Analisa Kritis Terhadap Injil-Injil Non Kanonik
Injil Gnostik :
Sejarah Yesus sebenarnya…?
Umat Kristen telah mengetahui sejak lama tentang keberadaan "Injil-Injil lain"; ini bukanlah hal baru yang mengejutkan. Pada tahun 180 M, Iraneus telah menulis argumentasi untuk menentang Injil-Injil tersebut. Tetapi sampai tahun 1945, ketika naskah NagHamadi ditemukan, kita yang hidup pada zaman ini baru mendengamya karena sebelumnya naskah-naskah itu telah menghilang untuk waktu yang cukup lama. Di tahun 1945, beberapa orang lokal dari Nag Hamadi, di Mesir, menemukan 13 kodeks tua (buku kuno) yang berisi tentang 50 teks dari agama kuno yang disebut sebagai "Gnostik" diantaranya ada beberapa "Injil-Injil" yang telah ditentang oleh Iraneus dan umat Kristen pada tahun 180 M.
Apa Ada Penulisan Rahasia Tentang Yesus…?
Pada tahun 1945 sebuah penemuan di datarang tinggi Mesir, dekat kota Nag Hammadi. Ada lima puluh dua kopi tulisan kuno, disebut Injil Gnostik ditemukan di 13 bungkusan kulit berisi buku tulisan tangan dari papirus. Ditulis dalam bahasa Coptic dan berasal dari sebuah perpustakaan semacam biara.
Beberapa ahli Gnostik melontarkan pernyataan terlalu jauh
terhadap penemuan ini dengan menyebutkan tulisan-tulisan itu merupakan sejarah
Yesus lebih otentik dibandingkan dengan Perjanjian Baru. Tapi apakah keyakinan
mereka atas dokumen-dokumen itu punya dukungan bukti sejarah…?
Rahasia “Mereka Yang Tahu”
Rahasia “Mereka Yang Tahu”
Kata "Gnostik" berasal dari bahasa Yunani, gnosis yang artinya pengetahuan. Secara umum kaum Gnostik, sebutan yang biasa mereka pakai, percaya bahwa jawaban untuk masalah manusia dapat ditemukan secara khusus. Ini merupakan rahasia pengetahuan dimana hanya orang-orang khusus saja yang dapat meraihnya. Ada banyak jenis pengajaran Gnostik, tetapi pada dasarnya itu merupakan pengajaran yang menggabungkan filsafat Yunani dengan mistik Barat.
Gnostik mengajarkan bahwa dunia telah diciptakan oleh dewa yang jahat, dewa yang lebih rendah, seorang malaikat atau setengah dewa. Dewa yang lebih tinggi itu tinggal di dalam suatu pribadi yang disebut Barbello, yang nampaknya merupakan "Ibu dari surga". Dewa yang lebih tinggi itu adalah dewa yang baik, yang menghasilkan dirinya sendiri. "Autogenes" dia adalah allah dari roh-roh. Jadi, pada inti pengajarannya adalah roh itu baik, materi itu jahat. Mereka juga mempunyai beberapa dewa kecil lain yang disebut sebagai aeons.
Karena mereka percaya bahwa roh itu baik dan materi itu jahat, maka mereka berpikir bahwa semua manusia jahat adanya, sehingga terkadang mereka menentang adanya perkawinan dan melahirkan anak. Mereka berpendapat bahwa tujuan kita seharusnya untuk menyatukan kembali diri kita dengan keberadaan terang, atau roh, atau energi. Seseorang seharusnya mencoba untuk membebaskan roh mereka dari tubuh jasmani melalui perenungan yang dalam, refleksi, atau meditasi.
Ketika KeKristenan meluas, kelompok Gnostik mencampurkan sejumlah doktrin dengan elemen-elemen KeKristenan kedalam keyakinan mereka, membangun citra Gnostisme jadi mirip (palsu, tiruan) dengan KeKristenan. Mungkin mereka melakukan itu untuk menarik pengikut baru lebih banyak dan membuat Yesus sebagai tokoh dari perjuangan mereka. Namun, bagi sistim pemikiran mereka untuk sejajar dengan KeKristenan, Yesus perlu diciptakan lagi, dihilangkan kemanusianNya dan ke-Tuhan-anNya.
Di buku The Oxford
History of Christianity, John McManners, menulis Gnostik mencampur
KeKristenan dengan kepercayaan mistis. Gnostikisme merupakan teosofi dengan
banyak bahan. Okultisme dan mistis oriental dilebur dengan astrologi,sihir. …
Mereka mengkoleksi perkataan Yesus dibentuk agar cocok dengan interpretasi
mereka sendiri (seperti di Injil Tomas), dan menawarkan pengikut mereka sebagai
alternatif atau pesaing KeKristenan.
Kritik Awal
Gnostik mulai tumbuh pada abad pertama, hanya beberapa puluh tahun setelah kematian Yesus. Para rasul, dalam pengajaran dan tulisan mereka, membahas cukup panjang untuk mengecam kepercayaan-kepercayaan itu sebagai berlawanan terhadap kebenaran Yesus, dimana mereka adalah saksi mata.
Rasul Yohanes menulis
Siapa penipu terbesar? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Mereka adalah anti-Kristus, karena mereka telah menolak Bapa dan Anak.
(1 Yohanes 2:22).
Rasul Paulus menulis
Aku
heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia
Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu Injil lain, yang sebenarnya
bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk
memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu
suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia.
Seperti
yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada
orang yang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang
telah kamu terima, terkutuklah dia.
(Galatia
1:6-9)
St Lukas menulis
Teofilus yang mulia,
Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi di antara kita, seperti yang
disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan
pelayan Firman.
Karena itu, setelah
aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau
dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
(Lukas 1:1-4)
Dari apa yang telah dituliskan diatas, kita bisa sampai pada sebuah kesimpulan bahwa pengajaran gnostik dengan Injil2 “yg berbeda” seperti yg diberitakan oleh para rasul tumbuh bersama selang beberapa tahun setelah Yesus Kristus terangkat ke Surga, namun Injil2 pada masa itu para Rasul masih hidup dan akan menentang buku tersebut. Sehingga setiap pemalsu seperti itu tidak akan dapat menjaga kredibilitasnya untuk waktu yang lama, khususnya jika mereka menulis sesuatu yang bertentangan dengan semua buku dan surat yang telah ditulis oleh para Rasul. Namun pada abad ke-2, ketika para Rasul sudah tiada, ada kesempatan besar bagi mereka yang ingin menggabungkan pengajaran Kristen dengan Gnostik, dan beberapa orang memang melakukannya.
Mengikuti pengajaran para rasul, pemimpin Gereja mula-mula secara bulat mengutuk Gnostik sebagai sekte sesat. Bapa Gereja Irenaeus, menulis 140 tahun sebelum Dewan Nicaea, mengkonfirmasikan Gnostik dikutuk oleh Gereja sebagai sesat. Dia juga menolak “Injil” mereka, tetapi merujuk pada empat Injil Perjanjian Baru, dia mengatakan, “Tidaklah mungkin Injil bisa lebih banyak atau sedikit dalam jumlah dibandingkan yang sudah ada.”
Teolog Kristen, Origen, menulis pada awal abad ketiga, lebih dari seratus tahun sebelum Konsili Nicaea:
“.. Saya tahu beberapa
Injil yang disebut “Injil menurut Thomas” dan “Injil menurut Matthias”, dan
banyak lagi yang lain yang sudah kita baca — supaya jangan kita dianggap bodoh
karena mereka yang mengkhayal mereka memiliki sejumlah pengetahuan jika mereka
memperolehnya dengan itu (Injil Thomas dan Injil Matthias). Walaupun begitu,
dari semua yang kita sudah setujui dari apa yang akui Gereja, dimana hanya ada
empat Injil seharusnya diterima...”
Penulis Misterius
Ketika membahas Injil Gnostik, sama seperti setiap buku yang menyandang nama karakter Perjanjian Baru, Injil Filipus, Injil Petrus, Injil Maria, Injil Yudas, dan seterusnya. Tapi apakah mereka pernah menuliskan siapa penulisnya…?
Ahli Perjanjian Baru Norman Geisler menulis, “Tulisan Gnostik tidak ditulis oleh para
rasul, tapi oleh orang di abad kedua (dan lebih kemudian) berpura-pura untuk
menggunakan otoritas kerasulan untuk memajukan pengajaran-pengajaran mereka
sendiri. Hari ini, kita menyebutnya sebagai penipuan dan penjiplakkan.”
Misteri Dan Sejarah
Injil Gnostik bukanlah catatan historis kehidupan Yesus tapi lebih banyak berisi pernyataan abstrak, diselimuti misteri, mengesampingkan detil historis seperti nama, tempat, dan peristiwa. Ini sangat kontras dengan Injil Perjanjian Baru, yang berisi banyak sekali fakta historis tentang kehidupan Yesus, pelayananNya, dan firmanNya.
Siapa yang anda lebih percaya — seseorang yang mengatakan, “Hey, saya punya fakta rahasia yang secara misterius diungkapkan kepada saya,” atau seseorang yang mengatakan, “Saya mencari seluruh bukti dan sejarah, dan ini untuk anda putuskan sendiri…?”
Simpan pertanyaan tersebut, pertimbangkan dua pernyataan, pertama dari Injil Gnostik Tomas (tahun 110-150) dan kedua dari Injil Lukas di Perjanjian Baru (Tahun 55-70).
Ini adalah
perkataan-perkataan tersembunyi dari Yesus dan dicatat oleh si kembar Yudas
Tomas.[6]
Banyak orang telah
berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki
segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan
untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui,
bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.( Lukas 1:1-4)
Apakah anda bisa temukan bahwa pendekatan terbuka dan tulus
dari Lukas lebih menarik…?
Dan anda juga temukan kenyataan bahwa buku itu ditulis lebih dekat dengan kejadian sebenarnya sehingga memperkuat kehandalannya…?
Jika ya, itulah pandangan Gereja mula-mula (purba) juga.
Dan anda juga temukan kenyataan bahwa buku itu ditulis lebih dekat dengan kejadian sebenarnya sehingga memperkuat kehandalannya…?
Jika ya, itulah pandangan Gereja mula-mula (purba) juga.
Dan sebagian besar pakar setuju dengan pandangan Gereja
purba bahwa Perjanjian Baru adalah sejarah otentik Yesus. Ahli Perjanjian Baru
Raymond Brown berkomentar tentang Injil Gnostik, “Kami pelajari tidak ada fakta baru, yang bisa diverifikasi, tentang sejarah
pelayanan Yesus, dan hanya ada beberapa pernyataan yang mungkin berasal dari
Yesus.”
Jadi, kendati tulisan Gnostik telah membuat sejumlah ahli terkesan, waktu penulisan yang lebih muda dan pertanyaan mengenai para penulisnya tidak bisa dibandingkan dengan Perjanjian Baru. Perbedaan besar antara tulisan Perjanjian Baru dan Gnostik begitu mengejutkan (menghancurkan) bagi mereka yang mendesakkan teori-teori konspirasi. Sejarahwan Perjanjian Baru F.F Bruce menulis, “Tidak ada literatus kuno di dunia yang memiliki kekayaan teksual, dalam kondisi baik, seperti Perjanjian Baru.”
Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian…?
Pertanyaan terbesar masa kini adalah, “Siapa sebenarnya Yesus Kristus…? Apakah dia hanya seorang luar biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti dipercayai oleh para murid-Nya Paulus, Yohanes, dan yang lainnya.”
Para saksi mata, bagi Yesus Kristus, berbicara dan bertindak
sepertinya mereka percaya Dia bangkit secara fisik dari kematian setelah
penyalibannya. Jika mereka salah maka KeKristenan didirikan diatas kebohongan.
Tapi jika mereka benar, mujizat seperti itu secara memperkuat semua yang Yesus
katakan mengenai ALLAH, diriNya, dan kita.
Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan
iman saja, tapi apakah ada bukti historis yang kuat…?
Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah dan mereka keliru.
Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah dan mereka keliru.
Ignatius yang berasal dari Syria, bishop dari Antiokhia, murid Rasul Yohanes, yang hidup antara tahun 50-115 M, dalam perjalanannya dihukum mati sebagai martir dengan diadu dengan binatang buas, menulis tentang Kristus:
"Dia disalibkan
dan mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia benar-benar disalibkan dan
mati di hadapan penghuni sorga, penghuni bumi dan bawah bumi.
Dia juga bangkit pada hari ketiga...
Pada hari persiapan
Paskah, pada jam 3 (pukul 9 pagi), Dia menerima hukuman mati dari Pilatus; Bapa
mengijinkan hal itu terjadi.
Pada jam 6 (pukul 12
siang), Dia disalib. Pada jam 9 (pukul 15 siang), Dia menyerahkan nyawa-Nya,
dan sebelum matahari terbenam, Dia dikuburkan.
Selama hari Sabat, Dia
terus di dalam bumi pada kubur di mana Yusuf dari Arimatea membaringkan-Nya.
Dia berada dalam
rahim, seperti halnya kita, dan setelah periode waktu yang umum, Dia benar-benar
lahir, dan seperti halnya kita, Ia benar-benar disusui, dan mengambil bagian
dalam makan dan minum seperti halnya kita. Ketika Ia hidup di antara
orang-orang selama 30 tahun, Dia benar-benar dibaptis oleh Yohanes. Ketika Dia
mengajar Injil selama 3 tahun dan mengadakan tanda-tanda dan mujizat, Dia yang
adalah Hakim dihakimi oleh orang Yahudi, dianggap bersalah kata mereka, dan
oleh pemerintahan gubernur Pontius Pilatus dijadikan momok, pipi-Nya dipukul dan diludahi. Dia memakai
mahkota duri dan jubah ungu. Dia dihukum: Dia benar-benar disalib, tidak dalam
penglihatan, tidak dalam halusinasi. Dia benar-benar mati dan dikuburkan, dan
bangkit dari antara orang mati."
Flavius Josephus / Joseph bin Matthias, seorang sejarawan Yahudi yang lahir tahun 37 M di Yerusalem dan meninggal tahun 100 M di Roma. Di tahun 93 M menuliskan buku Antiquitates Judaicae, yang terdiri dari 20 buku yang menuliskan sejarah Yahudi dari penciptaan hingga pecahnya pemberontakan tahun 66 – 70 M. Dalam buku ke 18 menuliskan sebagai berikut :
Pada masa inilah
Yesus, seorang manusia bijaksana, kalau boleh disebut manusia ….. Dia adalah
Kristus, dan ketika Pilatus atas desakan orang-orang penting diantara kita,
telah MENGHUKUMNYA DIKAYU SALIB, mereka yang mengasihinya sejak semula tidak
melupakan dia karena dia telah MENAMPAKKAN DIRI lagi kepada mereka dalam
keadaan hidup pada hari ketiga...
Apa Ada Konspirasi “Da Vinci”…?
“Senyum Mona Lisa” menginvestigasi teori besar dunia tentang konspirasi Yesus Kristus. Yesus dan Maria Magdalena menikah…?
Apakah (Kaisar) Constantine memerintahkan penghancuran catatan yang sebenarnya mengenai Yesus Kristus dan menciptakan Dia sebagai ALLAH yang dipuja orang Kristen sekarang…?
Khasanah Gnostik
adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa koptik yang
ditemukan di Mesir di perpustakaan Chenoboskion yang lebih dikenal di
lokasi Nag Hamadi di tepi sungai Nil di Mesir.
Penemuan itu terjadi pada tahun 1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal
luas setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris.
Perpustakaan itu berasal dari abad-3-4M dan berisi tulisan-tulisan berfaham Gnostik,
sedangkan kita mengetahui bahwa faham Gnostik
baru berkembang sekitar abad-2-3M di sekitar
Palestina.
Dalam khasanah Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus yang dijilid dengan sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato ‘Republik.’ Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo, Mesir. Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut Injil, yang memuat percakapan Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran. Dari kelima Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena ditemukan lengkap. Injil Thomas paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap sebagai Injil Kelima (The Five Gospels, Scribner, 1996) hingga dapat dimengerti mengapa pengikut Jesus Seminar cenderung bernafaskan Gnostik juga.
Injil Gnostik tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru dari abad-1M. Ciri khas dari Injil gnostik adalah percakapan rahasia antara Yesus dengan murid-murid-Nya dimana ajaran gnostik diajarkan di dalamnya.
Khasanah atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik di Mesir waktu itu yang mungkin karena adanya tentangan karya tulis mereka disembunyikan. Ajaran Gnostik adalah ajaran mistik esoterik yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya. Gnostik berasal dari bahasa yunani ‘Gnosis’ yang artinya ‘pengetahuan rahasia’ yang diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan pengetahuan rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik itu jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia, percikan api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya berasal yaitu dunia spiritual yang transenden.
Bagi para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam spiritual diluar alam materi ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang lebih rendah dipancarkan keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang terakhir dari seri pancaran itu adalah ‘Sophia’ (hikmat) yang mengandung keinginan untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan ini menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau ‘Demiurge’ yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi yang mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan kemanusiaan. Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai YHVH Perjanjian Lama yang menciptakan langit dan bumi untuk memelihara kemanusiaan dari keinginan mereka kembali kepada sumbernya.
Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara sederhana sebagai:
“dunia adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat, dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth…? hlm.87).
Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus.
Bagi Gnostik, Kristus mengajarkan ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang mengerti bisa mencapai ke’Ilahi’an mereka sama seperti Kristus. Bagi mereka, Kristus, roh Yesus yang ilahi mendiami tubuh manusia Yesus, Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi dinaikkan ke realita ilahi dimana Ia semula berasal, bahkan dalam Second Discourse of Seth (ca 200-230) disebutkan Yesus tidak mati disalib. Karena itu pengikut Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus manusia dan kebangkitan tubuh.
Dalam khasanah Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus yang dijilid dengan sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato ‘Republik.’ Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo, Mesir. Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut Injil, yang memuat percakapan Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran. Dari kelima Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena ditemukan lengkap. Injil Thomas paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap sebagai Injil Kelima (The Five Gospels, Scribner, 1996) hingga dapat dimengerti mengapa pengikut Jesus Seminar cenderung bernafaskan Gnostik juga.
Injil Gnostik tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru dari abad-1M. Ciri khas dari Injil gnostik adalah percakapan rahasia antara Yesus dengan murid-murid-Nya dimana ajaran gnostik diajarkan di dalamnya.
Khasanah atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik di Mesir waktu itu yang mungkin karena adanya tentangan karya tulis mereka disembunyikan. Ajaran Gnostik adalah ajaran mistik esoterik yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya. Gnostik berasal dari bahasa yunani ‘Gnosis’ yang artinya ‘pengetahuan rahasia’ yang diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan pengetahuan rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik itu jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia, percikan api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya berasal yaitu dunia spiritual yang transenden.
Bagi para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam spiritual diluar alam materi ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang lebih rendah dipancarkan keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang terakhir dari seri pancaran itu adalah ‘Sophia’ (hikmat) yang mengandung keinginan untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan ini menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau ‘Demiurge’ yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi yang mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan kemanusiaan. Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai YHVH Perjanjian Lama yang menciptakan langit dan bumi untuk memelihara kemanusiaan dari keinginan mereka kembali kepada sumbernya.
Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara sederhana sebagai:
“dunia adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat, dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth…? hlm.87).
Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus.
Bagi Gnostik, Kristus mengajarkan ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang mengerti bisa mencapai ke’Ilahi’an mereka sama seperti Kristus. Bagi mereka, Kristus, roh Yesus yang ilahi mendiami tubuh manusia Yesus, Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi dinaikkan ke realita ilahi dimana Ia semula berasal, bahkan dalam Second Discourse of Seth (ca 200-230) disebutkan Yesus tidak mati disalib. Karena itu pengikut Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus manusia dan kebangkitan tubuh.
Injil – Injil Non Kanonik
Ada sekitar 41 Injil Non Kanonik yg dikenal umat Kristiani namun Saya hanya akan menuliskan beberapa diantaranya dan selanjutnya, Saya akan mencoba merinci seperti apa pembahasan Kristen terkait Injil2 Non Kanonik terebut. Berikut daftar 41 Injil Non Kanonik tersebut :
- Dialog Sang Juru Selamat
- Injil Andreas
- Injil Apelles
- Injil Bardesanes
- Injil Barnabas
- Injil Bartelomeus
- Injil Basilides
- Injil Kelahiran Maria
- Injil Cerinthus
- Injil Hawa
- Injil Ebionit
- Injil Orang-orang Mesir
- Injil Encratites
- Injil Empat Wilayah Surgawi
- Injil Orang-orang Ibrani
- Injil Hesychius
- Injil Masa Kecil Yesus Kristus
- Injil Judas Iskariot
- Injil Jude
- Injil Marcion
- Injil Mani
- Injil Maria Magdalena
- Injil Matthias
- Injil Merinthus
- Injil Menurut Kaum Nazaret
- Injil Nikomedus
- Injil Kesempurnaan
- Injil Petrus
- Injil Philipus
- Injil Pseudo-Matius
- Injil Scythianus
- Injil Tujuh Puluh
- Injil Thaddaeus
- Injil Tomas
- Injil Titan
- Injil Kebenaran
- Injil Dua Belas Rasul
- Injil Valentinus
- Protevangelion James
- Injil Rahasia Markus
- Injil Tomas tentang Masa Kecil Yesus Kristus
Sekilas tentang Injil Non Kanonik tersebut antara lain:
Infancy Gospel of Thomas
Injil ini diperkirakan ditulis pada permulaan abad ke-2.
Cerita-cerita yang diceritakan memberikan informasi tentang aktivitas-aktivitas
Yesus yang dimulai pada usia yang masih muda. Injil ini berisikan cerita-cerita
mujizat yang dilakukan oleh Yesus pada masa umur 5 sampai 12 tahun. Yesus
dilukiskan sebagai anak yang sudah memiliki kemaha-tahuan dan kemaha-kuasaan.
Misalnya, Yesus membuat burung pipit dari tanah liat dan menghidupkannya. Ia
menyembuhkan yang terluka, membangkitkan yang mati, menyelamatkan saudaranya
dari gigitan ular yang mematikan, membantu usaha keluarga dengan melakukan
mujizat, dan juga menunjukkan superioritas dalam pengetahuan dibandingkan
dengan guru-guru-Nya,
Selain melakukan mujizat untuk tujuan baik, Yesus juga
digambarkan sebagai anak yang dimanja, tidak bisa dikontrol, dan adakalanya
jahat dalam menggunakan mujizat. Sebagai contoh, ia membunuh seorang anak
laki-laki hanya karena menyenggol bahunya, menyebabkan orang lain yang
mengolok-olok dia menjadi buta, membunuh guru-Nya yang menghukum Dia, juga
mengancam bapaknya sendiri.
Injil Petrus
Injil ini ditemukan pada tahun 1886 di Akhmim, Mesir. Yang
ditemukan adalah dalam bentuk fragmen yang tidak lengkap, tidak ada nama atau
judul, karena pendahuluan dan penutupnya tidak ditemukan. Kitab ini disebut Injil
Petrus karena kalimat terakhirnya menunjukkan pengakuan dalam bentuk orang
pertama oleh seseorang yang bernama Petrus ("I, Simon Peter"). Injil
ini mungkin berasal dari pertengahan abad ke-2.
Injil ini berisikan narasi yang dimulai pada akhir masa
hidup Yesus di dunia, mencakup penyaliban, penguburan dan kebangkitan-Nya. Injil
ini menekankan bahwa orang-orang Yahudi yang bertanggung jawab terhadap
kematian Yesus. Hal ini terlihat ketika mereka menolak untuk membasuh tangan,
seperti halnya yang dilakukan Pilatus. Herodes diceritakan ikut berpartisipasi
dalam mengadili Yesus dan memerintahkan penyaliban untuk dilaksanakan oleh
orang-orang Yahudi.
Pada waktu disalibkan, Yesus dilukiskan tenang dan tidak
merasakan sakit apa-apa. Hal ini mungkin terkait dengan pandangan Docetism,
yakni Yesus bukan manusia sejati maka Ia tidak merasakan kesakitan seperti
seorang manusia. Teriakan Yesus di kayu salib adalah "My power, O power, you have forsaken me" (5:19)
menunjukkan elemen ilahi telah meninggalkan Yesus sebelum Ia mati. Tampaknya
ini ada kaitan dengan pandangan Gnostiksisme.
Cerita tentang penguburan Yesus diberikan lebih terinci.
Begitu juga dengan cerita tentang kebangkitan-Nya yang digambarkan luar biasa
di mana dua malaikat turun dan masuk ke dalam kubur Yesus lalu ketiganya keluar
dari kubur. Yesus digambarkan secara luar biasa. Di belakang mereka ada salib
yang mengikuti. Ada suara dari sorga berkata: "Have you preached to those who are asleep?" Salib itu
menjawab, "Yes."
Injil Thomas
Injil ini ditemukan pada waktu penemuan naskah-naskah Nag
Hamadi di Mesir pada tahun 1945. Salinan yang ditemukan adalah dalam bahasa
Koptik, aslinya mungkin dalam bahasa Yunani. Kemungkinan besar ditulis pada
abad ke-2. Judulnya ditulis di bagian akhir: "The Gospel of Thomas." Injil ini dimulai dengan tulisan:
"These are the secret sayings which
the living Jesus spoke and which Didymus Judas Thomas wrote down."
Injil ini mencatat kata-kata Yesus Kristus yang rahasia dan
tersembunyi yang disampaikan secara privat kepada Tomas dan murid-murid lain.
Tomas adalah murid yang favorit, yang dapat mengerti Yesus secara lebih
mendalam daripada murid yang lain. Tidak mirip Injil Kanonikal karena tidak ada
tema, tindakan Yesus, penyaliban, kebangkitan. Injil ini berisikan 114 ucapan
Yesus Kristus, dalam berbagai bentuk. Sebagian besar ucapan Yesus dimulai
dengan kalimat "Yesus berkata..." Kumpulan ucapan Yesus ini tidak
diorganisir dengan pola tertentu, tampaknya lebih bersifat random.
Lebih dari setengah ucapan-ucapan yang ada di Injil ini
memiliki kemiripan dengan yang ditemukan di Injil-Injil Kanonikal. Tapi banyak
ucapan yang tidak sama sekali sama dengan yang kita temukan dari bibir Yesus di
Injil-Injil PB.
Injil ini tampaknya mendukung pengajaran Gnostiksisme.
Misalnya, dalam ucapan no 1 dikatakan bahwa cara untuk mendapatkan hidup
(kekal) adalah melalui menemukan arti yang sesungguhnya dari apa yang ditulis
oleh Tomas. Ucapan-ucapan itu bersifat rahasia (tidak terbuka untuk umum
melainkan untuk mereka yang tahu). Pengajaran Gnostiksisme juga terlihat di
ucapan 18, 22, 29, 49-50, 83-84. Yesus jelas digambarkan sebagai "a revealer of secret teaching who
brings salvation by his teaching alone" (bnd. ucapan 27, 28, 56, 62,
80, 111). Maka orang memasuki kerajaan Allah dengan self-knowledge (bnd. ucapan 3, 49, 50, 113). Ucapan Yesus yang aneh
dikatakan dalam ucapan terakhir: "every
woman who makes herself male will enter the kingdom of heaven" (114).
Injil Maria Magdalena
Injil ini menceritakan tentang Maria (Magdalena) yang
memberitahukan kepada para murid mengenai wahyu-wahyu yang Yesus berikan
kepada-Nya (ini ciri khas karya Gnostik, yakni pewahyuan secara khusus kepada
orang tertentu). Andreas dan Petrus meragukan bahwa Maria mengatakan kebenaran
karena pengajarannya itu berbeda dengan yang mereka sendiri telah terima. Maria
menangis, sedih karena mereka berpikir bahwa ia salah menyajikan kata-kata
Yesus. Lewi menegur Petrus, membela Maria dan mendorong para murid untuk
memberitakan Injil. Maka para murid pergi dan Injil ini berakhir.
Kelompok di belakang penulisan Injil Maria berusaha untuk
membela pengajaran-pengajarannya dan (mungkin) hak wanita untuk menjadi guru.
Hal ini bisa terjadi karena adanya pertentangan dalam kekristenan Gnostik,
antara guru-guru pria dan wanita, dan teks-teks seperti ini ditulis untuk
mendukung atau menggantikan guru-guru wanita. Selain itu penulis Injil ini
sangat sadar akan reaksi Gereja ortodoks terhadap gagasan-gagasan yang
disingkapkan lewat Wahyu yang diberikan kepada Maria (perhatikan respon
Andreas: "Gagasan-gagasan ini
terlalu berbeda dari yang pernah kita ketahui").
Dalam novel DaVinci Code, ada dugaan bahwa Yesus dan Maria
adalah kekasih. Hal ini berdasarkan apa yang dikatakan di Injil Maria: "Sister, we know that you were much
loved by the Savior, as no other woman." Tapi teks ini tidak jelas dan
tidak eksplisit menunjukkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena.
Injil Yudas
Injil Gnostik
lainnya yang ditemukan kemudian di Muhafazat El-Minya, kira-kira 300 KM
disebelah utara Nag Hamadi, pada tahun 1970-an adalah Injil Yudas. Injil Yudas
mulai dikenal khalayak ramai ketika situs web National Geographic memuat
liputan panjang soal Injil Yudas. Liputan mana juga difilmkan dan diputar
melalui media TV, dan kemudian pada bulan berikutnya dimuat dalam versi cetak
dan menjadi cover story majalah National Geographic - May 2006 dan versi
Indonesianya dimuat dalam edisi National Geographic - Juni 2006.
Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dan menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun ca 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun ca 130-180. Yang jelas, sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis oleh Yudas (Iskariot).
Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dan menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun ca 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun ca 130-180. Yang jelas, sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis oleh Yudas (Iskariot).
Injil Yudas
mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar Mesir dan kemudian
muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan mulai diperkenalkan pada
konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun kemudian diberitakan bahwa naskah
itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, Perancis dan Jerman. Pada
tahun 1999 baru diketahui sebanyak 26 halaman, kemudian berangsur-angsur dapat
dikumpulkan dua-pertiga dari naskah lengkap 62 halaman itu pada awal tahun
2006. Pada bulan April 2006, National Geographic mengumumkan selesainya
terjemahan Injil Yudas
ke dalam bahasa Inggris (terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh
Gramedia dan dirilis pada tanggal 29 Juni 2006 bersama dengan buku ‘The Lost
Gospel’ (Injil yang Terhilang).
Memang, dalam catatan sejarah Gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya ‘De Stromateis’ (230). Pada tahun 375, Epiphanes, uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang disebutkan oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas yang baru ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan Epiphanes. Bila perkiraan perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang dimaksudkan oleh Irenius.
Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali kalimat berbunyi: “Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah.
Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai Gereja, misalnya ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya bahwa “mereka selama ini salah jalan.” Dalam Injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri Yesus. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam ‘Injil Yudas’ bahwa ia mati karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus disebutkan mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka. Kalau begitu, apakah banyak Injil Gnostik yang dianggap ditulis para murid Yesus yang lain seperti Injil Thomas juga salah arah karena penulisnya kurang mengerti gnosis sebenarnya?
Memang, dalam catatan sejarah Gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya ‘De Stromateis’ (230). Pada tahun 375, Epiphanes, uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang disebutkan oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas yang baru ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan Epiphanes. Bila perkiraan perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang dimaksudkan oleh Irenius.
Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali kalimat berbunyi: “Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah.
Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai Gereja, misalnya ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya bahwa “mereka selama ini salah jalan.” Dalam Injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri Yesus. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam ‘Injil Yudas’ bahwa ia mati karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus disebutkan mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka. Kalau begitu, apakah banyak Injil Gnostik yang dianggap ditulis para murid Yesus yang lain seperti Injil Thomas juga salah arah karena penulisnya kurang mengerti gnosis sebenarnya?
Isi Injil ini bukan seperti keempat Injil Kanonikal yang
berupa narasi, karena berisikan bentuk dialog antara Yesus dan Yudas serta
antara Yesus dan 12 murid-Nya tanpa kaitan dengan narasi. Dialog-dialog ini
menjadi kerangka di mana penulisnya dapat menyampaikan ajaran Gnostiksisme. Injil
Yudas mengklaim dirinya sebagai "the
secret account of the revelation that Jesus spoke in conversation with Judas
Iscariot." Jadi pembicaraan antara Yesus dan Yudas adalah sesuatu yang
bersifat rahasia. Ini adalah ciri khas literatur Gnostiksisme.
Yudas Iskariot digambarkan sebagai murid Yesus yang
terbesar. Hanya Yudas sendiri yang dapat menerima pengajaran dan wahyu yang
mendalam dari Yesus Kristus. Para murid yang lain tampaknya tidak mengerti
siapakah Yesus dan dari mana Ia datang. Hanya Yudas yang mengerti. Maka Yesus
menjanjikan kepadanya untuk menyingkapkan "the
mysteries of the kingdom."
Kalau Injil-Injil Kanonikal mengungkapkan bahwa Yudas
mengkhianati Yesus dengan imbalan uang, Injil Yudas menafsirkan tindakan ini
secara positif karena menyebutkan bahwa Yesus meminta agar dikhianati untuk
membebaskan jiwa dari badannya. Jadi bukan tindakan pengkhianatan, tetapi
tindakan ketaatan pada instruksi Yesus sendiri. Kalimat yang terkenal dalam Injil
ini adalah perkataan Yesus kepada Yudas: "But
you will exceed all of them. For you will sacrifice the man that clothes
me." Dalam menyerahkan Kristus, ia melakukan perintah pemimpinnya,
dengan mengetahui betul nasib yang akan dipikulnya sendiri. Yesus
memperingatkannya, "You shall be
cursed for generations." Kematian bagi Yesus merupakan sarana
pembebasan diri dari eksistensi ragawi, yang memungkinkan dia untuk kembali ke
kediaman surgawinya. Dengan mengkhianati Yesus, Yudas sebenarnya justru telah
membantu sahabatnya itu untuk melepaskan tubuh ragawinya, dan membebaskan diri
sejatinya, roh ilahi.
Injil ini diakhiri dengan mendadak dengan catatan bahwa
Yudas menerima uang dan menyerahkan Yesus kepada orang-orang yang menangkap-Nya.
Injil Yudas tidak menceritakan apa-apa lagi setelah penangkapan Kristus.
Kesaksian Bapa Gereja
Tentang Keempat Injil dan Analisa Kritis Terhadap Otensitas Injil2 Non Kanonik
Kesaksian tentang keempat kitab Injil ini diberikan oleh
beberapa Bapa Gereja di abad-abad awal, terutama oleh Papias, St. Irenaeus,
Origen, Eusebius dan St. Jerome (Hieronimus):
1. Kesaksian St.
Irenaeus tentang keempat Injil
St. Irenaeus adalah murid St. Polycarpus, yang adalah murid
Rasul Yohanes. Dalam bukunya yang terkenal Against the Heresies, St. Irenaeus
(180) menggarisbawahi asal usul apostolik kitab Injil, sebagai berikut:
“Kita telah mengetahui
bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang
melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka
ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan,
diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak
dari iman kita…. Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul]
diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi
oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka
berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan
oleh Tuhan kepada kita…. Matius… menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara
orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan
mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga
meneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh
Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya
dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ….juga menyusun Injil
ketika tinggal di Efesus, Asia Kecil.”
2. Kesaksian St.
Klemens tentang keempat Injil, sebagaimana dikutip oleh Eusebius
Tentang keempat Injil, St. Klemens dari Aleksandria
(150-215) sebagaimana dikutip Eusebius mengatakan, “Injil-Injil yang memuat silsilah Yesus [yaitu Matius dan Lukas],
ditulis lebih dahulu. Injil Markus ditulis sedemikian, “Ketika Petrus telah
berkhotbah di hadapan umum di Roma, dan mewartakan Injil oleh Roh Kudus, banyak
orang yang hadir meminta agar Markus, yang telah mengikuti dia [Petrus] untuk
waktu yang lama dan mengingat perkataannya, agar menuliskan perkataan-perkataan
tersebut. Dan setelah menyusun Injil itu, ia memberikannya kepada mereka yang
memintanya. Ketika Petrus mengetahui hal ini, ia tidak secara langsung melarang
ataupun mendukungnya. Tetapi, pada akhirnya, Yohanes, merasa bahwa fakta- fakta
yang nampak dari luar telah dinyatakan dengan jelas di Injil, [karena] didorong
oleh teman-temannya, dan diilhami oleh Roh Kudus, menyusun Injil rohani.”
3. Kesaksian Origen
tentang keempat Injil
Origen (185-254) juga menulis tentang asal usul Injil,
demikian:
“[Injil] yang pertama
dituliskan oleh Matius, yang adalah seorang publikan tetapi kemudian menjadi
rasul Yesus Kristus, yang menerbitkannya untuk umat Yahudi, dituliskan dalam
bahasa Ibrani. [Injil] kedua oleh Markus, yang disusun di bawah bimbingan St.
Petrus, yang telah mengangkatnya sebagai anak… (1 Pet 5:17). Dan ketiga,
menurut Lukas, yang menyusunnya untuk umat non-Yahudi, Injil yang dibawakan
oleh Rasul Paulus; dan setelah semuanya itu, [Injil] menurut Yohanes.”
Dari kesaksian para Bapa Gereja, yaitu Papias, St. Irenaeus,
Origen, Eusebius dan St. Jerome (Hieronimus), kita mengetahui asal usul
apostolik keempat Injil, yang bersumber dari pengajaran para Rasul. Para Bapa Gereja
ini menjadi saksi yang meneguhkan bahwa Injil Matius ditulis oleh Rasul Matius,
Injil Markus ditulis oleh Markus, Injil Lukas oleh Lukas, dan Injil Yohanes,
oleh Rasul Yohanes. Keempat Injil tersebut saling melengkapi, karena dalam
menyampaikan suatu fakta yang sama, pengarang Injil menulis dari sisi yang
berbeda sesuai dengan latar belakangnya, dan juga sesuai dengan ilham Roh Kudus
yang dinyatakan kepada mereka.
Apakah Injil2 Non
Kanonik Mengubah Doktrin Utama Kekristenan…?
Setelah kita melihat secara singkat apa dan bagaimana yang
disebut dengan penemuan Injil-Injil bercorak Gnostik dan bagaimana kategorisasi
kitab-kita yang disebut dengan Apokripa, tibalah saatnya kita menentukan sikap
dan memberikan jawaban apakah berbagai penemuan tersebut menguah seluruh
doktrin Kristen mengenai Yesus…?
Apakah penemuan tersebut menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan Kekristenan…?
Apakah penemuan tersebut mencerminkan Injil-Injil yang asli sementara Injil yang diyakini Kekristenan saat ini adalah sebuah kepalsuan…?
Apakah penemuan tersebut menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan Kekristenan…?
Apakah penemuan tersebut mencerminkan Injil-Injil yang asli sementara Injil yang diyakini Kekristenan saat ini adalah sebuah kepalsuan…?
Jawabannya bahwa penemuan Injil-Injil ekstrakanonik tersebut
tidak sama sekali memberi pengaruh apapun terhadap Kekristenan.
Penemuan-penemuan tersebut tidak akan menggantikan penilaian Gereja mengenai
Keilahian dan Kemesiasan Yesus.
Mengapa…?
Ada dua alasan dasar untuk kita mempertahankan keotentikan iman Gereja yaitu didasarkan pada Alasan Historis dan Alasan Teologis.
Mengapa…?
Ada dua alasan dasar untuk kita mempertahankan keotentikan iman Gereja yaitu didasarkan pada Alasan Historis dan Alasan Teologis.
Alasan Historis
Siapapun yang mengetahui sejarah terbentuknya kanonisasi Kitab Suci khususnya Kitab
Perjanjian Baru akan mengerti bahwa munculnya kitab-kitab yang dikategorikan
ekstrakanonik/non kanonik dimotivasi oleh adanya keinginan untuk mengisi
kekosongan kisah-kisah yang tidak diceritakan dalam Injil mengenai kehidupan
Yesus dan dalam perkembangannya ingin menggantikan kisah-kisah tersebut dengan
kisah-kisah yang mendukung pandangan mereka khususnya kaum Gnostik. Berbagai
penemuan naskah Gnostik di Nag Hammadi dan diterbitkannya Injil Yudas dan Injil
Thomas yang memberikan gambaran yang berbeda mengenai Yesus justru membantu
para sarjana Kristen dan umat Kristen untuk memahamai lebih dekat konflik
teologis pada abad-abad tersebut. Publikasi Injil-Injil gnostik ini mendekatkan
kita pada teks yang sebelumnya hanya dikutip dalam buku sejarah Gereja, sejarah
kanonisasi. Sekarang, kita dapat membaca dan membandingkan isi teks Injil-Injil
ekstrkanonik tersebut dengan Injil Kanonik.
Dengan membaca sejarah, kita pun mengetahui bahwa Injil-Injil
yang dikategorikan sebagai bermuatan Gnostik, telah dilawan oleh para Bapa Gereja
diantaranya Irenaeus dalam bukunya Againts
Haeresis. Dalam bukunya, beliau mengelompokkan beberapa paham Gnostik sbb: “Dan yang lain berkata bahwa Kain berasal
dari alam yang lebih unggul, yaitu alamnya penguasa mutlak dan mengakui bahwa
Esau, Korah dan orang-orang Sodom dan semua pribadi seperti itu adalah
orang-orang yang sama seperti mereka: karena itu mereka dibenci oleh pencipta
mereka, kendati tak seorangpun dari mereka menderita. Karena Kebijaksanaan
(Sofia) merenggut ke atas segala sesuatu yang menjadi miliknya. Dan Yudas si
pengkhianat amat memahami kebenaran itu, sementara yang lain tidak dipahaminya,
maka dia melaksanakan misteri pengkhianatan itu. Olehnya, segala sesuatu, di
bumi maupun di surga dihancurkan. Dan untuk itu mereka melahirkan sebuah karya
(tulis) palsuyang mereka sebut Injil
Yudas”. George Wurst memberikan komentar terkait kutipannya atas tulisan
Irenaeus sbb: “Yang dengan pasti dapat
disimpulkan dari pemaparan Irenaeus adalah bahwa kaum Kain membaca sebuah versi
dari Injil Yudas dan bahwa mereka mengacu kepadanya untuk mendukung pemahaman
mereka mengenai tindakan Yudas sebagai sebuah misteri. Ini berarti bahwa Yudas
digambarkan di dalam Injil tersebut sebagai murid Yesus ‘yang mengetahui
kebenaran yang tidak diketahui oleh para murid yang lain’ dan bahwa tindakan
pengkhianatan itu harus diartikan sebagai bagian dari ‘penghancuran segala
ciptaan, baik di surga maupun di bumi’, sejalan dengan paham gnostik mengenai
sejarah keselamatan”.
Dengan penerbitan Injil-Injil Gnostik tersebut, kita
menjadi tahu lebih dekat bahwa apa yang pernah ditentang oleh Irenaeus dan
dikecam sebagai tulisan bidat, sekarang dapat kita akses dan baca serta kaji
secara mandiri. Jika sebelum penerbitan Injil-Injil Gnostik ini kita hanya
meraba-raba apa yang dimaksudkan oleh Irenaeus maka sekarang kita menjadi tahu
secara langsung beberapa kitab yang ditentang oleh Irenaeus.
Alasan Teologis
Sekalipun kitab-kitab Gnostik
tersebut memberikan gambaran yang sepenuhnya terbalik tentang Yesus dan
ajaran-Nya sebagaimana yang disampaikan kitab-kitab kanonik, namun kita tidak
merasa terancam karena dasar penulisan Kitab Perjanjian Baru adalah TaNaKh
(Torah, Neviim, Kethuvim) yang lazim oleh kekristenan disebut dengan Kitab
Perjanjian Lama yang menubuatkan kehadiran seorang Mesias Ilahi yang seluruh
gambaran tersebut terwakili dalam diri Yesus Sang Mesias yang dikisahkan Injil-Injil
kanonik baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes.
Contoh, TaNaKh memberikan gambaran profetik mengenai hakikat
dan karya Mesias dalam beberapa ayat seperti Kejadian 3:15, Ulangan 18:17-22,
Yesaya 7:14; 9:5, Mikha 5:1, dll dan kesemua gambaran tersebut terwakili hanya
pada satu tokoh bernama Yesus yang dikisahkan dalam Injil Kanonik. Bahkan
tulisan-tulisan kanonik tersebut secara langsung mengutip kitab-kitab TaNaKh
saat menghubungkan ucapan dan tindakan Yesus sebagai penggenap nubuatan dalam
TaNaKh (Kis Ras 3:22-26. Sebaliknya, kitab-kitab Gnostik tersebut memberikan
gambaran mengenai Tuhan Pencipta, Yesus Sang Mesias dan para muridnya berbeda
180 derajat dengan Injil Kanonik.
Contoh gambaran Yesus yang berbeda
sebagaimana digambarkan dalam Injil Yudas adalah gambaran Yesus yang doketik.
Bart D. Ehrman dalam artikelnya mengatakan sbb: “Karakter uniknya (Yesus) ditunjukkan dalam komentar mengenai dia
(Yudas): ‘Seringkali di hadapan para muridnya dia tidak menampakkan rupa
sebagaimana dirinya, melainkan hadir di antara mereka sebagai seorang anak’.
Para sarjana yang akrab dengan berbagai literatur Kristen awal sama sekali tak
akan mengalami kesulitan untuk memahami alusi ini. Sejumlah naskah Kristen di
luar Perjanjian Baru melukiskan Yesus sebagai pribadi ‘doketik’. Maksudnya
adalah sebagai pribadi yang kelihatan manusia, hanya karena penampakannya (docetic
berasal dari bahasa Yunani dake yang berarti ‘rupanya’, ‘tampaknya’). Sebagai
pribadi ilahi, Yesus dapat mengenakan bentuk apapun yang dia kehendaki. Dalam
beberapa naskah Kristen awal, Yesus dapat menampakkan diri sebagai orang yang
sudah tua atau sebagai anak-anak-secara bersamaan, kepada orang yang berbeda
(hal ini misalnya dapat ditemukan dalam buku yang tidak termasuk dalam kitab
suci kanonik yang disebut Kisah Rasul Yohanes). Demikian juga di sini: Yesus
sesungguhnya tidak memiliki tubuh ragawi, sebagaimana tampaknya, tetapi dapat
menampakkan diri secara berbeda sesuka hatinya”.
Berdasarkan dua alasan tersebut (historis dan teologis) maka
kehadiran Injil-Injil Gnostik yang dipublikasikan oleh media sekuler dan
diangkat menjadi sebuah tayangan film, tidak akan menimbulkan pengaruh apapun
terhadap kaum terpelajar Kristen. Sebaliknya, kehadiran kitab-kitab tersebut
mendekatkan kita pada obyek yang ditentang oleh para Bapa Gereja dan yang telah
diperingatkan sejak dini oleh para rasul khususnya rasul Paulus. Serentak
dengan itu, kita pun tidak perlu berlebihan dengan memberikan perlawanan dan
penolakkan terhadap eksitensi kitab-kitab tersebut, melainkan dengan kematangan
kita mengkaji dan menilai dari sudut pandang keimanan kita sebagaimana
dikatakan oleh Agustinus Gianto, Guru
Besar Filologi Semit dan Linguistik dari Pontifical Institute, Roma dalam kata
pengantar terjemahan “The Gosple of Judas”,
sbb: “Temuan apa saja, entah itu tambahan
pengetahuan sejarah dan kemanusiaan, entah itu temuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, layak dikaji dan diperiksa relevansinya bagi kehidupan. Komunitas
orang beriman juga akan mengambil sikap berdasarkan iman kepercayaan yang
dihayati. Jadi pada dasarnya ada dialog dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat. Kaum beriman masa kini masih tetap perlu mengetahui pokok-pokok
ajaran yang dihidupi para murid pertama dan yang diperkaya dalam
generasi-generasi berikutnya sambil menyadari perbedaannya dengan pelbagai
pandangan hidup lain”.
TUHAN Yesus memberkati
Source :
- Sarapan Pagi
- Yabina Ministry
- Teguh Hindarto
- Katolisistas
No comments:
Post a Comment