurut iman umat Kristiani dunia diciptakan dan dilestarikan oleh cinta kasih Sang Pencipta; dunia memang berada dalam perbudakan dosa, tetapi telah dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si Jahat dihancurkan" (GS 2,2).
|
Dari bacaan panjang diatas kita melihat adanya kutipan-kutipan Kitab Suci yang menjadi dasar dari ajaran mengenai dosa asal. Ini membuktikan bahwa ajaran dosa asal memang punya dasar di Kitab Suci. Lalu apakah ajaran dosa asal, sebagaimana dipaparkan di Katekismus diatas, lebih berasal dari filsafat Yunani? Silahkan si moslem cari filsafat Yunani yang amat mirip dengan ajaran dosa asal sebagaimana yang dipaparkan di Katekismus diatas. Aku katakan "amat mirip" agar moslem tidak merasa bahwa karena hanya ada sedikit kemiripan antara satu atau dua filsafat Yunani dengan ajaran dosa asal Katolik maka itu berarti ajaran dosa asal Katolik berasal dari budaya Yunani (karena kalau mau dimirip-miripkan maka aku juga bisa buat 10 kemiripan Quran dengan filsafat Yunani, kalau ada yang menantang, silahkan. Aku akan bersusah payah untuk meladeni tantangan tersebut). Back to Index
Sebagai bukti tambahan, berikut adalah tiga Bapa Gereja Awal sebelum Origen yang mengimani ajaran dosa asal (diambil dari website Joe [Joseph] Gallegos, aku hilangkan beberapa bagian yang tidak perlu):
"Dia (Yesus) berdiri memerlukan baptisan, atau [memerlukan] turunnya Roh seperti merpati; bahkan seperti Dia tunduk untuk dilahirkan dan disalibkan, tidak karena dia memerlukan hal-hal tersebut, tapi untuk bangsa manusia, yang sesudah Adam telah jatuh kedalam kuasa kematian dan tipuan si ular, dan tiap orang [sesudah Adam] telah melakukan pelanggaran pribadi. Karena Allah, yang berkeinginan bagi para malaikat dan manusia, yang diberi kehendak bebas, dan atas kebebasan mereka, untuk melakukan apa yang telah Dia kuatkan [bagi mereka] untuk lakukan, membuat mereka demikian, sehingga bila mereka memilih sesuatu yang berkenan kepadaNya, Dia akan menjaga mereka bebas dari kematian dan dari hukuman; tapi bila mereka melakukan yang jahat, Dia akan menghukum tiap-tiap [malaikat dan manusia] sebagaimana dia pandang layak. ... Justin Martyr,Dialogue with Trypho,88:4(A.D. 155),in ANF,I:243-244
"... Karena dengan telah menghilangkan [efek dari] ketidakpatuhan manusia yang terjadi ketika peristiwa pohon (pohon buah pengetahuan baik dan buruk), 'Dia menjadi taat sampai mati, bahkan sampai mati disalib;' menegakkan kembali ketidakpatuhan tersebut yang terjadi karena pohon, melalui kepatuhan tersebut yang [didapatkan] diatas pohon [salib]. ... [Allah] yang telah kita hina dalam Adam yang pertama, ketika dia (adam yang pertama) tidak melakukan perintah. Dalam Adam kedua (Kristus), kita didamaikan, dibuat taat bahkan sampai mati. Karena kita adalah pengutang tidak kepada siapapun melainkan kepada Dia yang perintahnya telah kita langgar pada awal mulanya Irenaeus,Against Heresies,V:16:3(A.D. 180),in ANF,I:544
"Setiap jiwa, dikarenakan kelahirannya, mempunyai kodratnya dalam Adam sampai dia dilahirkan kembali dalam Kristus; terlebih jiwa tersebut masih tidak bersih sementara masih seperti itu tanpa regenerasi; dan karena tidak bersih, [maka jiwa itu] secara aktif mempunyai dosa, dan menyebarkan ke daging (karena kesatuan [antara jiwa dan daging]) dengan aib-nya sendiri Tertullian,On the Soul,40(A.D. 208),in ANF,III:220
|
Sudah cukuplah bukti diatas untuk menyanggah tuduhan bahwa ajaran dosa asal lebih berasal dari Origen daripada Kitab Suci. Back to Index
Sekarang mengenai kutipan kedua yang moslem klaim dari Tony Lane, "The Platonist element is not like the icinq on a cake or the currant in it which can remove, but like the sherry flavoring which is inseparable from the cake itself"
Mengenai ini rasanya tulisan sebelumnya tentang perbedaan Logos St. Yohanes Penginjil dengan Logos Yunani, serta tulisan St. Agustinus yang membeda-bedakan bagian mana di Kitab Suci yang mirip ajaran Platonist dan mana yang sama sekali tidak mirip, sudah membuktikan dengan cukup bahwa element Platonist bukanlah dasar dari ajaran Katolik. Kalaupun ada kesamaan, itu wajar karena toh Allah memang menghendaki agar semua manusia tiba pada pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4) termasuk bangsa-bangsa non-Yahudi jaman dahulu.
Quote: |
Paul Tillich dalam bukunya "A History of Christian Thought" menjelaskan bagaimana ajaran teology Yunani merasuk kedalam doktrin Trinitas melalui Logos (Firman).
"Christianity took from its great vompetitor (Stoic) many fundamental idea. The first is the doctrine of the logos, a doctrine that may bring you to despair when you study the history of Trinitarian and Christianity can not be understood without it"
(Kristen menganut dari saingannya (Filsafat Stoa) berbagai ajaran dasar. Yang pertama adalah ajaran tentang Logos (Firman), suatu ajaran yang dapat membuat anda kecewa manakala anda mempelajari sejarah trinitas dan pemikiran Kristen Pertumbuhan ajaran Kristen tidak dapat dimengerti tanpa bersandar pada ajaran ini (Stoa). |
Sekali lagi dari Paul Tillich, seorang Protestant yang agak liberal. Kutipan itu, dan beberapa bagian lain, ada di website religion-online.org (sekarang mati websitenya), meskipun aku kurang pasti apakah dari situ juga moslem mengambilnya.
Pertama-tama, rasanya di bagian atas-atas sudah dijelaskan bagaimana hubungan antara filsafat Logos Yunani dengan ajaran Logos Katolik. Penjelasan tesebut aku rasa sudah cukup untuk menunjukkan bahwa pernyataan "bagaimana ajaran teology Yunani merasuk kedalam doktrin Trinitas melalui Logos (Firman)" adalah pernyataan yang sangat keliru.
Kedua, moslem seharusnya konsisten, maksudku, sebenarnya konsep Logos Yunani siapa yang menjadi dasar ajaran Kristen seperti yang mereka tuduhkan? Disini moslem mengutip Tillich berkata bahwa Logos Stoic yang mendasari Logos umat Kristen. Sedangkan tadinya, menurut Tony Lane yang dikutip moslem, adalah Platonist yang menjadi dasar ajaran Logos Kristen. Sebelumnya bahkan Philo yang disebut-sebut. Kita bisa melihat bahwa moslem cuma berkehendak untuk mengakumulasi semua tuduhan tanpa peduli bahwa antar tuduhan itu saling tidak konsisten (karena Logos menurut Stoic, Platonist, Philo dan yang lainnya cukup berbeda).
Ketiga, moslem tampaknya berusaha agar kata "kecewa" (diterjemahkan dari "despair") dari tulisan Tillich berarti bahwa mempelajari Trinitas akan membuat orang kecewa karena ternyata Trinitas berasal dari filsafat Logos Stoic dan bukannya dari wahyu Allah. Padahal kata "despair" sendiri lebih tepat diterjemahkan "putus asa" bukan "kecewa." Oleh karena itu adalah lebih masuk akal bahwa Tillich hanya ingin berkata kalau orang akan putus asa ketika mempelajari sejarah Trinitas. Kenapa? Tentunya karena kerumitan dari sisi sejarah dan tekhnis mengenai seluk beluk ajaran Trinitas tersebut.
Keempat, moslem dengan tidak jujur mengatakan bahwa yang dimaksud "ajaran ini" di kalimat terakhir dari kutipan Tillich diatas, adalah ajaran "Stoa." Padahal bila kita melihat kalimat sebelumnya maka sudah jelas yang dimaksud "ajaran ini" itu adalah "ajaran Trinitas" bukan "ajaran Stoa."
Keenam, berikut adalah dari tulisan Tillich di buku A History of Christian Thought yang dikutip diwebsite tersebut dimana moslem mendapatkan kutipan Tillich diatas. Kita bisa melihat berdasarkan tulisan Tillich, seperti apakah ajaran Logos dari kaum Stoic:
"Bagi para Stoic Logos adalah kuasa ilahi yang hadir di semua yang ada. Ada tiga aspek dari Logos tersebut, semua [aspek] tersebut menjadi sangat penting dalam perkembangan lebih lanjut. Yang pertama adalah hukum alam. Logos [menurut Stoic] adalah prinsip yang mengatur semua perkara alam bergerak. Logos adalah bibit ilahi, kuasa kreatif ilahi, yang membuat segalanya menjadi seperti apa mereka itu. Dan Logos adalah daya kreatif dari pergerakan semua hal. Kedua Logos berarti hukum moral. Dengan Immanuel Kant kita bisa menyebut ini "rasio praktis", hukum yang mendasar dalam setiap manusia ketika dia menerima dirinya (manusia) sebagai suatu pribadi, dengan harga diri dan keagungan seorang pribadi. Ketika kita melihat istilah "hukum alam" dalam buku-buku klasik, kita semestinya tidak berpikiran akan hukum fisika, tapi hukum moral. Sebagai contoh, ketika kita berbicara akan "hak manusia" seperti yang terdapat di Undang-Undang Dasar Amerika, kita berbicara akan hukum alam.
Ketiga, Logos juga berarti kemampuan manusia untuk mengenal realitas, kita bisa menyebutnya "rasio teoritis". Logos adalah kemampuan manusia untuk ber-rasio. Karena manusia memiliki Logos dalam dirinya sendiri, dia bisa menemukan Logos pada alam dan sejarah. Dari sini terlihat bagi Stoicisme bahwa manusia yang ditetapkan oleh hukum alam, yaitu sang Logos, adalah logikos, sang manusia bijak. Tapi para Stoic tidaklah optimis. Mereka tidak meyakini bahwa semua orang adalah sang manusia bijak. Mungkin hanya ada beberapa yang mencapai ideal ini. Semua manusia yang lain adalah bodoh atau berdiri disuatu tempat diantara sang bijak dan sang bodoh. Jadi Stoicisme meyakini pesimisme mendasar atas mayoritas umat manusia."
|
Terlihat bagaimana impersonalnya (tidak berkepribadiannya) Logos dari kaum Stoic. Logos hanya dianggap sebagai aturan yang menggerakkan semua hal, sekumpulan hukum moral. Sedangkan Logos Katolik sendiri adalah satu pribadi yang mengatur alam tidak secara impersonal tapi dengan cinta kasih (Keb 8:9). Terlihat di Kebijaksanaan Solomo bab 10 bagaimana sang Hikmat, yang dimengerti umat Katolik sebagai sang sabda, Sang Logos, Yesus, menjaga dan memelihara secara sangat pribadi bagai seorang orang tua yang penuh kasih (Ams 8:31-32). Jelas Logos bukan sekedar aturan kaku yang menggerakkan semua hal seperti yang dipahami Stoic. Di bagian lain kita lihat Logos Stoic membawa manusia mengenal realitas dan menjadi bijak. Logos Katolik (ie. Yesus) membuat manusia mengenal jalan [kepada Bapa], kebenaran, kehidupan (Yoh 14:6) dan membuat manusia menjadi kudus sehingga dia "diciptakan" kembali menjadi "ciptaan baru" (2Kor 5:17), menjadi anak angkat Allah (Gal 4:5-7), menjadi pengikut serta dalam kodrat ilahi sang Allah (2Pet 1:4), menjadi pewaris kerajaan Allah bersama dengan Kristus (Rom 8:17).
Berikut tulisan dari Catholic Encyclopedia: Logos, yang telah aku terjemahkan diatas, juga sebagai pembanding antara Logos Stoic dengan Logos Katolik:
Apakah nilai yang pasti atas konsep [Logos] ini dalam tulisan-tulisan St. Yohanes? Bagi [St. Yohanes] Logos bukanlah seperti pemahaman Stoic seperti yang sering diamini Philo: Logos bukanlah kuasa/daya tak-berpribadi yang menjaga dunia, atau hukum yang mengaturnya; kita juga tidak menemukan dalam tulisan-tulisan St. Yohanes konsep Platonist akan Logos sebagai model ideal dari dunia; bagi St. Yohanes sang Sabda adalah sang Sabda Allah, dan karenanya dia bersandar pada tradisi Yahudi, [yaitu] teologi pada buku Kebijaksanaan Solomo, teologi pada buku Mazmur, teologi pada buku-buku Nabi, dan [buku] Kejadian; dia menyempurnakan gagasan [akan Logos] dan mentransformasikan [gagasan tersebut] dengan menunjukkan bahwa Sabda berdaya kreatif yang dari selamanya berada dalam Allah dan adalah Allah, menjadi daging dan berada diantara manusia.
|
Terlihat perbedaan jelas Logos Stoic dengan Logos Katolik. Dan terlihat pula bahwa Logos Katolik mempunyai dasar dari Perjanjian Lama sekalipun (jangan lupa melihat pemaparan akan sang Hikmat yang diterjemahkan dari Catholic Encyclopedia: Incarnation
Quote: |
Justine Martyr dengan bangga mengatakan:
"This is (Platonis) the only philosophy which 1 have found certain and adequate".
(Ini (Platonis) adalah satu-satunya filsafat yang menurut saya cocok dan pantas).
And vice versa he said: "Those who live according to the Logos, are Christians".
(Dan sebaliknya dia berkata: " Mereka yang menganut Logos, adalah Kristiani). |
Sekali lagi disini moslem terlihat begitu terbutakan oleh keinginan untuk mendiskreditkan iman yang Katolik dan Apostolik sehingga mengambil bahan keluar konteks dan melakukan fitnah.
Kutipan dari Justin Martyr tersebut dikutip oleh Paul Tillich dari buku yang sama dengan yang dibahas barusan diatas A History of Christian Thought halaman 27. Konteks dari bagian tulisan Tillich dimana dia mengutip Justin Martyr bisa dilihat disini (Lecture 5 dari buku A History of christian Though).
Aku akan sajikan terjemahan tulisan Tillich untuk melihat konteks yang lebih luas dari kalimat yang dicomot sembarangan oleh Moslem. Berikut konteks dari kutipan pertama, yang dikutip moslem adalah bagian yang digrasibawahi dan miring. Perhatikan juga yang ditebalkan.):
Justin Martyr, mungkin adalah yang paling penting dari para Apologist [jaman Gereja Awal]: "Ini adalah satu-satunya filosofi yang aku temukan sebagai pasti dan cocok." Kalimat ini butuh suatu komentar. Beberapa teolog yang anti-apologetik – mereka tidak hanya [ada] di eropa tengah – akan berkata: Nah kamu lihat kan: Kristianitas telah tercairkan menjadi satu filosofi; inilah apa yang dilakukan para Apologist dan inilah apa yang dilakukan oleh setiap teologi Apologetik – bahkan [teologi Apologetik]-ku sendiri. Aku telah mendengar ini beberapa, bahkan tak terhingga, kali. Situasinya harus dipahami: apa yang dimaksud dengan kalimat [dari Justin Martyr] tersebut, sebenarnya? Jelas bahwa [kalimat itu] mengatakan bahwa Kristianitas adalah filosofi. Tapi jika seseorang membuat pernyataan seperti itu, dia harus tahu apa yang dimaksud dengan filosofi, dalam mulut orang ini (si Justin Martyr maksudnya), yang bukan seorang profesor filosofi di America pada tahun 1953 (tahun buku Tillich diterbitkan) di salah satu kolose dari universitas tersebut. Seorang filsuf Yunani adalah seseorang yang cukup berbeda. Filsofosi pada waktu itu adalah nama bagi karakter pergerakan yang spiritual, non-magis dan non-takhyul. Karenanya! Justin berkata bahwa Kristianitas adalah satu-satunya filosofi yang pasti dan cocok, dia pertama-tama mengatakan bahwa [filosofi Kristen] tidak magis, [filosofi Kristen] tidak takhyul; [filosofi Kristen] mempunyai makna penuh, cocok, kepada logos, kepada sabda, kepada rasio, dan ini adalah hal pertama yang dia katakan kepada orang seperti Celsus.
|
Jelas disini bahwa yang dimaksud "This is" dari perkataan Justin Martyr adalah filosofi Kristen BUKAN filosofi Platonist. Moslem telah melakukan ketidakjujuran dengan mengarahkan pembaca agar mereka merasa bahwa Justin Martyr sedang berbicara mengenai filosofi Platonist. Padahal Tillich, sang penulis buku sendiri, menjelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud Justin Martyr adalah filosofi Kristen.
Sekarang mari kita lihat konteks dari kutipan kedua. Bagian yang ditulis miring dan digaris bawahi adalah kutipan yang dicomot keluar konteks oleh moslem. Perhatikan juga yang ditebalkan:
Sekarang dalam hal filsofofi Kristen, dia (Justin Martyr), berkata bahwa [filosofi tersebut] universal – dan ini sangat penting – yaitu bahwa [filosofi Kristen tersebut] bukanlah pojok kebenaran dari suatu karakter sektarian, tapi ini (filosofi Kristen) adalah kebenaran yang melingkupi semua mengenai makna dari keberadaan. Kebenaran eksistensial..–..kebenaran bukan dalam arti ilmiah, tapi dalam arti kebenaran mengenai keberadaan (eksistensi), kebenaran mengenai kehidupan dan kematian, kebenaran mengenai ada atau tidak ada, dimanapun [kebenaran itu] muncul, adalah kebenaran Kristen. "Apa yang dikatakan setiap orang mengenai kebenaran adalah milik kita, umat Kristen." Ini bukanlah arogansi. Dia (Justin Martyr) tidak bermaksud [untuk mengatakan] bahwa sekarang umat Kristen mempunyai semua kebenaran, yang mereka (umat Kristen) telah ciptakan, etc. , tapi mereka (umat kristen) mengatakan tepat seperti apa yang mereka (umat Kristen) katakan nantinya dalam kaitannya dengan ajaran logos, yaitu bahwa tidak dapat ada kebenaran apapun dimanapun yang tidak disertakan dalam prinsip kebenaran Kristen. Ini adalah apa yang sudah dikatakan oleh Injil Keempat, yaitu bahwa logos muncul, penuh kebenaran dan rahmat.
Dan sebaliknya, dia (Justin Martyr) berkata: "Mereka yang hidup sesuai dengan logos adalah Kristen." Nah apa yang terjadi disini adalah sangat penting. Dia (Justin Martyr) memasukkan/menyertakan, sebagai contoh, Socrates, Heraclitus, Elia, dan yang lain. Tapi ada perbedaan; dia menambahkan, "logos yang total," yang muncul dalam Kristus dan telah menjadi "tubuh, pikiran dan jiwa." Karenanya para filsuf tersebut (Socrates, Heraclitus dan para filsuf Yunani lain, tidak termasuk Elia yang bukan filsuf Yunani tapi seorang nabi), terlepas dari Kristianitas, telah salah sebagian (maksudnya tidak salah total tapi sebagian) dan bahkan sebagian terkena inspirasi iblis yang datang dari ilah-ilah pagan. Para ilah orang kafir bukanlah non-entitas, tapi mereka adalah kuasa-kuasa iblis, mereka adalah kenyataan. Tapi karena mereka terbatas (karena) mereka adalah berhala, mereka mempunyai kuasa destruktif.
|
Disini sangat jelas bagaimana umat Kristen [Katolik] yang diwakili Justin Martyr memurnikan konsep Logos. Pertama-tama dia (Justin Martyr) mempostulasikan bahwa kebenaran Kristen adalah satu-satunya kebenaran (kebenaran eksistential, kebenaran mengenai kehidupan dan kematian etc). Bila memang ada kebenaran lain yang ada diluar Kristen, katakanlah dalam filsafat Yunani, maka kebenaran itu sudah tercakup dalam kebenaran Kristen. Tentu saja karena Allah adalah sumber segala yang benar, maka semua kebenaran berasal dariNya. Yang membedakan antara kebenaran yang ada dalam Kristianitas dan diluar Kristianitas adalah bahwa kebenaran dalam Kristianitas adalah kebenaran murni tanpa salah dan tidak tercampur dengan kesalahan-kesalahan yang tidak jarang merupakan inspirasi dari para iblis.
Kita lihat bagaimana Justyn Martyr sendiri menyadari bahwa konsep Logos Yunani sekalipun mempunyai kesalahan-kesalahan yang bahkan mungkin berasal dari iblis. Karena itu sangatlah konyol untuk berpikiran kalau seakan-akan Justin Martyr dan para umat Kristen jaman dulu menelan bulat-bulat konsep Logos Yunani dalam rangka menjadikan Yesus setara dengan Allah seperti yang dituduhkan moslem.
Quote: |
Tanya
Apakah Yesus mengajari murud-muridnya dan umat Israel tentang Logos , atau apakah beliau pernah mengatakan bahwa dia adalah Logos?
Jawab
Ketika Yesus diuji oleh Ahli Taurat dan orang-orang Saduki, apakah beliau sudah tercemar oleh filsafat Yunani atau masih mempertahankan tauhid, beliau memberikan jawaban yang tegas:
"Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa". (Markus 12:29)
Disaat yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh pemuka agama Yahudi ini, Yesus tidak pernah menyebut-nyebut Logos atau menyatakan dirinya sendiri sebagai Logos (Firman hidup). Oleh karena itu para pemuka agama yahudi merasa lega dan mengetakan:
"Tepat sekali, guru, benar katamu itu, bahwa Dia (Tuhan Allah) esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia (Tuhan Allah)". (Markus 12:32) |
Moslem disini mencoba berargumen bahwa karena Yesus tidak pernah mengatakan atau bahkan membicarakan mengenai Logos (Dan memang dari seluruh ucapan Yesus di Kitab Suci Dia tidak pernah mengucapkan kata Logos. Logos hanya muncul di Yoh 1:1,14; Wahyu 19:13; 1Yoh 1:1), maka Logos bukanlah ajaran Yesus atau bahkan bukan wahyu dari Allah. Kesalahan dari argumen ini adalah menganggap bahwa apa yang diwahyukan Allah itu hanya sebatas apa yang dikatakan Yesus. Padahal apa yang diimani sebagai wahyu Allah oleh iman yang Katolik dan Apostolik bukan hanya apa yang dikatakan Yesus tapi seluruh Kitab Suci dan Tradisi [lisan] Suci (2Tes 2:15).
Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa segala tulisan yang diilhamkan (diinspirasikan) Allah adalah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kesalahan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran sehingga tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2Tim 3:16-17).
Gereja Katolik mengajarkan (Katekismus):
101 Untuk mewahyukan Diri kepada manusia, Allah berbicara dalam kebaikan-Nya kepada manusia dengan bahasa manusiawi: "Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia" (Dei Verbum 13).
105 Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci. "Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus".
"Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2Tim 3:16; 2Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja" (Dei Verbum 11).
106 Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auclor] Kitab Suci. "Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya - sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka - semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh" (Dei Verbum 11).
107 Kitab-kitab yang diinspirasi mengajarkan kebenaran. "Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita" (Dei Verbum 11).
108 Tetapi iman Kristen bukanlah satu "agama buku". Agama Kristen adalah agama "Sabda" Allah, "bukan sabda yang ditulis dan bisu, melainkan Sabda yang menjadi manusia dan hidup" (Bernard, hom. miss. 4,11). Kristus, Sabda abadi dari Allah yang hidup, harus membuka pikiran kita dengan penerangan Roh Kudus, "untuk mengerti maksud Alkitab" (Luk 24:45), supaya ia tidak tinggal huruf mati.
|
Jadi, karena setiap bagian Kitab suci memang diinspirasikan Allah dan mempunyai Allah sebagai pengarangnya (melalui tangan dan pikiran manusia), maka meskipun dalam kata-kata Yesus di Kitab Suci Dia tidak menyebut kata "Logos," tapi bila di bagian lain di Kitab Suci dituliskan kata "Logos" dan diajarkan iman mengenai Logos (Yoh 1:1-14; Wahyu 19:13; 1Yoh 1:1) maka itu tetap pula apa yang dikarang oleh Allah yang Dia inspirasikan kepada manusia. Dan karena Yesus adalah Allah juga, maka Dia juga menginspirasi, menghendaki dan mewahyukan apa yang dituliskan tentang Logos di Kitab Suci.
Terlebih, bagi umat Kristen sejati yaitu umat Katolik, meskipun kata Logos atau Trinitas atau kesatuan hipostasis (kata "Hypostasys" sendiri ada di 2Kor 9:4; 11:17; Ibr 1:3; 3:14 tapi kata "kesatuan hypostasys" tidak ada dimanapun) atau lainnya tidak ada di Kitab Suci, tapi kalau kata tersebut ada dalam terang Tradisi [lisan] Suci, maka kata itu juga adalah wahyu Allah. Karena iman yang Katolik dan Apostolik tidak hanya ada di Kitab Suci (ayat Kitab Suci pun mendukung ini 2Tes 2:15, Yoh 21:25).
Dan untuk menanggapi kutipan ayat Kitab Suci diatas (Markus 12:29,32) yang dikutip moslem, kita harus mengingatkan kepada si moslem untuk tidak memfitnah. Gereja tidak pernah mengajarkan bahwa Allah itu tidak esa. Gereja tidak pernah mengajarkan adanya lebih dari satu Allah. Logos Katolik itu adalah juga Allah yang Esa tersebut.
|
|
|
|
|
1 comment:
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱
Post a Comment